HASIL Faktor-faktor yang mempengaruhi konsumsi supleman vitamin E berlebihan pada siswa di SMA Negeri 65 Jakarta Tahun 2010

BAB V HASIL

5.1 Gambaran Umum SMAN 65 Jakarta

SMAN 65 Jakarta terletak di Jalan Raya Panjang Kecamatan Kebon Jeruk Jakarta Barat. Jumlah seluruh siswa di SMAN 65 Jakarta tahun 2011 berjumlah 625 siswa, dengan siswa perempuan berjumlah 351 siswa dan siswa laki-laki berjumlah 274 siswa. Dibawah ini dapat dilihat distribusi frekuensi siswa SMAN 65 Jakarta tahun 2011 berdasarkan jenis kelamin. Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Jumlah Siswa SMAN 65 Jakarta Tahun 2011 Berdasarkan Jenis Kelamin Jenis Kelamin Jumlah Persentase Laki-laki 274 43,84 Perempuan 351 56,16 Total 625 100 Sumber: Profil SMAN 65 Jakarta tahun 2011 Pada penelitian ini yang menjadi responden hanya siswa perempuan kelas X sampai kelas XII yang mengkonsumsi suplemen vitamin E.

5.2 Gambaran Hasil Analisis Univariat

Analisis univariat adalah distribusi frekuensi untuk mendapatkan gambaran dari variabel dependen dan variabel independen.

5.2.1 Gambaran Konsumsi Suplemen Vitamin E

Konsumsi suplemen vitamin E ini dikategorikan menjadi dua, yaitu “mengkonsumsi melebihi batas toleransi” ≥800 mg dan “tidak melebihi batas toleransi” 800 mg. Adapun gambaran konsumsi suplemen vitamin E pada siswi SMAN 65 Jakarta dapat dilihat pada tabel dibawah ini: Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Konsumsi Suplemen Vitamin E Siswi SMAN 65 Jakarta Tahun 2011 Konsumsi Suplemen Vitamin E Jumlah Persentase Melebihi batas toleransi 16 20,8 Tidak melebihi batas toleransi 61 79,2 Total 77 100 Sumber: Data Primer Berdasarkan tabel tersebut diketahui bahwa dari 77 responden yang diteliti, proporsi siswi yang mengkonsumsi suplemen vitamin E dengan tidak melebihi batas toleransi lebih banyak 79,2 dibandingkan dengan siswi yang mengkonsumsi suplemen vitamin E dengan melebihi batas toleransi. Dari hasil analisis juga diketahui jenis suplemen vitamin E yang dikonsumsi oleh siswi SMAN 65 jakarta. Adapun distribusi frekuensi jenis suplemen vitamin E yang dikonsumsi adalah sebagai berikut: Tabel 5.3 Jenis Suplemen Vitamin E Yang Dikonsumsi Oleh Siswi SMAN 65 Jakarta Tahun 2011 Jenis Suplemen ∑ Responden Persen Natur E 32 41,5 Nourish Skin 15 19,5 Ever E 10 13 HemavitonSkin Nutrien 8 10,4 Evion 12 15,6 Total 77 100 Sumber: Data Primer Dari tabel 5.3 diatas dapat diketahui bahwa merek suplemen vitamin E yang paling banyak dikonsumsi oleh responden adalah Natur E 41,5, Nourish Skin 19,5, dan Evion 15,6.

5.2.2 Gambaran Pendapatan Orang Tua Siswi SMAN 65 Jakarta

Pendapatan orang tua dalam penelitian ini dikategorikan menjadi dua yaitu pendapatan cukup dan kurang, dikatakan memiliki pendapatan cukup apabila ≥ Rp. 5.000.000,00bulan dan pendapatan kurang apabila Rp. 5.000.000,00bulan. Pengkategorian tersebut didasarkan pada profil kesehatan Indonesia tahun 2001. Adapun gambaran distribusi frekuensi pendapatan orang tua dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Pendapatan Orang Tua Siswi SMAN 65 Jakarta Tahun 2011 Pendapatan orang tua Jumlah Persentase Cukup 42 54,5 Kurang 35 45,5 Total 77 100 Sumber:Data Primer Berdasarkan tabel 5.4 diketahui bahwa dari 77 responden, siswi yang memiliki pendapatan orang tua pada kategori cukup lebih banyak yaitu sebanyak 42 54,5 dibandingkan dengan siswi yang memiliki pendapatan orang tua pada kategori kurang yaitu sebanyak 35 siswi 45,5.

