Ekstra Media Teori Hirarki Pengaruh

dalam kerjanya. Bisa jadi kedua wartawan tersebut memiliki pandangan yang sama dari perusahaan tempat mereka bekerja, dengan sistem politik pemberitaan yang sama. Termasuk faktor yang mempengaruhi isi media, beberapa menggunakan organisasi sebagai langkah, dalam membentuk konsep produksi di dalam pemberitaan media. Pihak lain membandingkan isu aktual yang berbeda di antara media, seperti antara keluarga dan pemilik suratkabar. Tentu saja tidak secara terang-terangan, tapi karena penempatan isi berita berlainan dengan organisasi media lainnya, maka penonton akan “membaca” hal tersebut. Dapat dikatakan bahwa, peran organisasi sangat mempengaruhi bagaimana seorang jurnalis dalam bekerja. Pengaruh itu dapat dilihat, sejauh mana seorang jurnalis memiliki kecekatan dalam memburu berita secepat mungkin. Kerja mereka pun bisa dikatakan berdasar prinsip organisasi. Bagaimana mereka bekerja untuk perusahaan tempat mereka bernaung, dengan konsep pemberitaan yang berpengaruh terhadap isi media.

4. Media

Rutinitas merupakan hal penting yang memiliki pengaruh kuat dalam produksi, yang membentuk mental pekerja media menjadi lebih fokus dalam pekerjaannya. Penonton memiliki perhatian dan waktu yang tebatas, media pun dengan sumber penghasilan yang terbatas, juga terbatas produksi yang dihasilkan. Dengan keterbatasan itu, hal- hal bersifat birokratis secara fungsional di dalam media, digunakan sebagai sumber kekuatan eksternal dalam memperoleh keuntungan. Daniel Hallin 1992 dalam buku Mediating The Message halaman 107, berpendapat bahwa dari waktu ke waktu, wartawan telah mengetahui aturan birokrasi ruang kerjanya, serta rutinitas kerja secara profesional. Kini, wartawan yang mengeluh terhadap masalah editorial sudah jarang ditemukan dibanding sebelumnya. Dapat dikatakan bahwa wartawan masa kini, memiliki kebebasan lebih banyak untuk menunjukkan kemampuannya. Menurut Hallin, wartawan masa kini lebih menginternalisasi pembatasan profesionalisme daripada apa yang telah dilakukan oleh para penulis era 1930-an, dan juga lebih sedikit mempolitisir masalah dibandingkan para pendahulunya. Mereka lebih memegang teguh norma-norma profesi daripada pemikiran-pemikiran politis. Rutinitas pemburu berita menghasilkan nilai penting, kekuatan dari luar media juga mampu memegang peranan penting, yakni kekuasaan untuk mempengaruhi isi media. Dalam beberapa hal mendeskripsikan kenyataan, bahwa wartawan sebagai manusia yang terkekang atau dibelenggu dengan rutinitas kerja hariannya. Wartawan hidup dalam struktur birokratis yang kuat dan ritme kerja tak beraturan, ditambah lagi dengan penghasilan yang rendah. Media yang mempekerjakan wartawan, terkadang menjadikan wartawannya sendiri terkekang. Hal tersebut tidak terlepas dari ketidakwajaran antara penghasilan yang diperoleh wartawan, dengan