Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Indonesia adalah negara agraris yang memiliki potensi alam melimpah ruah yang mendukung statusnya sebagai negara agraris. Dengan sebagian besar masyarakatnya bermukim di pedesaan dan bermata pencaharian disektor pertanian. Maka sumber daya fisik utama yang paling penting dalam kehidupan masyarakat pedesaan tersebut adalah tanah atau lahan pertanian. Salah satu fungsi utama sosial ekonomi masyarakat pedesaan di Indonesia adalah melakukan berbagai macam kegiatan produksi terutama disektor pertanian dengan orientasi hasil produksinya untuk memenuhi kebutuhan pasar, baik di tingkat desa itu sendiri maupun ditingkat lain yang lebih luas. Dengan demikian mudahlah dimengerti apabila sebagian besar warga masyarakat pedesaan melakukan kegiatan utamanya dalam kegiatan pengolahan dan pemanfaatan lahan pertanian Soepono,1995:1. Masyarakat desa dalam kehidupan sehari-harinya menggantungkan pada alam. Alam merupakan segalanya bagi penduduk desa, karena alam memberikan apa yang dibutuhkan manusia bagi kehidupannya. Mereka mengolah alam dengan peralatan yang sederhana untuk dipetik hasilnya guna memenuhi kebutuhan sehari-hari. Alam juga digunakan untuk tempat tinggal. Seperti diketahui masyarakat pedesaan sering diidentikkan sebagai masyarakat agraris, yaitu masyarakat yang kegiatan ekonominya terpusat pada pertanian. Dengan berusaha disektor pertanian, masyarakat pedesaan berusaha meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan. Namun sektor pertanian sangat Universitas Sumatera Utara tergantung pada tingkat kesuburan tanah, iklim, curah hujan dan lainnya.Tetapi ini bukan suatu keadaan yang dapat dijadikan sebagai pedoman untuk memperoleh hasil penelitian. Salah satu cara untuk mengatasi hal tersebut, masyarakat pedesaan mengalihkan kegiatan ekonominya ke sektor lain. Misalnya peternakan, perdagangan dan berbagai industri kecil Mubyarto, 1985:20. Fenomena yang sedang berlangsung di komunitas desa tersebut dalam waktu yang berkesinambungan terjadi pergeseran pekerjaan dari sektor pertanian ke sektor non- pertanian yang dirasanya dapat meningkatkan kualitas kehidupannya. Hal ini dikarenakan pelaksanaan pembangunan pemekaran kota yang mengembang ke arah pinggiran, sehingga konsekuensinya banyak mengeser lahan-lahan pertanian. Dimana terjadinya penyempitan secara relatif lahan pertanian berakibat pula pada penurunan pendapatan dan sekaligus kesejahteraan pertanian. Proses pembangunan pemekaran kota ke arah perluasan areal aktifitas sosial dan ekonomi di pedesaan, dimana terdapat pengadaan aktifitas-aktifitas ekonomi baru, merupakan salah satu ciri berkembangnya nilai-nilai modernitas di suatu masyarakat. Proses seperti ini dapat memberikan stimulus warga masyarakat pedesaan untuk mengadopsinya. Hal ini disebabkan karena mereka mulai memproyeksikan dirinya dengan menempatkan peranan orang lain yang dianggap lebih baik dari pada mereka. Proses selanjutnya mereka mulai membandingkan pola-pola yang selama ini dialami dengan pola-pola baru yang datang dari luar, yang keberadaannya dianggap dapat mendukung dinamika kemajuan dirinya, khususnya dalam tuntutan kebutuhan ekonomi. Proses konversi yang terjadi di Indonesia dari tahun ke tahun menunjukan jumlah yang semakin meningkat. Hal ini akan berdampak pada berkurangnya jumlah lahan untuk Universitas Sumatera Utara pertanian dan berubahnya mata pencaharian penduduk yang biasanya bertani. Perkembangan dan pertumbuhan suatu industri kecil dalam suatu wilayah pedesaan, ditopang oleh kerja keras dan jiwa kewiraswastaan yang tinggi oleh masyarakat desa pendukung industri tersebut. Disamping dari teknologi, modal, tenaga kerja dan kedisiplinan serta peran serta pemerintah. Pertumbuhan industri di daerah pedesaan itu memungkinkan daerah tersebut tumbuh menjadi daerah industri dengan segala akibat positif dan negatifnya, yang kemudian akan membawa perubahan-perubahan