kinerjanya. Rutinitas dan ritme kerja yang tanpa henti dalam mencari berita, tidak sebanding dengan apa yang diperolehnya. Dari kenyataan
di lapangan yang menyebutkan, bahwa wartawan seolah masih belum hidup secara layak, hal itu seharusnya mendapat perhatian khusus dari
media yang mempekerjakan wartawan tersebut. Dalam hal ini, media harus lebih memperhatikan pekerjanya, menyesuaikan antara
penghasilan dengan rutinitas kerja yang “tanpa batas” tersebut.
5. Individu Pembahasan mengenai individu, tidak terlepas dari pengaruh
potensial pribadi dalam isi media massa, yang dipengaruhi faktor dari dalam. Wartawan dengan pendidikan yang baik mempengaruhi isi
tulisannya. Karakteristik komunikator seperti gender, kesukuan, dan jenis kelamin serta latar belakang personal, dan pengalaman
keagamaan juga status sosial ekonomi orangtuanya. Tidak hanya karakteristik komunikator terhadap sikap personal, nilai serta
kepercayaan, tetapi juga berpengaruh langsung terhadap latarbelakang profesional, dan pengalaman seorang komunikator yang mengenyam
pendidikan di sekolah jurnalistik atau film.
39
Pengalaman profesional, termasuk ketika seseorang bekerja dalam bidang komunikasi, maka akan mempengaruhi nilai potensial
dalam dirinya, yang tentu saja berpengaruh dalam kinerjanya.
39
Shoemaker and Reese, Mediating the Message, p. 65.
Saat ini, untuk menjadi seorang pekerja media, tak perlu harus dari sekolah jurnalistik, siapapun bisa mempelajarinya di luar
pendidikan kewartawanan. Namun, latar belakang ilmu pendidikan, minimnya pengalaman, belum tentu bisa membuat seseorang mampu.
Misalnya saja, orang awam yang sama sekali tidak pernah mempelajari jurnalistik, dan ia dihadapkan untuk dapat membuat berita
yang akan disajikan kepada khalayak luas. Seseorang yang sudah mengenyam pendidikan jurnalistik secara bertahun-tahun saja, belum
tentu mampu membuat sebuah tulisan dengan struktur yang benar dan layak publikasi, apalagi yang bertolakbelakang dengan pendidikan
jurnalistik. Dalam hal ini, latarbelakang, serta pengalaman yang luas merupakan modal individu untuk terjun ke dunia media.
B. News Factory Model McCorkle Teori Pengolahan Berita
Bantz, McCorkle, dan Baade 1980 merefleksikan rutinitas yang sama dalam kerja, dengan menggunakan istilah “Pengolahan Berita”.
40
Dalam praktiknya di ruang berita televisi, disebutkan bahwa “factory model”
merupakan prosedur analisis dengan menggunakan perkiraan, yakni
bagaimana suatu pekerjaan dilakukan, bisa dikatakan sebagai proses pengolahan berita.
Membangun suatu ide atau memunculkannya dari sebuah penelitian ke dalam produksi berita, berarti bahwa berita sebagian besar dibuat berdasarkan
sesuatu yang pasti, tidak hanya dalam bentuk dan komposisi tetapi juga dalam
40
John D. H. Downing, etc, Handbook of Media Studies, USA: Sage Publications Inc, 2004, p. 402.
hal isi. Berita, merupakan sesuatu yang menunjukkan “rancangan kebenaran” lebih dari itu disebut sebagai gambaran kenyataan.
Lippmann 1922 telah memahami karakter berita yang berstandarisasi, diproduksi secara rutin, dan dibuat berdasarkan permintaan guna memperoleh
berita itu sendiri kemudian memroses peristiwa yang terjadi berdasarkan hasil di lapangan. Inti dari teori ini bahwa unsur-unsur utama yang mendukung teori
“Pengolahan Berita” yakni berita telah dapat disimpulkan berdasarkan struktur di awalnya.
41
Dalam buku Handbook of Media Studies, terdapat lima unsur pengolahan berita. Pertama, berita sebagai penemuan, maksudnya adalah
berita yang ditemukan dapat diperhitungkan menjadi sumber berita dari suatu peristiwa. Berikutnya jaringan sebagai sumber berita. Pemerintah, pejabat
tinggi, pebisnis, grup tertentu, dan hal-hal yang menguntungkan, dianggap sebagai hal-hal yang menguntungkan media karena menjadi sumber berita.
Kemudian waktu, sebagai salah satu faktor dalam pembuatan berita. Berita adalah sesuatu berdasarkan waktu yang memiliki jadwal tetap, bisa
dalam satu kali seminggu, setiap hari, setiap beberapa jam, atau terus berkelanjutan. Lalu berita sebagai sesuatu yang dibingkai. Menurut Entman
1993, bingkai tersebut mengenai pemilihan dan kepopuleran berita. Mengacu pada proses wartawan memilih topik, terbatas pada isu yang
dibahas, dan sebab pemunculan, serta dampak yang terjadi.
41
John D. H. Downing, etc, Handbook of Media Studies, p. 402.