Pengertian Rahn Gadai Rahn Gadai

44 Artinya: jika kamu dalam perjalanan dan bermuamalah tidak secara tunai sedangkan kamu tidak memperoleh seorang penulis, maka hendaklah ada barang tanggungan yang dipegang oleh yang berpiutang. Akan tetapi, jika sebagian kamu mempercayai sebagian yang lain, maka hendaklah yang dipercayai itu menunaikan amanatnya utangnya dan hendaklah ia bertakwa kepada kepada Allah tuhannya; dan janganlah kamu para saksi menyembunyikan persaksian. Dan barang siapa yang menyembunyikan persaksian, maka sesungguhnya ia adalah orang yang berdosa hatinya; dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. 25 Dasar hukum rahn gadai berdasarkan hadits: م اماع تشا ملس ه لع ه لص لا ا ا ع ه ض شءاع ع د دح م اع د ه ه لجا لا د Artiny a: “Dari Aisyah ra, Bahwa Rosulullah Shallallahu Alaihi Wa Sallam pernah membeli bahan makanan dari seorang yahudi dan beliau menggadaikan baju perang dari besi.” HR Bukhari - Muslim. 26 aR-rahn merupakan akad penyerahan barang dari nasabah kepada bankpegadaian sebagai jaminan sebagian atau seluruhnya atas hutang yang dimiliki nasabah. Transaksi tersebut merupakan kombinasipenggabungan dari beberapa transaksi atau akad yang merupakan suatu rangkaian yang tidak 25 Mardani, Ayat – Ayat Dan Hadis Ekonomi Syariah, Jakarta: Rajawali Pers, 2011, h. 81 26 Ibid, h. 140 45 terpisahkan, meliputi a. Pemberian pinjaman dengan menggunakan transaksi akad qard. b. Penitipan barang jaminan berdasarkan transaksi akad rahn c. Penetapan sewa akad khasanah tempat penyimpanan barang atas penitipan tersebut melalui transaksi akad ijarah. Dasar hukum rahn berdasarkan Fatwa Dewan Syariah Nasional MUI Nomor 25 tahun 2002 Bahwa pinjaman dengan menggadaikan barang sebagai jaminan utang dalam bentuk Rahn dibolehkan dengan ketentuan sebagai berikut: Ketentuan Umum: 1. Murtahin penerima barang mempunyai hak untuk menahan Marhun barang sampai semua utang Rahin yang menyerahkan barang dilunasi. 2. Marhun dan manfaatnya tetap menjadi milik Rahin. Pada prinsipnya, Marhun tidak boleh dimanfaatkan oleh Murtahin kecuali seizin Rahin, dengan tidak mengurangi nilai Marhun dan pemanfaatannya itu sekedar pengganti biaya pemeliharaan dan perawatannya. 3. Pemeliharaan dan penyimpanan Marhun pada dasarnya menjadi kewajiban Rahin, namun dapat dilakukan juga oleh Murtahin, sedangkan biaya dan pemeliharaan penyimpanan tetap menjadi kewajiban Rahin. 4. Besar biaya pemeliharaan dan penyimpanan Marhun tidak boleh ditentukan berdasarkan jumlah pinjaman.