5.2.3 Gambaran Uang Saku Siswi SMAN 65 Jakarta

Uang saku dalam penelitian ini dikategorikan menjadi besar dan kecil. Uang saku siswi dikatakan besar jika ≥ rata-rata uang saku pada responden dalam penelitian ini Rp. 15.000,00 dan dikatakan kecil jika rata-rata uang saku pada responden dalam penelitian ini. Adapun gambaran distribusi frekuensi uang saku siswi SMAN 65 Jakarta dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi Uang Saku Siswi SMAN 65 Jakarta Tahun 2011 Uang Saku Jumlah Persentase Kecil 20 26 Besar 57 74 Total 77 100 Sumber:Data Primer Berdasarkan tabel tersebut diketahui dari 77 responden yang diteliti, siswi yang mempunyai uang saku besar yaitu sebanyak 57 74 lebih banyak dibandingkan dengan siswi yang mempunyai uang saku kecil yaitu sebanyak 20 26.

5.2.4 Gambaran Status Kesehatan Siswi SMAN 65 Jakarta

Status kesehatan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah adatidaknya penyakit yang diderita oleh responden selama satu bulan terakhir. Status kesehatan tersebut dikategorikan menjadi ada dan tidak ada. Dikatakan “ada”, jika siswi mengalami sakit dalam sebulan terakhir saat penelitian dilakukan, dan dikatakan “tidak ada”, jika siswi tidak mengalami sakit dalam sebulan terakhir saat penelitian dilakukan. Adapun gambaran distribusi frekuensi status kesehatan siswi SMAN 65 Jakarta dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 5.6 Distribusi Frekuensi Status Kesehatan Siswi SMAN 65 Jakarta Tahun 2011 Status Kesehatan Jumlah Persentase Tidak Ada 48 62,3 Ada 29 37,7 Total 77 100 Sumber:Data Primer Dari tabel 5.6 diketahui bahwa dari 77 responden, siswi yang tidak menderita suatu penyakit lebih banyak yaitu sebesar 62,3 dibandingkan dengan siswi yang menderita suatu penyakit yaitu 37,7. Selanjutnya dari hasil analisis juga diketahui jenis penyakit yang diderita oleh siswi tersebut diantaranya adalah demam tifoid dan ISPA Infeksi Saluran Pernapasan Akut. Siswi yang menderita ISPA lebih banyak yaitu 62,12 dibandingkan dengan siswi yang menderita demam tifoid yaitu sebanyak 37,88.

5.2.5 Gambaran Pengetahuan Gizi Siswi SMAN 65 Jakarta

Pengetahuan gizi dalam penelitian ini dikategorikan menjadi dua yaitu pengetahuan gizi baik dan kurang. Siswi dikatakan memiliki pengetahuan gizi baik apabila ≥ 80 seluruh jawaban benar dan kurang apabila 80 seluruh jawaban benar Khomsan, 2000. Adapun gambaran distribusi frekuensi pengetahuan gizi siswi SMAN 65 Jakarta dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 5.7 Distribusi Pengetahuan Gizi pada Siswi di SMAN 65 Jakarta tahun 2011 Pengetahuan Gizi Jumlah Persentase Kurang 31 40,3 Baik 46 59.7 Total 77 100 Sumber:Data Primer Berdasarkan tabel 5.7 diketahui bahwa dari 77 responden, siswi yang memiliki pengetahuan gizi baik lebih banyak yaitu sebanyak 59,7 dibandingkan dengan siswi yang memiliki pengetahuan gizi kurang yaitu sebanyak 40,3. Selanjutnya hasil analisis menunjukkan terdapat 64,6 siswi salah dalam menjawab pertanyaan mengenai vitamin E termasuk dalam vitamin larut lemak, dan sebanyak 58,3 siswi salah dalam menjawab pertanyaan mengenai kelebihan konsumsi suplemen vitamin E dapat menjadikan kulit semakin cerah dan cantik.

