pedesaan akan lebih baik bila menggunakan analisa kelas. Eksistensi kapitalisme sangat terkait dengan peran kelas.
2.5 Status Ekonomi Sosial
Dalam masyarakat selalu dibedakan stratifikasi sosial karena terjadinya kelompok-kelompok dan struktur yang berbeda. Sebagai anggota kelompok, seseorang
mempunyai suatu kedudukan tertentu yang merupakan hak baginya. Menurut Garna 1996: 178 status adalah kedudukan sosial seseorang dalam suatu sistem sosial, yang
pada umumnya merupakan suatu kumpulan hak, kewajiban, dan tidak harus memiliki hirarki. Walaupun demikian lebih lanjut dijelaskan bahwa, biasanya kedudukan sosial
dalam suatu masyarakat itu memperhitungkan segi superioritas, yang lebih tinggi, ataukah inferioritas yang lebih rendah, karena itu status juga dihubungkan dengan derajat,
penghormatan, dan kedudukan yang disusun secara hirarki. Sejak pandangan Marx berkembang, pengertian kelas sosialpun terus berkembang ketingkat yang lebih jelas.
Menurut Marx kelas sebagai kelompok yang mempunyai peranan yang sama dalam proses produksi Bottomore, 1956: 51. Dengan demikian dapat diketahui bahwa
Marx memandang dimensi kehidupan ekonomi sangat menentukan kehidupan aspek- aspek lainnya. Lebih jauh dijelaskan bahwa perubahan ekonomi masyarakat akan diikuti
oleh perubahan cara atau teknik produksinya, perubahan dalam hubungan sosialnya, perubahan dalam bidang politik, hukum serta idiologi dan kebudayaannya. Kemudian
Marx-pun menjelaskan bahwa kelas yang mendominasi kekuatan materiil di masyarakat, pada saat yang sama akan mendominasi kekuatan intelektual yang ada pada
Universitas Sumatera Utara
masyarakatnya. Dengan demikian kelas yang mempunyai sarana-sarana produksi meteriil pada saat yang sama akan mengendalikan sarana-sarana produksi mental yang ada,
sehingga ide-ide dari kelas yang tidak mempunyai sarana produksi akan menjadi terbawahi oleh ide-ide yang berasal dari kelas yang memiliki sarana produksi
Bottomore, 1956: 78. Hal ini dimungkinkan karena perubahan dimensi ekonomi terlahir dari peningkatan pendapatan masyarakat. Peningkatan pendapatan masyarakat
dikarakterkan pada pemilikan alat produksi. Status sosial ini kemudian menggolongkan masyarakat itu menjadi lapisan-lapisan sosial tertentu seperti status sosial tinggi,
menengah, dan rendah. Pembedaan ini disebut stratifikasi sosial yang terjadi karena adanya kelompok-kelompok dan struktur yang berbeda dalam masyarakat. Sebagai
anggota kelompok seseorang mempunyai suatu kedudukan tertentu dalam kelompoknya. Kedudukan tersebut merupakan status seseorang di dalam kelompoknya.
Ross dalam Susanto, 1995: 62 mengatakan bahwa: adanya prestise dan derajat sosial itu membentuk pula apa yang dikenal sebagai status dan peranan. Status
merupakan kedudukan seseorang yang dapat ditinjau terlepas dari individunya; status merupakan kedudukan objektif yang memberi hak dan kewajiban kepada seseorang yang
menempati kedudukan itu, sedangkan peranan role merupakan dinamika dari status atau penggunaan dari hak dan kewajiban atau dapat juga disebut sebagai status subjektif.
Peranan dan status itu saling kait mengkait yaitu karena status merupakan kedudukan yang memberi hak dan kewajiban kepada orang, hanya saja kedua unsur ini tidak akan
ada artinya jika tidak dipergunakan. Status itu hanya mempunyai arti dalam masyarakat apabila ditinjau dari status yang lebih tinggi atau lebih rendah.
Universitas Sumatera Utara
Menurut Jay Robert dalam Rindarjono, 1994: 48 status sosial merupakan gejala yang ditangkap pada level individual, dengan unit analisisnya adalah kepala keluarga.
