Komunikasi Ilmiah Komunikasi ilmiah dalam kajian islam di indonesia dan Asia Tenggara pada jurnal Islamika : sebuah analisis sitiran

BAB II TINJAUAN LITERATUR

1. Komunikasi Ilmiah

Komunikasi ilmiah menurut Mikhailov, Chernyi, Giliarevski, seperti dikutip Ahmad Riyadi adalah proses yang terkombinasi dari pemaparan, penyampaian dan penerimaan dari informasi ilmiah dalam masyarakat sosial. 6 Proses ini membentuk mekanisme dasar terhadap eksistensi dan perkembangan ilmu. Oleh sebab itu peranan komunikasi ilmiah dan proses interaksi serta pengaruh sosial yang mendasari perkembangan ilmu menjadi sangat penting. Dari sudut penyebaran informasi, menurut Sulistyo-Basuki dkk suatu dokumen merupakan komunikasi formal. 7 Rujukan dan sitiran atau kutipan menghubungkan satu dokumen dengan dokumen lainnya. Disinilah terjadinya proses sitiran, dimanan analisis sitiran dapat digunakan untuk membuat graf atau gambaran komunikasi ilmiah formal. Dimitroff menyebutkan sitiran merupakan salah satu dari komponen komunikasi ilmiah scholarly communication. 8 Riyadi, Ahmad. “Pemetaan kajian islam pada program pascasarjana Universitas Islam Negeri Jakarta: sebuah analisis ko-sitiran pengarang yang disitir tesis mahasiswa tahun 1991-2000.” Tesis . Depok: Fakultas Ilmu Budaya Universitas Indonesia, 2004 h.15-16. Sulistyo-Basuki, dkk. “Kajian Jaringan Komunikasi Ilmiah di Indonesia dengan Menggunaan Analisis Subjek dan Analisis Sitiran.” Jurnal Ilmu Informasi, Perpustakaan, dan Kearsipan. 1999 vol.1, no.1, h.8. Dimitroff, Alexandra. “Self Citation in the Library and Information Science Literature.” Journal of Documentation. 1995 vol.51, no.1, h.44. Komunikasi ilmiah dapat dibedakan secara verbal, yaitu saluran formal dan saluran informal, yang keduanya bisa dilakukan baik secara lisan maupun tulisan. Pertukaran informasi ilmiah melalui literatur ilmiah atau teknis cetak merupakan proses formal dari komunikasi ilmiah. Karena itu, komunikasi formal biasanya menggunakan media massa, seperti buku, majalah, jurnal dan surat kabar. Namun jenis ini menurut para ilmuwan penyebarannya masih dianggap terlambat bahkan sering suatu informasi dianggap sudah usang oleh penggunanya. Dengan keberadaan internet pada batas-batas tertentu telah dapat mengurangi keterlambatan tersebut. Selain melalui saluran formal, ilmuwan juga berkomunikasi melalui hubungan pribadi antara satu dengan lainnya personal cantacts melalui berbagai pertemuan penelitian maupun kegiatan ilmiah lainnya. Pada dasarnya komunikasi informal dilakukan melalui saluran formal tetapi terjadi secara lisan dan pribadi, termasuk kunjungan pribadi, pertemuan tatap muka, pembicaraan melalui telepon, dan surat menyurat baik secara manual maupun elektronik. Melalui komunikasi informal ini para peneliti dalam subjek yang sama saling bertukar informasi dengan peneliti lain sehingga terbentuklah kampus informal invisible college. 9 Kegiatan komunikasi baik cetak maupun non cetak tersebut adalah salah satu proses atau metode untuk menyiapkan informasi. Ada sembilan proses komunikasi ilmiah. Pertama adalah dialog langsung antara ilmuwan tentang penelitian yang sedang dilakukan. Kedua, saling kunjung antara Sulistyo-Basuki, op. cit., h.9. ilmuwan ke laboratorium. Ketiga, presentasi lisan oleh ilmuwan dalam perkuliahan. Keempat, pertukaran surat, reprint, dan publikasi. Kelima persiapan hasil penelitian untuk publikasi dan tempat serta waktu penerbitan. Keenam, editorial atau tajuk penerbitan. Ketujuh distribusi publikasi ilmiah. Kedelapan, aktivitas perpustakaan. Kesembilan, aktivitas informasi ilmiah yaitu pengumpulan, analisis, penyimpanan, penelusuran, dan distribusi informasi ilmiah. 10

2. Analisis Sitiran