5.2.6 Gambaran Pengaruh Teman pada Siswi SMAN 65 Jakarta

Gambaran distribusi frekuensi pengaruh teman dapat dilihat pada tabel 5.8 dibawah ini: Tabel 5.8 Distribusi Pengaruh Teman pada Siswi di SMAN 65 Jakarta tahun 2011 Pengaruh Teman Jumlah Persentase Tidak ada pengaruh 46 59.7 Ada pengaruh 31 40,3 Total 77 100 Sumber:Data Primer Berdasarkan tabel tersebut diketahui sebanyak 31 responden 40,3 mendapatkan pengaruh dari temannya dalam mengkonsumsi suplemen vitamin E. Sedangkan yang tidak mendapatkan pengaruh dari teman lebih banyak, yaitu 59,7.

5.2.7 Gambaran Keterpaparan MediaInformasi Suplemen vitamin E pada Siswi di SMAN 65 Jakarta

Distribusi frekuensi keterpaparan mediainformasi suplemen vitamin E pada siswi di SMAN 65 Jakarta dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 5.9 Distribusi Keterpaparan MediaInformasi Suplemen Vitamin E pada Siswi di SMAN 65 Jakarta tahun 2011 Pengaruh Media Jumlah Persentase Tidak terpapar 45 58,4 Terpapar 32 41,6 Total 77 100 Sumber:Data Primer Berdasarkan tabel 5.9 diketahui bahwa siswi yang terpapar mediainformasi yaitu sebesar 58,4 45 siswi sedangkan siswi yang tidak terpapar media yaitu sebesar 41,6 32 siswi. Dalam analisis juga didapatkan sebanyak 47 siswi mendapatkan informasi mengenai suplemen vitamin E dari televisi, 31,2 dari majalah, dan sebanyak 21,8 dari radio.

5.2.8 Gambaran Citra Raga pada Siswi di SMAN 65 Jakarta

Distribusi frekuensi gambaran citra raga pada siswi di SMAN 65 Jakarta dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 5.10 Distribusi Citra Raga pada Siswi di SMAN 65 Jakarta tahun 2011 Citra Raga Jumlah Persentase Negatif 46 59,7 Positif 31 40,3 Total 77 100 Citra raga dalam penelitian ini dikategorikan menjadi negatif dan positif. Citra raga dikatakan negatif jika rata-rata mean dari skor skala citra raga, yakni 24,69. Sedangkan citra raga dikatakan positif jika ≥ rata-rata skor skala citra raga pada responden dalam penelitian ini 24,69. Berdasarkan hasil tersebut didapatkan lebih banyak responden yang memandang citra raga secara negatif dibandingkan dengan positif yakni sebesar 46 responden 59,7.

5.3 Gambaran Hasil Analisis Bivariat

Pada analisis bivariat ini akan disajikan hubungan antara masing-masing variabel independen dengan variabel independen.

5.3.1 Hubungan antara pendapatan orang tua dengan konsumsi suplemen vitamin E

Untuk mengetahui hubungan antara pendapatan orang tua dengan konsumsi suplemen vitamin E pada siswi di SMAN 65 Jakarta tahun 2011 digunakan uji chi- square yang disajikan pada tabel 5.11 di bawah ini: Tabel 5.11 Hubungan Pendapatan Orang Tua dengan Konsumsi Suplemen Vitamin E pada siswi di SMAN 65 Jakarta tahun 2011 Pendapatan Orang Tua Konsumsi Suplemen Vit E Total OR 95 CI P-value Melebihi batas toleransi Tidak melebihi batas toleransi N N N Cukup 13 31 29 69 42 100 4,78 1,24-18,49 0,023 Kurang 3 8,6 32 91,4 35 100 Total 16 20,8 61 79,2 77 100 Sumber:Data Primer Berdasarkan tabel 5.11 hasil analisis hubungan antara pendapatan orang tua dengan konsumsi suplemen vitamin E pada siswi di SMAN 65 Jakarta diperoleh bahwa diantara 42 responden yang pendapatan orang tuanya cukup, terdapat 13 responden 31 yang mengkonsumsi suplemen vitamin E melebihi batas toleransi. Sedangkan diantara 35 responden yang pendapatan orang tuanya kurang, terdapat 3 responden 8,6 yang mengkonsumsi suplemen vitamin E melebihi batas toleransi. Berdasarkan hasil uji statistik diperoleh nilai Pvalue 0,023. Hal ini menunjukkan Pvalue 0,05 artinya pada α=5 terdapat hubungan yang bermakna antara pendapatan orang tua dengan konsumsi suplemen vitamin E. Dari hasil analisis diperoleh juga nilai OR = 4,78, artinya siswi yang pendapatan orang tuanya cukup, memiliki kecendrungan untuk mengkonsumsi suplemen vitamin E melebihi batas toleransi 4,78 kali dibandingkan dengan siswi dengan pendapatan orang tuanya kurang.

