Pengertian Perilaku Konsumen Faktor

30 kumpulan dari nilai – nilai dasar, persepsi, keinginan dan perilaku yang dipelajari oleh seorang anggota masyarakat dari keluarga dan lembaga penting lainnya. Setiap budaya terdiri dari sub-budaya. Sub-budaya yang lebih kecil yang lebih memberikan identifikasi dan sosialisasi yang lebih spesifik untuk para anggotanya. Faktor budaya dalam melakukan gadai emas dipengaruhi oleh keluarga dan lingkungan organisasi. 13 2. Faktor Sosial Ada empat hal mendasar yang dapat menimbulkan kelas sosial dimasyarakat yaitu: a. Kekayaan b. Kekuasaan c. Kehormatan d. Tingkat penguasaan ilmu pengetahuan Perilaku konsumen juga dipengaruhi oleh faktor sosial, seperti kelompok kecil, keluarga serta peranan dan status sosial konsumen. Perilaku seseorang dipengaruhi oleh banyak kelompok kecil. Kelompok yang mempunyai pengaruh langsung. 14 Salah satu faktor sosial dalam melakukan gadai emas ini dapat dipengaruhi oleh tingkat penguasaan ilmu pengetahuan yaitu adanya para 13 Nugroho J Setiadi, Prilaku Konsumen; Konsep Dan Implikasi Untuk Strategi Dan Penelitian Pemasaran, Jakarta, Prenada Media, 2003, h. 331 14 Ibid,. 31 pakar ekonomi Islam yang sangat handal dalam mendukung produk gadai emas. 3. Faktor Pribadi Keputusan pembelian juga dipengaruhi oleh karakteristik peribadi seperti umur dan tahapan siklus hidup, pekerjaan, situasi ekonomi, gaya hidup, serta kepribadian dan konsep diri pembeli. Yang mempengaruhi faktor ini adalah: a. Umur dan tahapan siklus hidup Konsumsi seseorang dibentuk oleh tahapan siklus hidup keluarga. Orang dewasa biasanya mengalami perubahan tertentu ketik mereka menjalani hidupnya. b. Pekerjaan Pekerjaan juga dapat mempengaruhi seseorang individu dalam prilaku konsumsinya. Misalnya seorang pekerja kasar maka akan cenderung membeli pakaian untuk pekerjaan kasar., sedangkan pekerjaan kantoran akan cenderung membeli setelan kemeja atau jas. c. Ekonomi Dalam prilaku pembelian yang dimaksud dengan ekonomi seseorang adalah terdiri dari pendapatan yang dapat dibelanjakan, tabungan dan harta. d. Gaya hidup Gaya hidup seseorang secara keseluruhan yang berinteraksi dengan lingkungan, juga mencerminkan sesuatu dibalik kelas sosial seseorang. 32 e. Kepribadian dan konsep diri Kepribadian merupakan karakteristik psikologi yang berbeda dari setiap orang yang memandang responnya terhadap lingkungan yang relatif konsisten. 15 4. Faktor Psikologi Pemilihan yang dibeli seseorang lebih lanjut dipengaruhi oleh faktor psikologi yaitu motivasi, persepsi, pengetahuan, serta kepercayaan. Motivasi merupakan kebutuhan yang cukup menekan untuk mengarahkan seseorang mencari cara untuk memuaskan kebutuhan tersebut. 16 Dalam faktor psikologi ini adanya rasa aman dan nyaman yang dirasakan seseorang dalam menggunakan produk rahn sehingga memiliki kepuasan tersendiri. 5. Kelompok Referensi Kolompok referensi bagi seseorang akan menimbulkan pengaruh baik langsung maupun tidak langsung terdiri dari dua yaitu primer dan sekunder. Kelompok primer yaitu kelompok yang di dalamnya terjalin interaksi yang berkesinambungan dan cenderung bersifat informal. Contoh keluarga, kawan, teman, tetangga dan rekan kerja. Kelompok sekunder adalah kelompok yang 15 Leon G Schiffman, Prilaku Konsumen, Jakarta: Indeks, ed 7, h. 106 16 Nurul Aini, “Motivasi Nasabah Dalam Menggunakan Prosuk Gadai Emas Gambaran Deskriptif Pada BRI Syariah KC BSD City. Skripsi SI Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2012 33 di dalamnya kurang terjalin interaksi yang berkesinambungan dan cenderung formal, seperti organisasi keagamaan, himpunan profesi. 17 6. Faktor Ekonomi a. kebutuhan Menurut teori Abraham Maslow, pada dasarnya semua manusia memiliki kebutuhan pokok. Ia menunjukannya dalam 5 tingkatan yang berbentuk pyramid, orang memulai dorongan dari tingkat terbawah lima tingkatan kebutuhan itu dikenal dengan sebutan Hirarki Kebutuhan Maslow, dimulai dari kebutuhan biologis dasar sampai motif psikologis yang lebih komplek; yang hanya akan penting setelah kebutuhan dasar terpenuhi. Kebutuhan pada suatu peringkat paling tidak harus terpenuhi sebagian sebelum kebutuhan pada peringkat berikutnya menjadi penentu tindakan yang penting. Lima tingkatan tersebut adalah Kebutuhan Fisiologis rasa lapar, rasa haus, dan sebagainya, kebutuhan rasa aman merasa aman terlindungi, jauh dari bahaya, Kebutuhan sosial akan rasa cinta dan rasa memiliki berafiliasi dengan orang lain, diterima, memiliki, kebutuhan akan penghargaan berprestasi, berkompetensi, dan mendapatkan dukungan serta pengakuan, kebutuhan aktualisasi diri kebutuhan kognitif: mengetahui, memahami, dan menjelajahi; kebutuhan estetik: keserasian, keteraturan, dan keindahan; kebutuhan aktualisasi diri: mendapatkan kepuasan diri dan menyadari 17 Philip Kotler, manajemen pemasaran: analisis perencanaan dan pengendalian, Jakarta: erlangga, 1996, ed.5, h.181 34 potensinya bila makanan dan rasa aman sulit diperoleh, pemenuhan kebutuhan tersebut akan mendominasi tindakan seseorang dan motif – motif yang lebih tinggi akan kurang signifikan. 18 b. Investasi Menurut James C Van Horn, Investasi merupakan suatu kegiatan memanfaatkan kas pada masa sekarang dengan tujuan untuk menghasilkan keuntungan di masa depan. Sedangkan menurut Fitz Gerald, investasi merupakan suatu kegiatan usaha yang berkaitan dengan penarikan sumber – sumber yang dipakai untuk mengadakan modal pada masa sekarang ini. Barang modal tersebut akan menghasilkan aliran produk baru di masa yang akan datang. Dari pengertian di atas terlihat jelas bahwa investasi merupakan suatu kegiatan yang berorientasi menggembirakan pada masa yang akan datang. Untuk mendapatkan hasil tersebut seseorang harus mengorbankan pada masa sekarang. 19