Status sosial ini menunjuk pada posisi relatif seseorang dalam masyarakat berdasarkan atas penghargaan sosial berkenaan dengan rasa hormat, hak istimewa dan prestise sosial.
Penghargaan ini membentuk tingkat sosial yang bersifat personal dan situasional. Sifat pertama melekat pada seseorang, sifat kedua tergantung penilaian relatif seseorang
terhadap lainnya. Kedua sifat tersebut dilihat pada bagaimana orang mempresentasikan diri terhadap dirinya sendiri dan terhadap sesamanya. Ungkapan perilaku ini dapat dilihat
pada gaya hidup yang tercermin dalam kehormatan sosial yang dibawa dalam interaksi pada peristiwa sosial yang diwujudkan dalam penggunaan gaya bahasa, besarnya
imbangan pertukaran dalam sumbangan yang diberikan pada peristiwa sosial penting misalnya perkawinan dan banyaknya bantuan ekonomi dan bantuan sosial yang diberikan
pada orang lain, serta kedudukan seseorang dalam elit lapisan atas desa serta tingkat pendidikannya.
Triyono dan Nasikun 1992: 30-31, melihat status sosial di dalam dimensi gaya hidup dan dimensi kehormatan sosial. Sebagai indikatornya, gaya hidup yang dimaksud
dilihat dari gaya bangunan rumah, sebagai hasil pengkonsumsian benda-benda materi yang melekat pada komponen bangunan rumah. Dalam hal ini yang dilihat adalah, tipe
rumah, model kerangka atap, jenis dinding, jumlah ruangan, spesialisasi fungsi ruangan, jenis jendela dan pintu, jenis genteng, dan jenis lantai. Secara garis besar model atap
bangunan tradisional di Kabupaten Banyumas ada 5 lima jenis yaitu: panggangpe, kampung, tajug, limasan, dan joglo Koderi, 1991: 140; Ambari, dkk, 1996: 92. Hasil
penelitian Triyono dan Nasikun 1992: 33 di desa Jawa menemukan bahwa tinggi
Universitas Sumatera Utara
rendahnya kelas ekonomi menentukan tinggi rendahnya prestise gaya bangunan rumah. Temuan ini menunjukkan bahwa gaya bangunan rumah merupakan lambang identitas
status sosial antar kelas ekonomi. Ini berarti penampakan identitas lewat gaya bangunan rumah merupakan usaha dari kelas-kelas ekonomi untuk menempatkan diri di dalam
tatanan sosial yang ada. Dilihat dari model kerangka atap rumah antar kelas ekonomi, tampak bahwa rumah model paris, joglo dan limasan banyak ditempati oleh kelas
ekonomi kaya dan cukup kelas I. Sebaliknya, rumah model kampung dan panggangpe banyak ditempati oleh kelas ekonomi agak cukup dan kelas ekonomi kurang kelas II dan
III. Kenyataan ini sejalan dengan pendapat Kodiran 1992: 314 yang menyatakan bahwa di daerah pedesaan di Jawa tipe rumah joglo dan limasan banyak ditempati orang
yang memiliki status sosial ekonomi yang tinggi di mata masyarakat.
Sedangkan Arsyad 1997: 412, melihat bahwa kelengkapan perabot rumah tangga yang meliputi kepemilikan barang-barang mebeler, alat komunikasi elektronika,
sarana transportasi serta peralatan dapur yang ada, akan membawa serta gaya hidup pemiliknya dan juga akan menumbuhkan kualitas kedudukan ekonomi dan kedudukan
sosial tersendiri dalam masyarakat. Selanjutnya Triyono dan Nasikun 1992: 31, menyatakan bahwa indikator kehormatan sosial dilihat pada bagaimana seseorang
membawakan diri dalam pergaulan sosial sebagai usaha untuk menempatkan diri dalam pergaulan sosial dan tatanan sosial yang ada. Cerminan kehormatan sosial dilihat dari
solidaritas sosial seseorang dalam proses pertukaran sosial, banyaknya sumbangan yang dikeluarkan untuk menolong atau membantu orang lain, dan gaya bahasa dalam keluarga
atau kerabat.
Universitas Sumatera Utara
BAB III METODE PENELITIAN