5.3.2 Hubungan antara uang saku dengan konsumsi suplemen vitamin E

Untuk mengetahui hubungan antara uang saku dengan konsumsi suplemen vitamin E pada siswi di SMAN 65 Jakarta tahun 2011 digunakan uji chi-square yang disajikan pada tabel 5.12 di bawah ini: Tabel 5.12 Hubungan Uang Saku dengan Konsumsi Suplemen Vitamin E pada siswi di SMAN 65 Jakarta tahun 2011 Uang Saku Konsumsi Suplemen Vit E Total OR 95 CI P-value Melebihi batas toleransi Tidak melebihi batas toleransi N N N Kecil 3 15 17 85 20 100 0,597 0,151-2,361 0,54 Besar 13 22,8 44 77,2 57 100 Total 16 20,8 61 79.2 77 100 Sumber:Data Primer Berdasarkan tabel 5.12 hasil analisis hubungan antara uang saku dengan konsumsi suplemen vitamin E pada siswi di SMAN 65 Jakarta diperoleh bahwa diantara 20 siswi yang uang sakunya kecil, terdapat 3 siswi 15 yang mengkonsumsi suplemen vitamin E melebihi batas toleransi. Sedangkan diantara 57 siswi yang uang sakunya besar, terdapat 13 siswi 22,8 yang mengkonsumsi suplemen vitamin E melebihi batas toleransi. Berdasarkan hasil uji statistik diperoleh nilai Pvalue 0,54. Hal ini menunjukkan Pvalue 0,05 artin ya pada α=5 tidak ada hubungan yang bermakna antara uang saku dengan konsumsi suplemen vitamin E. Dari hasil analisis diperoleh juga nilai OR = 0,597, artinya siswi yang tergolong uang saku kecil memiliki peluang 0,597 untuk mengkonsumsi suplemen vitamin E melebihi batas toleransi dibandingkan dengan siswi yang tergolong uang saku besar.

5.3.3 Hubungan antara status kesehatan dengan konsumsi suplemen vitamin E

Untuk mengetahui hubungan antara status kesehatan dengan konsumsi suplemen vitamin E pada siswi di SMAN 65 Jakarta tahun 2011 digunakan uji chi-square yang disajikan pada tabel 5.13 di bawah ini: Tabel 5.13 Hubungan Status Kesehatan dengan Konsumsi Suplemen Vitamin E pada siswi di SMAN 65 Jakarta tahun 2011 Status Kesehatan Konsumsi Suplemen Vit E Total OR 95 CI P-value Melebihi batas toleransi Tidak melebihi batas toleransi N N N Tidak ada 5 17,2 24 82,8 29 100 0,701 0,218-2,270 0,773 Ada 11 22,9 37 77,1 48 100 Total 16 20,8 61 79,2 77 100 Sumber:Data Primer Berdasarkan table 5.13 hasil analisis hubungan antara status kesehatan dengan konsumsi suplemen vitamin E pada siswi di SMAN 65 Jakarta diperoleh bahwa diantara 29 siswi yang tidak menderita suatu penyakit, terdapat 5 siswi 17,2 yang mengkonsumsi suplemen vitamin E melebihi batas toleransi. Sedangkan diantara 48 siswi yang menderita suatu penyakit, terdapat 11 siswi 22,9 yang mengkonsumsi suplemen vitamin E melebihi batas toleransi. Berdasarkan hasil uji statistik diperoleh nilai Pvalue 0,773. Hal ini menunjukkan Pvalue 0,05 artinya pada α=5 tidak ada hubungan yang bermakna antara status kesehatan dengan konsumsi suplemen vitamin E. Dari hasil analisis diperoleh juga nilai OR=0,701, artinya siswi yang tidak mempunyai penyakit memiliki peluang 0,701 kali untuk mengkonsumsi suplemen vitamin E melebihi batas toleransi dibandingkan dengan siswi yang mengalami sakit.

