Keyakinan, Nilai dan Norma Kebutuhan fisiologis tubuh

28 wanita lebih banyak menggunakan suplemen single vitamin dan kombinasi vitamin dan multivitamin.

3. Keyakinan, Nilai dan Norma

Suhardjo 2006 menyatakan bahwa pada masyarakat tertentu, terdapat satu pameo yaitu semakin tinggi tingkat keprihatinan seseorang maka akan semakin bahagia dan bertambah tinggi taraf sosial yang dicapainya. Keprihatinan ini dapat dicapai dengan tirakat yaitu suatu kepercayaan melakukan kegiatan fisik dan mengurangi tidur, makan dan minum atau berpantang melakukan sesuatu. Sediaoetama 1989 juga menyatakan bahwa kepercayaan atau keyakinan masyarakat tentang konsepsi kesehatan dan gizi sangat berpengaruh terhadap pemilihan bahan makanan. Suhardjo 2006 juga menyatakan bahwa pola konsumsi makanan merupakan hasil kepercayaan masyarakat yang bersangkutan dan mengalami perubahan terus menerus menyesuaikan dengan kondisi lingkungan dan tingkat kemajuan budaya masyarakat tersebut. Dalam penelitian Suhardjo 2006 ditemukan bahwa keyakinan dan norma yang berlaku di masyarakat dapat mempengaruhi perilaku konsumsi.

