Pembentukan sikap konsumen Perilaku Konsumen

36 3. Fungsi Mempertahankan Ego Sikap yang dikembangkan konsumen cenderung untuk melindunginya dari tantangan eksternal maupun perasaan internal, sehingga membentuk fungsi mempertahankan ego. 4. Fungsi Pengetahuan Sikap membantu konsumen mengorganisasikan informasi yang begitu banyak yang setiap hari dipaparkan pada dirinya. Fungsi pengetahuan dapat membantu konsumen mengurangi ketidakpastian dan kebingungan dalam memilah-milah informasi yang relevan dan tidak relevan dengan kebutuhan.

4. Perilaku Konsumen Dalam Islam

Perilaku konsumsi Islam berdasarkan tuntunan Al- Qur’an dan Hadis perlu didasarkan atas rasionalitas yang disempurnakan yang mengintegrasikan keyakinan kepada kebenaran yang „melampaui’ rasionalitas manusia yang sangat terbatas ini. B ekerjanya „invisible hand’ yang didasari oleh asumsi rasionalitas yang bebas nilai – tidak memadai untuk mencapai tujuan ekonomi Islam yakni terpenuhinya kebutuhan dasar setiap orang dalam suatu masyarakat. Islam memberikan konsep adanya an-nafs al-muthmainnah jiwa yang tenang. Jiwa yang tenang ini tentu saja tidak berarti jiwa yang mengabaikan tuntutan aspek material dari kehidupan. Disinilah perlu 37 diinjeksikan sikap hidup peduli kepada nasib orang lain yang dalam bahasa Al- Qur’an dikatakan „al-iitsar’. Berbeda dengan konsumen konvensional. Seorang muslim dalam penggunaan penghasilanya memiliki 2 sisi, yaitu pertama untuk memenuhi kebutuhan diri dan keluarganya dan sebagiannya lagi untuk dibelanjakan di jalan Allah. Dalam Islam, konsumsi tidak dapat dipisahkan dari peranan keimanan. Peranan keimanan menjadi tolak ukur penting karena keimanan memberikan cara pandang dunia yang cenderung mempengaruhi kepribadian manusia. Keimanan sangat mempengaruhi kuantitas dan kualitas konsumsi baik dalam bentuk kepuasan material maupun spiritual.  Batasan konsumsi dalam Islam tidak hanya memperhatikan aspek halal-haram saja tetapi termasuk pula yang diperhatikan adalah yang baik, cocok, bersih, tidak menjijikan. Larangan israf dan larangan bermegah-megahan.  Begitu pula batasan konsumsi d alam syari’ah tidak hanya berlaku pada makanan dan minuman saja. Tetapi juga mencakup jenis- jenis komoditi lainya. Pelarangan atau pengharaman konsumsi untuk suatu komoditi bukan tanpa sebab.  Pengharaman untuk komoditi karena zatnya karena antara lain memiliki kaitan langsung dalam membahayakan moral dan spiritual. 38 Dalam Islam, asumsi dan aksioma yang sama komplementer, substitusi, tidak ada keterikatan, akan tetapi titik tekannya terletak pada halal, haram, serta berkah tidaknya barang yang akan dikonsumsi sehingga jika individu dihadapkan pada dua pilihan A dan B maka seorang muslim orang yang mempunyai prinsip keislaman akan memilih barang yang mempunyai tingkat kehalalan dan keberkahan yang lebih tinggi, walaupun barang yang lainnya secara fisik lebih disukai. Dalam Islam dikenal pula konsumsi sosial, dengan penjelasan sebagai berikut: Konsumsi dalam Islam tidak hanya untuk materi saja tetapi juga termasuk konsumsi sosial yang terbentuk dalam zakat dan sedekah. Dalam Al- Qur’an disebutkan bahwa pengeluaran zakat sedekah mendapat kedudukan penting dalam Islam. Sebab hal ini dapat memperkuat sendi - sendi sosial masyarakat. 21

B. Keputusan Konsumen

Pengambilan keputusan konsumen adalah proses pemecahan masalah yang diarahkan pada sasaran. Inti dari prilaku konsumen adalah bagaimana individu ini membuat keputusan untuk menggunakan sumber daya yang telah tersedia untuk mengkonsumsi suatu barang dan jasa. Sebelum melakukan 21 Deny Priyana, Teori Prilaku Konsumen Dalam Persepektif Ilmu Ekonomi Islam, Internet Yang Di Akses Pada Tanggal 9 Mei Jam 15.55 Dari http:lppm.universitasazzahra.ac.idteori- perilaku-konsumen-dalam-perspektif-ilmu-ekonomi-islam