5.3.4 Hubungan antara pengetahuan gizi dengan konsumsi suplemen vitamin E

Untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan gizi dengan konsumsi suplemen vitamin E pada siswi di SMAN 65 Jakarta tahun 2011 digunakan uji chi-square yang disajikan pada tabel 5.14 di bawah ini: Tabel 5.14 Hubungan Pengetahuan Gizi dengan Konsumsi Suplemen Vitamin E pada siswi di SMAN 65 Jakarta tahun 2011 Pengetahuan Gizi Konsumsi Suplemen Vit E Total OR 95 CI P- value Melebihi batas toleransi Tidak melebihi batas toleransi N N N Kurang 13 41,9 18 58,1 31 100 10,352 2,629-40,76 0,000 Baik 3 6,5 43 93,5 46 100 Total 16 20,8 61 79,2 77 100 Sumber:Data Primer Berdasarkan table 5.14 hasil analisis hubungan antara pengetahuan gizi dengan konsumsi suplemen vitamin E pada siswi di SMAN 65 Jakarta diperoleh bahwa diantara 31 siswi dengan pengetahuan gizi kurang, terdapat 13 siswi 41,9 yang mengkonsumsi suplemen vitamin E melebihi batas toleransi. Sedangkan diantara 46 siswi dengan pengetahuan gizi baik, terdapat 3 siswi 6,5 yang mengkonsumsi suplemen vitamin E melebihi batas toleransi. Berdasarkan hasil uji statistik diperoleh nilai Pvalue 0,000. Hal ini menunjukkan Pvalue 0,05 artinya pada α=5 terdapat hubungan yang bermakna antara pengetahuan gizi dengan konsumsi suplemen vitamin E. Dari hasil analisis diperoleh juga nilai OR 10,352, artinya siswi dengan pengetahuan gizi kurang memiliki peluang 10,352 kali untu mengkonsumsi suplemen vitamin E melebihi batas toleransi dibandingkan dengan siswi yang pengetahuan gizi baik.

5.3.5 Hubungan antara pengaruh teman dengan konsumsi suplemen vitamin E

Untuk mengetahui hubungan antara pengaruh teman dengan konsumsi suplemen vitamin E pada siswi di SMAN 65 Jakarta tahun 2011 digunakan uji chi-square yang disajikan pada tabel 5.15 di bawah ini: Tabel 5.15 Hubungan pengaruh teman dengan Konsumsi Suplemen Vitamin E pada siswi di SMAN 65 Jakarta tahun 2011 Pengaruh teman Konsumsi Suplemen Vit E Total OR 95 CI P-value Melebihi batas toleransi Tidak melebihi batas toleransi N N N Tidak ada 4 8,7 42 91,3 46 100 0,151 0,043-0,529 0,003 Ada 12 38,7 19 61,3 31 100 Total 16 20,8 61 79,2 77 100 Sumber:Data Primer Berdasarkan table 5.15 hasil analisis hubungan antara pengaruh teman dengan konsumsi suplemen vitamin E pada siswi di SMAN 65 Jakarta diperoleh bahwa diantara 46 siswi yang tidak ada pengaruh teman, sebanyak 4 8,7 siswi yang mengkonsumsi suplemen vitamin E melebihi batas toleransi. Sedangkan diantara 31 siswi yang ada pengaruh teman, terdapat 12 siswi 38,7 yang mengkonsumsi suplemen vitamin E melebihi batas toleransi. Berdasarkan hasil uji statistik diperoleh nilai Pvalue 0,003. Hal ini menunjukkan Pvalue 0,05 artinya pada α=5 terdapat hubungan yang bermakna antara pengetahuan gizi dengan konsumsi suplemen vitamin E. Dari hasil analisis diperoleh juga nilai OR = 0,151, artinya siswi yang tidak ada pengaruh dari teman memiliki peluang 0,151 kali untuk mengkonsumsi suplemen vitamin E melebihi batas toleransi dibandingkan dengan siswi yang ada pengaruh dari teman .