3. Pembentukan sikap konsumen

Menurut Allport sikap adalah suatu mental dan saraf sehubungan dengan kesiapan untuk menanggapi, diorganisasi melalui pengalaman dan memiliki pengaruh yang mengarahkan dan dinamis terhadap perilaku. Jika 18 Nurul Aini, “Motivasi Nasabah Dalam Menggunakan Prosuk Gadai Emas Gambaran Deskriptif Pada BRI Syariah KC BSD City ”. Skripsi SI Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2012 19 Miyosi Ariefiansyah, Jago Investasi, Pasti Untung Tanpa Bunting, jawa barat: lascar askara, h. 3 - 4 35 dianalogikan dengan sikap konsumen terhadap suatu produk maka konsumen akan mempelajari kecendrungan untuk mengevaluasi produk baik disenangi maupun tidak disenangi secara konsisten. Dapat disimpulkan bahwa sikap mewakili perasaan senang atau tidak tehadap suatu produk yang dipertanyakan. Kepercayaan dan keinginan untuk bertindak dipandang memiliki hubungan dengan sikap tetapi merupakan konsep kognitif yang terpisah bukan merupakan bagian dari sikap. 20 Dalam sikap konsumen terdapat fungsi – fungsi sikap diantaranya: 1. Fungsi Utilitarian Fungsi ini merupakan fungsi yang berhubungan dengan prinsip – prinsip dasar imbalan dan hukuman. Disini konsumen mengembangkan beberapa sikap terhadap produk atas dasar apakah suatu produk memberikan kepuasan atau kekecewaan. 2. Fungsi Ekspresi Nilai Konsumen mengembangkan suatu sikap terhadap suatu produk bukan didasarkan atas manfaat produk itu, tetapi lebih didasarkan atas kemampuan produk untuk mengekspresikan nilai – nilai yang ada pada dirinya. 20 Setiadi Nugroho j, Perilaku Konsumen, Jakarta: Kencana Grenada Media Group, 2010, h. 140 - 141 36 3. Fungsi Mempertahankan Ego Sikap yang dikembangkan konsumen cenderung untuk melindunginya dari tantangan eksternal maupun perasaan internal, sehingga membentuk fungsi mempertahankan ego. 4. Fungsi Pengetahuan Sikap membantu konsumen mengorganisasikan informasi yang begitu banyak yang setiap hari dipaparkan pada dirinya. Fungsi pengetahuan dapat membantu konsumen mengurangi ketidakpastian dan kebingungan dalam memilah-milah informasi yang relevan dan tidak relevan dengan kebutuhan.

4. Perilaku Konsumen Dalam Islam

Perilaku konsumsi Islam berdasarkan tuntunan Al- Qur’an dan Hadis perlu didasarkan atas rasionalitas yang disempurnakan yang mengintegrasikan keyakinan kepada kebenaran yang „melampaui’ rasionalitas manusia yang sangat terbatas ini. B ekerjanya „invisible hand’ yang didasari oleh asumsi rasionalitas yang bebas nilai – tidak memadai untuk mencapai tujuan ekonomi Islam yakni terpenuhinya kebutuhan dasar setiap orang dalam suatu masyarakat. Islam memberikan konsep adanya an-nafs al-muthmainnah jiwa yang tenang. Jiwa yang tenang ini tentu saja tidak berarti jiwa yang mengabaikan tuntutan aspek material dari kehidupan. Disinilah perlu