4. Kebutuhan fisiologis tubuh

Menurut Worthington 2000, salah satu faktor internal yang mempengaruhi perilaku makan remaja yaitu kebutuhan fisiologis tubuh. Dalam penelitian ini yang dimaksudkan adalah kebutuhan zat gizi terutama kecukupan vitamin pada remaja. Menurut Tilarso, Hario 2009 dalam Yunaeni 2009, 29 kebutuhan akan zat gizi mutlak bagi tubuh agar dapat melaksanakan fungsi normalnya. Jika konsumsi vitamin lebih rendah dari kebutuhan, maka status gizi vitamin dalam tubuh akan menurun. Keadaan ini disebut defisiensi vitamin. Jika kekurangan ini tidak terlalu besar, maka kebutuhan masih dapat ditutupi dari tempat cadangan. Bila hal ini berlangsung lebih lama, maka cadangan vitamin akan banyak menurun Sediaoetama, 1987. Begitu pula jika konsumsi vitamin E lebih tinggi dari kebutuhan atau secara berlebihan, maka dapat menimbulkan keracunan. Gangguan pada saluran cerna terjadi bila memakan lebih dari 600 miligram sehari. Dosisi tinggi juga dapat meningkatkan efek obat antikoagulan yang digunakan untuk mencegah penggumpalan darah Almatsier, 2006. 5. Body ImageCitra Tubuh Menurut kamus psikologi chaplin, 2005 citra tubuh adalah ide seseorang mengenai penampilannya di hadapan orang lain. Schlundt dan Jhonson 1990 dalam Indika 2009 mengatakan bahwa citra tubuh merupakan gambaran mental yang tertuju kepada perasaan yang kita alami tentang tubuh dan bentuk tubuh kita yang berupa penilaian positif dan penilaian negatif. Rice 2001 dalam Meliana 2006 mendefinisikan citra tubuh sebagai pandangan seseorang tentang tubuhnya, suatu gambaran mental seseorang mencakup pikiran, persepsi, perasaan, emosi, imajinasi, penilaian, sensasi fisik, keadaan dan perilaku mengenai bentuk tubuhnya yang dipengaruhi oleh idealisasi pencitraan tubuh di 30 masyarakat dan interaksi sosial seseorang dalam lingkungannyandaan dapat mengalami perubahan. Mappiare 1982 mengatakan citra raga merupakan sebagian dari konsep diri yang berkaitan dengan sifat-sifat fisik. Citra raga khususnya dimaksudkan oleh pemikiran mengenai kecantikan dan kebutuhan wajah. Menurut Melliana 2006 penampilan merupakan bentuk kontrol sosial yang mempengaruhi bagaimana individu melihat dirinya dan bagaimana ia dilihat oleh orang lain. Kurniati 2004 menyatakan bahwa citra raga adalah gambaran yang dimiliki individu terhadap tubuhnya yang berhubungan dengan penerimaan diri terhadap keadaan fisiknya yang akan mempengaruhi rasa ketertarikkan orang lain. Citra raga pada umumnya berhubungan dengan remaja wanita daripada remaja pria, remaja wanita cenderung untuk memperhatikan penampilan fisik Mappiare, 1992. Menurut Suryanie 2005 perubahan-perubahan fisik yang dialami oleh remaja wanita menghasilkan suatu persepsi yang berubah-ubah dalam citra raga dan secara khas menunjukkan kearah penolakan terhadap physical self. Hal-hal yang menyebabkan remaja wanita tidak menerima physical selfnya misalnya : tinggi badan, kemasakkan fisik, jerawat. Remaja wanita sangat peka terhadap penampilan dirinya dan merenung perihal bagaimana wajahnya, apakah orang lain menyukai wajahnya serta selalu 31 menggambarkan dan mengembangkan seperti apa tubuhnya dan apa yang diinginkan dari tubuhnya . Conger dan Peterson dalam Sarafino, 1998 yang mengemukakan bahwa citra rubuh bagi remaja merupakan suatu hal yang penting, karena pada masa remaja seseorang banyak mengalami perubahan, baik secara fisik maupun psikis. Perubahan yang pesat ini menimbulkan respon tersendiri bagi remaja berupa tingkah laku yang sangat memperhatikan tubuhnya. Banyak faktor yang mempengaruhi perkembangan citra tubuh, antara lain: a. Jenis Kelamin Chase 2001 menyatakan bahwa jenis kelamin adalah faktor paling penting dalam perkembangan citra tubuh seseorang. Berdasarkan penelitian Indika 2009, wanita lebih negatif memandang citra tubuh dibandingkan pria. Pria ingin bertubuh besar dikarenakan mereka ingin tampil percaya diri di depan teman-temannya dan mengikuti tren yang sedang berlangsung. Sedangkan wanita ingin memiliki tubuh kurus menyerupai ideal yang digunakan untuk menarik perhatian pasangannya. Usaha yang dilakukan pria untuk membuat tubuh lebih berotot dipengaruhi oleh gambar di media massa yang memperlihatkan model pria yang kekar dan berotot. Sedangkan wanita cenderung untuk menurunkan berat badan disebabkan oleh artikel dalam majalah wanita yang sering 32 memuat artikel promosi tentang penurunan berat badan Anderson dan Didomenico, 1992. Wanita identik dengan cantik, dan cantik identik dengan wajah dan kulit yang bersih, mulus, sehat dan berseri. Oleh karena itu, banyak wanita yang mengkonsumsi suplemen vitamin untuk mendapatkan kecantikan tersebut Purwaningrum, 2008. Berikut ini merupakan kutipan yang diambil dari sebuah artikel di sebuah media cetak. “Gue mau banget punya badan langsing dan kulit cantik. Soalnya teman- teman gue men “support” untuk mempunyai badan langsing dan kulit cantik. Gue juga mengonsumsi suplemen untuk memperlancar gue mendapatkan tubuh yang indah, yah, meskipun ada efek sampingnya, tapi ya gak apa- apalah.” Putri, Kompas 10 Juli 2009 b. Usia Pada perkembangan remaja, citra tubuh menjadi penting. Hal ini berdampak pada usaha berlebihan pada remaja untuk mengontrol berat badan. Umumnya lebih sering terjadi pada remaja putri daripada remaja putra Papalia dan Olds, 2003 dalam Indika, 2009 c. Media massa Tiggeman dalam Indika, 2009 menyatakan bahwa media massa menjadi pengaruh yang paling kuat dalam budaya sosial. Anak-anak dan remaja lebih banyak menghabiskan waktunya dengan menonton televisi. Konsumsi media yang tinggi mempengaruhi konsumen. Isi tayangan 33 media sering menggambarkan bahwa standar kecantikan perempuan adalah tubuh yang kurus dan kulit yang putih. Purwaningrum 2008, remaja yang mempunyai perilaku makan negatif dikaitkan dengan citra tubuh yang dimiliki. Individu merasa tidak puas dengan penampilannya sendiri. Remaja cenderung menginginkan penampilan yang ideal seperti bintang film, penyanyi dan model. Suatu studi di AS mengenai body image pada remaja putri menunjukkan bahwa 70 subjek mengungkapkan keinginan untuk mengurangi berat badannya karena merasa kurang langsing. Padahal hanya 15 di antara mereka yang menderita overweight.

6. Konsep Diri