5.3.6 Hubungan antara keterpaparan media dengan konsumsi suplemen vitamin E

Untuk mengetahui hubungan antara keterpaparan media dengan konsumsi suplemen vitamin E pada siswi di SMAN 65 Jakarta tahun 2011 digunakan uji chi- square yang disajikan pada tabel 5.16 di bawah ini: Tabel 5.16 Hubungan Keterpaparan Media dengan Konsumsi Suplemen Vitamin E pada siswi di SMAN 65 Jakarta tahun 2011 Keterpaparan Media Konsumsi Suplemen Vit E Total OR 95 CI P- value Melebihi batas toleransi Tidak melebihi batas toleransi N N N Tidak terpapar 5 11,4 39 88,6 41 100 0,256 0,079-0,834 0,025 Terpapar 11 33,3 22 66,7 33 100 Total 16 20,8 61 79,2 77 100 Sumber:Data Primer Berdasarkan table 5.16 hasil analisis hubungan antara keterpaparan media dengan konsumsi suplemen vitamin E pada siswi di SMAN 65 Jakarta diperoleh bahwa diantara 41 siswi yang tidak terpapar media, terdapat 5 siswi 11,4 yang mengkonsumsi suplemen vitamin E melebihi batas toleransi. Sedangkan 33 siswi yang terpapar media, terdapat 11 siswi 33,3 mengkonsumsi suplemen vitamin E melebihi batas toleransi. Berdasarkan hasil uji statistik diperoleh nilai Pvalue 0,025. Hal ini menunjukkan Pvalue 0,05 artinya pada α=5 terdapat hubungan yang bermakna antara keterpaparan media dengan konsumsi suplemen vitamin E. Dari hasil analisis diperoleh juga nilai OR=0,256, artinya siswi yang tidak terpapar oleh media mempunyai peluang 0,256 kali untuk mengkonsumsi suplemen vitamin E melebihi batas toleransi dibandingkan dengan siswi yang terpapar oleh media .

5.3.7 Hubungan antara citra raga dengan konsumsi suplemen vitamin E

Untuk mengetahui hubungan antara citra raga dengan konsumsi suplemen vitamin E pada siswi di SMAN 65 Jakarta tahun 2011 digunakan uji chi-square yang disajikan pada tabel 5.16 di bawah ini: Tabel 5.17 Hubungan Citra Raga dengan Konsumsi Suplemen Vitamin E pada siswi di SMAN 65 Jakarta tahun 2011 Citra Raga Konsumsi Suplemen Vit E Total OR 95 CI P- value Melebihi batas toleransi Tidak melebihi batas toleransi N N N Negatif 15 32,6 31 67,4 46 100 14,5 1,8-116,8 0,001 Positif 1 3,2 30 96,8 31 100 Total 16 20,8 61 79,2 77 100 Sumber:Data Primer Berdasarkan table 5.16 hasil analisis hubungan antara citra raga dengan konsumsi suplemen vitamin E pada siswi di SMAN 65 Jakarta diperoleh bahwa diantara 46 siswi yang memandang citra raga negatif, terdapat 15 siswi 32,6 yang mengkonsumsi suplemen vitamin E melebihi batas toleransi. Sedangkan diantara 31 siswi yang memandang citra raga positif, hanya 1 siswi 3,2 mengkonsumsi suplemen vitamin E melebihi batas toleransi. Berdasarkan hasil uji statistik diperoleh nilai Pvalue 0,001. Hal ini menunjukkan Pvalue 0,05 artinya pada α=5 terdapat hubungan yang bermakna antara citra raga dengan konsumsi suplemen vitamin E. Dari hasil analisis diperoleh juga nilai OR=14,5, artinya siswi yang memandang citra raga negatif mempunyai peluang 14,5 kali untuk mengkonsumsi suplemen vitamin E melebihi batas toleransi dibandingkan dengan siswi yang memandang citra raga positif. 5.4 Analisis Multivariat 5.4.1 Faktor Paling Dominan Berhubungan Dengan Konsumsi Suplemen Vitamin E pada siswi di SMAN 65 Jakarta Analisis multivariat digunakan untuk mengetahui faktor paling dominan yang berhubungan dengan konsumsi suplemen vitamin E pada siswi di SMAN 65 Jakarta tahun 2011, yaitu dengan menggunakan uji regresi logistik berganda dengan model prediksi yaitu dengan cara menseleksi variabel independennya, maka tahapan yang dilakukan adalah sebagai berikut:

