Berita sebagai Rekaman Konseptualisasi Berita 1. Pengertian Berita

dimaknai sebagai persepsi, tetapi bisa juga diartikan sebagai informasi. Berita yang muncul secara sensasional seringkali menuai kritik dari masyarakat. Seperti berita yang tidak masuk akal, atau dianggap membodohi.

6. Berita sebagai Minat Insani

Berbagai peristiwa yang terjadi di dunia, seringkali membuat siapapun yang melihat tersentuh hatinya. Membuat kita sedih, menangis, bahkan histeris, seperti berita pemboman, pembunuhan, penyiksaan, kekejaman, hingga bencana alam. Dengan berita-berita tersebut, media massa bermaksud menggalang dan membangkitkan atensi serta motivasi kita untuk tetap bersatu, bersaudara, saling berkomunikasi, dan saling mencintai. Media massa berupaya menumbuhkan kepekaan individual dan kepekaan sosial masyarakat.

7. Berita sebagai Ramalan

Berita tidak sekedar melaporkan perbuatan atau keadaan secara kasat mata. Berita mengisyaratkan dampak dari perbuatan atau keadaan itu. Berita memberikan interpretasi, prediksi, dan konklusi. Bagaimana caranya? Kita dapat mengembangkan tradisi jurnalistik presisi. Semua informasi yang disajikan media, idealnya terdiri atas rangkaian fakta yang benar, akurat, lengkap, dan tentu saja aktual melalui berbagai uji dan pendekatan akademik. Sebagai contoh, sejak era reformasi, media massa Indonesia sudah semakin terbiasa dengan penyelenggaraan jajak pendapat polling. Dari situ dapat diketahui pendapat dan keinginan masyarakat, kemudian diteliti, serta diukur melalui pendekatan statistik. Hasilnya disajikan secara populer dan komunikatif, sehingga semua lapisan masyarakat dapat mencerna dan memahaminya dengan baik. Itulah disebut sebagai ramalan, atau perkiraan yang diambil dari hasil penelitian di lapangan.

8. Berita sebagai Gambar

Dalam dunia jurnalistik dikenal aksioma: satu gambar seribu kata one ficture on thousand word, berarti betapa dahsyatnya sebuah gambar dibandingkan dengan kata-kata. Muhtadi 1999: 102, dalam dunia persuratkabaran, gambar karikatur merupakan salah satu alat yang digunakan untuk memengaruhi khalayak setelah kolom editorial dan artikel. Gambar, foto dan karikatur merupakan pesan-pesan yang hidup sekaligus menghidupkan deskripsi verbal lainnya. Riset membuktikan, hanya 11 persen informasi diterima indera pendengaran, sedangkan 75 persen diterima secara visual Malouf: 81 dalam Macnamara, 1998: xii. Edwin Emery dalam Introduction to Mass Communications 1971: 248, dilihat dari fungsinya, seperti halnya kata-kata, foto jurnalistik juga berfungsi untuk menginformasikan to inform, meyakinkan to persuade, dan menghibur to entertain para pemakai media tersebut. Sedangkan efektivitas penggunaan foto jurnalistik sangat bergantung pada bagaimana foto itu diambil oleh seorang fotografer, ditempatkan dan dikombinasikan secara tepat oleh para editor dalam media massa yang menjadi salurannya Muhtadi, 1999: 102.