Bantuan PT. Pertamina berupa air bersih
4.3.2.4. Pertamina dan Pemberdayaan Masyarakat
Salah satu bentuk dari program CSR adalah program pemberdayaan masyarakat, yakni sebuah proses untuk menyadarkan masyarakat bahwa mereka memiliki
kemampuan dan menciptakan kemandirian untuk bertahan hidup dan meningkatkan kesejahteraan hidup masyarakat yang dilakukan melalui program CSR. Tetapi hingga
saat ini pemahaman mengenai pemberdayaan masyarakat belum memiliki aturan, artinya perusahaan yang melaksanakan program CSR hanya sekadar kegiatan yang bersifat
insidental, seperti pemberian bantuan untuk korban bencana, sumbangan, serta bentuk- bentuk charity lainnya.
Hal yang dapat dicontoh dalam melakukan pemberdayaan yakni kewirausahaan sosial yang dilakukan oleh M. Yunus dimana ia meyakini bahwa pembangunan akan
Universitas Sumatera Utara
mandek jika orang yang tak berdaya dibiarkan pada posisi penerima sedekah belaka. Orang-orang yang tak berdaya adalah orang yang cerdas, hanya saja mereka tidak
mempunyai akses untuk menjadi pribadi yang berdaya Amin Widjaja, 2008. Kredit mikro tanpa agunan yang dimulai sejak 32 tahun yang lalu di satu desa dan
kini berkembang ke 78.658 desa dengan 7,21 juta nasabah, dimana 97 adalah perempuan. Stafnya berkembang dari 3 menjadi 23.345 Amin Widjaja, 2008. Sebuah
perusahaan perlu adanya sistem kepercayaan dalam memberikan pinjaman, sehingga perusahaan tidak melihat berapa kekayaan yang dimiliki oleh masyarakat si peminjam
dana. Kegiatan yang dilakukan oleh Grameen Bank didasarkan pada kepercayaan, dan dengan cara datang kepada mereka, bukan sebaliknya, karena sesederhana apapun setiap
kantor adalah ancaman bagi mereka yang buta huruf sehingga mereka tidak mengerti akan sistem-sistem yang ada.
Indonesia adalah salah satu negara yang pertama kali mempraktikkan metode Grameen Bank pada pertengahan 1980-an dalam progam yang disebut sebagai Karya
Usaha Mandiri di Bank Indonesia dan berkembang ke negara-negara lain seperti Filipina, Malaysia, Myanmar. Akan tetapi, di Indonesia sistem ini belum bisa berjalan karena
alasan yang cukup mendasar, yakni tidak adanya sumber dana Amin Widjaja. Perusahaan saat ini dituntut bukan sekadar pemberian bantuan secara philantropy,
tetapi sudah seharusnya kegiatan CSR dilakukan ke tingkat pemberdayaan masyarakat. Dalam hal ini, dunia usaha harus dapat mencontoh perusahaan-perusahaan yang sudah
melaksanakan program CSR dalam bidang pemberdayaan ekonomi masyarakat miskin. Salah satu contoh kegiatan yang dikatakan berhasil dilakukan oleh UP VI
Balongan adalah pelatihan ketrampilan yang diberikan pada masyarakat, seperti
Universitas Sumatera Utara
mengolah bonggol atau umbi pisang menjadi kerupuk, pengolahan bandeng tanpa duri, pemeliharaan ternak yang baik, dimana pihak Pertamina UP VI Balongan membawa
masyarakat yang mengikuti pelatihan ke lokasi langsung tempat peternakan, sehingga mereka langsung mengetahui tahapan-tahapan yang dilakukan seorang peternak untuk
mendapatkan kualitas ternak yang baik. Kegiatan ini dilakukan bersentuhan langsung dengan masyarakat.
Pemberdayaan masyarakat ini pada dasarnya merupakan kegiatan terencana dan kolektif dalam memperbaiki kehidupan masyarakat yang dilakukan melalui program
peningkatan kapasitas orang, terutama kelompok lemah atau kurang beruntung agar mereka memiliki kemampuan dalam memenuhi kebutuhan dasarnya, mengemukakan
gagasan, melakukan pilihan-pilihan hidup, melaksanakan kegiatan ekonomi, serta berpartisipasi dalam kegiatan sosial.
PT. Pertamina UP II Dumai melakukan pemberdayaan masyarakat melalui bantuan pinjaman dana bagi Usaha Kecil Menengah dan pelatihan berupa jahit-menjahit.
Pelatihan dan bantuan pinjaman dana tersebut telah memberdayakan masyarakat hingga kehidupan ekonomi mereka meningkat. Pendapat-pendapat dari para informan yang
peneliti dapatkan, menyatakan bahwa kesejahteraan hidup jauh lebih baik dibandingkan dahulu.
Dikatakan berdaya, karena masyarakat yang menerima bantuan melalui program CSR PT Pertamina UP II Dumai telah menjadikan kehidupan sosial dan ekonomi
semakin meningkat. Masyarakat penerima program CSR tidak hanya menerima bantuan tanpa ada keikutsertaan dalam peningkatan taraf hidup, tetapi mereka mau ikut terlibat
dalam menyukseskan kesejahteraan hidup. Masyarakat diajak untuk bisa belajar agar
Universitas Sumatera Utara
mendapatkan ketrampilan yang nantinya menjadi pegangan untuk mendapatkan pekerjaan, dan memberikan bantuan pinjaman modal bagi mereka yang tidak mempunyai
modal untuk membuka usaha. Penjelasan ini diperkuat dengan penuturan Ibu Bismi Hayati, demikian:
” Alhamdulilah ibu bisa ikut pelatihan ini, gak ada biaya yang dikenakan, dan pihak Pertamina benar-benar adil dalam memberikan bantuannya,
artinya memang mereka kasih pada masyarakat kurang mampu. Kalau dulu ibu di rumah aja, masak, jaga anak-anak di rumah, pokoknya ibu
rumah tangga, tapi sekarang ibu juga udah bisa bantu-bantu dikit lah keuangan di rumah, gak perlu beli baju baru lagi kalau ada baju yang udah
koyak. Ibu juga udah bisa dikit-dikit buat taplak meja, keset kaki. Pokoknya membantulah.”
Wawancara, Jumat, 6 Maret 2009
Hal serupa dikatakan oleh Ibu Nurasmi, demikian: ” banyak pelajaran yang ibu dapat dari sini, bukan hanya bentuk
pelatihannya saja, tapi Ibu Rita juga mau kasih pelajaran-pelajaran hidup, bagaimana untuk menjadi seorang perempuan yang berarti di keluarga,
punya peran di keluarga. Ketrampilan yang ibu dapat, ibu jadikan itu sebagai sumber penghasilan, paling tidak untuk membantu sedikit
pendapatan, karena kebetulan di rumah ada mesin jahit, jadi ibu pergunakan dengan modal ketrampilan ini juga. Waktu ibu juga lebih
berarti, jadi tidak terbuang sia-sia hanya untuk di rumah, seperti yang Ibu Rita katakan, bahwa ibu harus bisa menjadi seorang ibu, menjadi seorang
istri, dan menjadi pekerja yang bisa membantu ekonomi keluarga ibu.” Wawancara, Jumat, 6 Maret 2009
Hal serupa dikatakan pula oleh informan Bapak Suryadi dan Arifin, yang mengakui bahwa mereka telah mengalami perubahan hidup yang semakin meningkat dalam
kehidupan ekonomi mereka.
4.3.3. Mekanisme Implementasi Corporate Social Responsibility CSR dalam