1. Pemilihan Variabel Kandidat yang Akan Masuk Model

Untuk melihat model multivariat, terlebih dahulu dilakukan analisis bivariat antara pendapatan orang tua, uang saku, status kesehatan, pengetahuan, teman sebaya, media massa dan citra raga dengan variabel konsumsi suplemen vitamin E. Tahapan analisis multivariat yang dilakukan adalah melakukan pemilihan kandidat yang akan masuk model. Dalam penelitian ini ada enam variabel yang akan diuji sebagai kandidat yang akan masuk model yaitu pendapatan, pengetahuan, pengaruh teman, media massa dan citra raga. Untuk memilih kandidat model, hanya variabel yang memiliki Pvalue 0,25 yang akan dimasukkan dalam model multivariat. Hasil pemilihan kandidat model dapat dilihat pada tabel 5.18 berikut ini: Tabel 5.18 Pemilihan Kandidat Variabel Independen yang Akan Masuk Model Multivariat No Variabel P-Value 1 2 Pendapatan Uang Saku 0,023 0,54 3 4 Status Kesehatan Pengetahuan 0,773 0,000 5 Pengaruh Teman 0,003 6 7 Media Massa Citra Raga 0,025 0,001 Sumber:Data Primer Berdasarkan tabel 5.18 diperoleh bahwa diantara 7 variabel independen, terdapat 5 variabel yang memiliki Pvalue 0,25. Oleh karena itu, variabel yang akan masuk kedalam model adalah variabel pendapatan, pengetahuan, pengaruh teman, media massa, dan citra raga.

2. Pembuatan Model Prediksi Penentu Konsumsi Suplemen Vitamin E

Dalam pemodelan ini semua variabel kandidat dicobakan secara bersama-sama. Variabel independen dimasukkan ke dalam model, kemudian variabel yang nilai Pwald-nya tidak signifikan Pwald 0,05 dikeluarkan dari model secara berurutan dimulai dari variabel dengan nilai Pwald-nya yang terbesar. Hasil pembuatan model dapat dilihat pada tabel 5.19 sebagai berikut: Tabel 5.19 Hasil Pemodelan Prediksi Konsumsi Suplemen Vitamin E Variabel P value Model 1 Model 2 Model 3 Pendapatan 0,193 - - Pengetahuan 0,009 0,006 0,004 Pengaruh Teman 0,035 0,019 0,017 Media massa Citra raga 0,069 0,043 0,068 0,028 - 0,017 Sumber:Data Primer Berdasarkan tabel 5.19 diperoleh hasil bahwa pada penelitian ini memiliki tiga model, model pertama menunjukkan bahwa variabel pendapatan dan media massa memiliki nilai Pvalue 0,05 dan variabel pendapatan memiliki nilai Pvalue paling besar, sehingga pada model selanjutnya tidak mengikutsertakan variabel pekerjaan. Kemudian pada model kedua, hasil analisis menunjukkan bahwa variabel media massa memiliki nilai Pvalue 0,05, sehingga pada model selanjutnya tidak mengikutsertakan variabel media massa. Selanjutnya pada model ketiga hasil analisis menunjukkan bahwa variabel pengetahuan, pengaruh teman, dan citra raga memiliki Pvalue berturut- turut sebesar 0,004, 0,017 dan 0,017. Hal ini menunjukkan bahwa variabel pengetahuan, pengaruh teman, dan citra raga diduga memiliki hubungan dengan konsumsi suplemen vitamin E pada siswi di SMAN 65 Jakarta tahun 2011.

3. Uji Interaksi

Uji interaksi adalah uji untuk mengetahui interaksi antar variabel. Dalam uji interaksi, pemilihan variabel yang berinteraksi antar variabel independen didasarkan substansi. Berdasarkan variabel yang masuk model multivariat, maka variabel yang mungkin berinteraksi adalah variabel pengetahuan dan citra raga terkait dengan konsumsi suplemen vitamin E. Hasil uji interaksi dapat dilihat pada tabel 5.20 sebagai berikut: Tabel 5.20 Hasil Uji Interaksi No Variabel P- value 1 PengetahuanCitra Raga 0,468 Sumber: Data Primer Dari hasil uji interaksi pengetahuan dengan citra raga diperoleh Pvalue sebesar 0,468, hal ini menunjukkan tidak ada interaksi antara pengetahuan dengan citra raga Pvalue 0,005.

