Peringkat Pengarang Komunikasi ilmiah dalam kajian islam di indonesia dan Asia Tenggara pada jurnal Islamika : sebuah analisis sitiran

paling banyak digunakan. Masih banyak digunakannya literatur yang terbit antara tahun 1961 – 1970 ini bisa terjadi karena beberapa kemungkinan, antara lain karena: 1 Informasi tersebut bersifat spesifik atau khusus. 2 Informasi yang terkandung dalam literatur tersebut masih relevan untuk digunakan 3 Atau mungkin mungkin memang belum ada perkembangan mutakhir dari informasi yang dibutuhkan sehingga literatur-literatur tersebut masih cukup banyak digunakan sebagai rujukan. Terakhir parameter yang terendah adalah kelompok sangat sedikit, adalah literatur yang terbit dalam kurun waktu 1811 – 1920 atau satu abad lebih. Dalam kelompok ini, literatur yang terbit antara tahun 1831 – 1840 merupakan literatur yang paling sedikit dijadikan rujukan, dimana hanya mendapat 1 sitiran 0,03.

8. Peringkat Pengarang

Dari 3173 sitiran yang dianalisis, hanya terdapat 3057 sitiran pengarang atas nama orang. Selebihnya 116 sitiran tidak terdapat nama pengarang. Hal ini rata-rata terdapat pada sitiran surat kabar. Namun tidak semua surat kabar yang disitir tidak dicantumkan nama pengarangnya. Berikut rincian jumlah sitiran pengarang pada Jurnal Studia Islamika volume I – VII yang dapat dilihat pada Tabel 4.8 dan Diagram 7 berikut: Tabel 4.8 Jumlah Sitiran Pengarang Volume I – VII No Volume Jumlah Sitiran 1. Volume I 352 11.51 2. Volume II 414 13.54 3. Volume III 437 14.29 4. Volume IV 580 18.97 5. Volume V 349 11.44 6. Volume VI 567 18.54 7. Volume VII 358 11.71 Jumlah 3057 100 Rata-rata 436 Diagram 7 Jumlah Sitiran Pengarang Volume I – VII Dari data ini dapat dianalisa berdasarkan parameter yang sudah ditetapkan. Kelompok parameter pertama adalah volume jurnal dengan jumlah sitiran pengarang yang tergolong sangat sedikit. Bila dilihat pada Tabel 4.8, tidak ditemukan volume yang tergolong dalam parameter ini. Kedua adalah kelompok parameter sedikit. Terdapat lima volume yang termasuk dalam parameter ini. Yakni volume I: 352 sitiran 11,51, volume II: 414 sitiran 13,54, volume III: 437 sitiran 14,29, volume V: 349 sitiran 11,44, dan volume VII: 358 sitiran 11,71. Ketiga adalah kelompok parameter banyak. Terdapat dua volume yang termasuk dalam parameter ini, yakni volume IV: sebanyak 580 sitiran 18,97, dan volume VI: sebanyak 567 sitiran 18,54. Keempat adalah parameter tertinggi yakni kelompok sangat banyak. Berdasarkan data Tabel 4.8 tidak ditemukan volume yang termasuk dalam paremeter ini seperti pada parameter sangat sedikit. Dari data yang diperoleh terlihat bahwa jumlah sitiran pengarang atas nama orang pada tiap volume tidak terpaut selisih yang sangat jauh. Rata-rata tiap volume mendapat 436 sitiran, dengan rentang prosentase yang pendek yakni antara 11 - 18. Selanjutnya, dari jumlah 3057 sitiran pengarang atas nama orang, ada 1344 nama pengarang baik dalam maupun luar negeri. Jumlah sitiran tiap pengarang sangat bervariasi, namun yang dianalisis sesuai dengan parameter yang ditetapkan hanya pengarang dengan frekuensi minimal 15 kali. Ditetapkan frekuensi sitiran 15 sebagai batas minimum, dengan pertimbangan bahwa nilai tersebut dapat menggambarkan kontribusi yang cukup nyata. Terdapat 29 pengarang yang