dalam masyarakat. Banyak lahan-lahan sudah dijadikan pemukiman dan membawa dampak yang besar bagi masyarakat tersebut. Dimana pertanian itu sudah semakin melemah dan pertanian itu tidak menjadi prioritas lagi dalam mata pencaharian. Semakin berkembangnya zaman maka desa ini akan mengalami perubahan dan mengarah kearah modernisasi atau pembangunan kearah yang lebih maju. Dilihat dari bentuknya, perkampungan di desa memiliki pola yang berbeda. Hal ini dipengaruhi oleh kondisi geografis setempat seperti adanya sungai atau jalan sebagai sarana transportasi utama dan kondsi topografi yang berbukit atau datar. Pertumbuhan penduduk suatu daerah dapat mengidentifikasikan bahwa daerah tersebut mengalami pertumbuhan dan perkembangan. Populasi penduduk yang cenderung meningkat dapat mempengaruhi perkembangan sosial dan ekonomi yang diprediksi akan meningkat dalam arti kuantitas maupun kualitasnya. Masalah yang timbul adalah persediaan lahan menjadi semakin terbatas, sedangkan kebutuhan permukiman sebagai tempat tinggal menjadi kebutuhan yang sangat mendesak, karena rumah merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia yang berfungsi sebagai tempat bernaung, tidur, istirahat dan berkumpul bersama keluarga. Universitas Sumatera Utara Semakin sempitnya lahan pertanian dalam sebuah daerah pedesaan membuat sebagian masyarakat tidak mampu untuk bertahan atau beralih dari pertanian menjadi ke non pertanian. Terjadinya peralihan lahan pertanian menjadi lahan pemukiman mengakibatkan lahan itu menjadi sangat sempit dan semakin banyaknya sector-sektor lain yang masuk dalam wilayah tersebut yang bukan lagi merupakan sector pertanian.www.google.com, pukul 13.43 wib Desa Sudirejo, kecamatan Namorambe, merupakan wilayah yang masih memiliki banyak lahan pertanian yang produktif. Pemandangan pertama yang terlihat saat memasuki wilayah Sudirejo adalah puluhan petak sawah yang terhampar luas di samping kiri dan kanan. Desa ini berpotensi pada bidang pertanian, terlihat dari luas lahan yang diamati yang sebagian besar berupa lahan yang layak bagi pertanian. Secara geografis, desa ini juga mendukung pada proses dalam bidang pertanian, baik dari segi suhu rata- rata keseharian dan topografi tempat yang ada. Daerah yang berada pada ketinggian yang strategis cocok bagi tanaman-tanaman pertanian, khususnya tanaman pangan. Belakangan ini luasan lahan pertanian di Desa Sudirejo semakin berkurang. Hal ini disebabkan oleh semakin maraknya fenomena konversi lahan di wilayah tersebut. Seperti masyarakat desa di Indonesia pada umumnya, masyarakat Desa Sudirejo mayoritas bermata pencaharian sebagai petani. Desa Sudirejo termasuk ke dalam kecamatan Namorambe yaitu merupakan sebuah kecamatan yang terletak di sebelah utara dari kota Medan, dan juga Namorambe merupakan salah satu kecamatan yang berada di bawah naungan dari pemerintahan Kabupaten Deliserdang yang beribukotakan Lubuk Pakam. Namorambe adalah sebuah kecamatan dimana dalam Universitas Sumatera Utara kecamaaatan itu terdapat 39 desa dan 65 dusun. Penduduk di kecamatan Namorambe mayoritas suku karo sekitar 59. Tetapi seiring dengan perkembangan yang terliat saat ini, masyarakat Desa Sudirejo tidak saja beraktivitas mengelola lahan pertanian bertani, selebihnya ada yang menjadi pedagang, buruh, dan lain-lain. Mereka yang bermata pencaharian sebagai petani, biasanya mengelola lahan pertanian mereka dengan menanam padi dan palawija. Dan dewasa ini mereka mulai melepaskan mata pencaharian mereka untuk kemudian pindah ke mata pencaharian lain yang dirasa dapat mencukupi kebutuhan hidupnya. Mereka banyak yang beralih ke sektor informal. Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan di atas, maka tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk menganalisis mengenai pengaruh perubahan orientasi mata pencaharian yang ditimbulkan dari adanya konversi lahan pertanian bagi masyarakat.

1.2. Perumusan Masalah