4. Penyusunan Model Akhir

Setelah dilakukan analisis, ternyata pengetahuan, pengaruh teman, dan citra raga merupakan faktor risiko utama konsumsi suplemen vitamin E pada siswi, maka modelnya dapat dilihat pada tabel 5.21 sebagai berikut: Tabel 5.21 Model Prediksi Konsumsi Suplemen Vitamin E pada Siswi di SMAN 65 Jakarta Tahun 2011 Variabel B Wald Pwald OR 95 CI Pengetahuan 2.302 8,390 0,004 9,997 2,105-47,471 Pengaruh teman -1,816 5,649 0,017 0,163 0,036-0,727 Citra Raga 2.778 5,714 0,017 16,088 1,649-156,94 Constant -2.512 1,641 0,2 -2 Log Likelihood = 54,680 Negelkerke R square = 0,419 Berdasarkan tabel 5.21, diketahui variabel pengetahuan, pengaruh teman, dan citra raga terbukti berhubungan signifikan dengan konsumsi supelmen vitamin E pada siswi. Dari hasil analisis juga diperoleh nilai OR pengetahuan adalah 9,997 artinya siswi yang pengetahuannya kurang berpeluang untuk mengkonsumsi suplemen vitamin E melebihi batas toleransi sebesar 9,997 kali dibandingkan dengan siswi yang pengetahuannya baik setelah dikontrol variabel pengaruh teman dan citra raga. Variabel pengaruh teman berdasarkan hasil analisis diperoleh nilai OR sebesar 0,163 artinya semakin terpengaruh dengan teman, maka siswi berpeluang untuk mengkonsumsi suplemen vitamin E melebihi batas toleransi sebesar 0,163 kali dibandingkan dengan siswi yang tidak terpengaruh teman. Selanjutnya variabel citra raga berdasarkan hasil analisis diperoleh nilai OR sebesar 16,088 artinya jika siswi memandang citra raga negatif, maka berpeluang untuk mengkonsumsi suplemen vitamin E melebihi batas toleransi sebesar 16,088 kali dibandingkan dengan siswi yang memandang citra raga positif. Maka dapat disimpulkan bahwa variabel pengetahuan, pengaruh teman, dan citra raga merupakan tiga variabel yang diduga memiliki hubungan dengan konsumsi suplemen vitamin E pada siswi di SMAN 65 Jakarta tahun 2011. Berdasarkan nilai OR dari ketiga variabel yang diduga berhubungan dengan konsumsi suplemen vitamin E pada siswi di SMAN 65 Jakarta tahun2011, dapat diketahui variabel mana yang paling besar berhubungan terhadap konsumsi suplemen vitamin E. Semakin besar nilai OR maka semakin besar pula pengaruhnya. Berdasarkan tabel 5.21 tersebut terlihat bahwa OR citra raga yang paling besar nilainya. Dengan demikian citra raga merupakan variabel yang paling berhubungan dengan konsumsi suplemen vitamin E pada siswi di SMAN 65 Jakarta tahun 2011. Dari hasil analisis multivariat secara keseluruhan, maka persamaan regresi yang diperoleh adalah sebagai berikut: Logit Konsumsi Suplemen Vitamin E= -2,512+2,302pengetahuan gizi + -1,816pengaruh teman+2,778citra raga Dengan model persamaan tersebut, maka dapat memperkirakan konsumsi suplemen vitamin E dengan menggunakan variabel pengetahuan gizi, pengaruh teman dan citra raga. Persamaan tersebut menunjukkan bahwa konsumsi suplemen vitamin E akan berubah menjadi tidak melebihi batas toeransi sebesar 2,302 kali jika siswi memiliki pengetahuan gizi cukup, konsumsi suplemen vitamin E akan berubah menjadi tidak melebihi batas toleransi sebesar 1,816 kali jika siswi tidak mendapat pengaruh dari teman, dan konsumsi suplemen vitamin E akan berubah menjadi tidak melebihi batas toleransi sebesar 2,778 kali jika siswi memandang citra raga poeitif. Semakin besar nilai beta B maka semakin besar hubungannya dengan perilaku kadarzi. Berdasarkan analisis yang dilakukan, diketahui bahwa koefisien determinan negelkerke R square menunjukkan nilai 0,419 artinya bahwa model regresi yang diperoleh dapat menjelaskan 41,9 variasi variabel dependen konsumsi suplemen vitamin E. Dengan demikian, variabel pengetahuan gizi, pengaruh teman dan citra raga hanya dapat menjelaskan variasi variabel perilaku kadarzi sebesar 41,9. Sedangkan 58,1 dijelaskan oleh variabel lainnya hasil terlampir.

BAB VI PEMBAHASAN