mendapat sitiran minimal 15 kali yang dapat dilihat pada Tabel 4.9 dan Diagram 8 berikut: Tabel 4.9 Peringkat Pengarang yang Sering Disitir No Nama Pengarang Frekuensi Peringkat 1. Munawar Chalil 78 1 2. Deliar Noer 39 2 3. Martin van Bruinessen 38 3 4. Hamka 37 4 5. Clifford Geertz 35 5 6. Mohammad Ashaari 32 6 7. Snouck Hurgronje 32 6 8. A.H. Johns 25 7 9. Nurcholis Madjid 25 7 10. Azyumardi Azra 23 8 11. G. W. J. Drewes 21 9 12. Howard Federspiel 21 9 13. B. J. Boland 20 10 14. Ahmad Hassan 19 11 15. M. Dawam Rahardjo 19 11 16. M. C. Ricklefs 19 11 17. Munawir Sjadzali 19 11 18. Abdurrahman Wahid 19 11 19. Harun Nasution 18 12 20. Karel Steenbrink 18 12 No Nama Pengarang Frekuensi Peringkat 21. Mohammad Rasjidi 17 13 22. Taufik Abdullah 16 14 23. Sartono Kartodirdjo 16 14 24. Greg Barton 15 15 25. Harry J. Benda 15 15 26. Zamakhrasyi Dhofier 15 15 27. Djohan Effendi 15 15 28. Mitsuo Nakamura 15 15 29. Muhammad Natsir 15 15 Dari data tersebut didapatkan bahwa penulis yang karya tulisnya paling banyak dikutip adalah Kyai Haji Munawwar Khalil, seorang ulama ahli tafsir dan hadits yang juga menjabat sebagai anggota Majelis Ulama Persatuan Islam PERSIS dari tahun 1953 sampai tahun 1960. Karya beliau dikutip sebanyak 78 kali. Kemudian Deliar Noer menempati peringkat kedua dengan 39 sitiran, dan di peringkat ketiga adalah Martin van Bruinessen, dengan 38 sitiran. Terlihat bahwa selisih peringkat pertama dan kedua cukup jauh, yakni dua kali lipat jumlah sitiran peringkat kedua. Berbeda dengan selisih jumlah sitiran antara peringkat kedua, ketiga, dan seterusnya hingga peringkat yang paling bawah, dimana selisihnya cukup dekat. Beberapa kemungkinan yang menyebabkan sering tidaknya seorang penulis dalam kajian Islam di Indonesia dan Asia Tenggara disitir oleh penulis lain: a. Otoritas ilmiah atau keahliannya diakui dalam bidang kajian Islam. b. Bobot atau mutu ilmiah tulisannya sangat tinggi. c. Produktivitasnya dalam menulis artikel ilmiah sangat tinggi. d. Penyebaran media yang menerbitkan tulisan mereka cukup luas. e. Penulis tersebut menjadi pelopor teori dalam kajian Islam di Indonesia dan Asia Tenggara. f. Penulis tersebut memang mengkaji topik yang menjadi mainstream kajian Islam di Indonesia dan Asia Tenggara. Para penulis yang terdapat pada Tabel 4.9 bisa dikatakan sebagai penulis yang berpengaruh dalam Jurnal Studia Islamika, sehingga karya-karya mereka dijadikan rujukan dalam menyusun kerangka pemikiran kajian Islam di Indonesia dan Asia Tenggara. Seperti dibahas sebelumnya, bahwa salah satu alasan mengapa seseorang menyitir suatu literatur adalah adanya nilai heuristik heuristic value, yaitu kemampuan membentuk konsep-konsep baru, ide baru, dan hipotesis. Dari 29 penulis tersebut, penulis Indonesia diwakili sebanyak 16 orang, yang berarti lebih dari 50. Ini berarti para ilmuwan dan cendekiawan di Indonesia, dalam kajian Islam di Indonesia dan Asia Tenggara sangat kompeten, juga diakui integritas dan keilmuannya. Mengingat Jurnal Studia Islamika adalah jurnal yang diakui secara internasional, dan telah digunakan di berbagai perguruan tinggi dan perpustakaan di sejumlah negara. Para kontributor jurnal ini juga tidak hanya dari kawasan Asia Tenggara, melainkan juga dari mancanegara.

9. Usia dan Keusangan Literatur