Keusangan dokumen Analisis Sitiran

majalah atau jurnal ilmiah menjadi bahan rujukan yang standar dalam menulis sebuah karya ilmiah. Aspek-aspek yang dapat dikaji dalam analisis sitiran adalah sebagai berikut: pola sitiran atau pola kutipan, karakteristik literatur rujukan, dan pola kepengarangan. Pola sitiran mencakup jumlah sitiran dan jumlah otositiran self-citation. Otositiran adalah artikel yang pengarangnya mengutip tulisan sendiri. Karakteristik literatur adalah sifat yang berkaitan dengan jenis atau bentuk sumber informasi rujukan, tahun terbit, usia literatur, tempat terbit, dan bahasa pengantar literatur yang dikutip. Sedangkan pola kepengarangan mencakup jumlah penulis, penulis yang paling sering dikutip, dan pengarang tunggal atau ganda. 18

2.4. Keusangan dokumen

Konsep keusangan obsolescence literatur atau dokumen adalah penurunan penggunaan satu atau sekelompok literatur seiring dengan makin tuanya umur literatur itu. 19 Literatur yang selalu dikutip bertahun-tahun setelah diterbitkan disebut sebagai rendah tingat keusangannya atau obsolescence-nya low obsolescence, to obsolesce slowly, age slowly. Sedangkan literatur yang jarang dikutip sejak bertahun-tahun terbit disebut tinggi tingkat keusangannya atau obsolescence-nya high obsolescence, to obsolesce quickly, to age quickly. Sutardji. “Pola sitiran dan pola kepengarangan pada jurnal penelitian pertanian tanaman pangan.” Jurnal Perpustakaan Pertanian. 2003 vol.12, no.1, h.2. Mustafa, B. “Obsolescence: mengenal konsep keusangan literatur dalam dunia kepustakawanan”. Makalah. Bogor: Perpustakaan IPB, h.4. Keusangan literatur dikaitkan dengan sebuah literatur dan juga keusangan informasi yang terkandung dalam sebuah literatur. Keusangan sebuah literatur lebih bersifat praktis, dalam arti bila sebuah literatur sudah usang maka ada kemungkinan literatur tersebut dapat ditempatkan pada tempat tertentu ataupun dibuang. Keusangan informasi berarti, bahwa informasi yang ada dalam sebuah dokumen semakin jarang digunakan, dengan kata lain penggunaan informasinya semakin menurun dan pada akhirnya suatu saat tidak digunakan lagi. Kedua faktor tersebut menyebabkan terjadinya fluktuasi terhadap minat suatu bidang ilmu pengetahuan, karena pada umumnya pengetahuan tersebut direkam dalam bentuk literatur atau dokumen. Fenomena ini merupakan dampak dari perkembangan ilmu pengetahuan. Hal ini terjadi karena hanya literatur yang mutakhir yang menarik bagi ilmuwan praktisi. Sedangkan literatur yang lebih tua digunakan hanya bila mengandung informasi yang cenderung menggabungkan karya yang terakhir. 20 Terdapat dua tipe keusangan obsolescence literatur, yaitu obsolescence diachronous dan obsolescence synchronous. 21 1 Obsolescence diachronous adalah merupakan ukuran keusangan literatur dari sekelompok literatur dengan cara memeriksa tahun terbit dari sitiran yang diterima literatur tersebut. Half life atau paruh hidup literatur adalah ukuran dari obsolescence diachronous. Paruh hidup adalah batas usia sebuah Sulistyo-Basuki, dkk. “Kajian Jaringan Komunikasi Ilmiah di Indonesia dengan Menggunaan Analisis Subjek dan Analisis Sitiran.” Jurnal Ilmu Informasi, Perpustakaan, dan Kearsipan. 1999, vol.1, no.1, h.10 Hasugian, Jonner. Ibid., literatur yang menjadi ukuran apakah literatur tersebut sudah usang atau belum. Sedangkan 2 obsolescence synchronous merupakan ukuran keusangan literatur dari sekelompok literatur dengan cara memeriksa tahun terbitan referensi literatur. Median citation age median umur sitiran termasuk dalam obsolescence synchronous. Paruh hidup atau batas usia keusangan literatur dapat dihitung dengan mencari angka median nilai tengah dari seluruh literatur yang dikutip setelah terlebih dahulu mengurutkan semua literatur yang dikutip mulai dari yang tertua tahun terkecil sampai yang terbaru tahun terbesar atau sebaliknya. Kemudian dicari median yang membagi daftar referensi yang sudah berurut tersebut menjadi dua bagian masing- masing 50 . Median ini menunjukkan batas usia keusangan literatur pada bidang yang bersangkutan. Antara disiplin ilmu yang satu dengan ilmu yang lain berbeda paruh hidupnya. Berdasarkan hasil penelitian di luar negeri adalah: paruh hidup untuk ilmu fisika adalah 4,6 tahun; fisiologi 7,2 tahun; kimia 8,1 tahun; botani 10,0 tahun; matematika 10,5 tahun; geologi 11,8 tahun; kedokteran 6,8 tahun; hukum 12,9 tahun., dan bidang sosial kurang dari 2 tahun. 22 Sebagai contoh, paruh hidup ilmu kedokteran adalah 6,8 tahun. Apabila suatu literatur penelitian kedokteran menggunakan rujukan berusia lebih dari 6,8 tahun dapat dikatakan bahwa referensi yang digunakan telah usang, dan hal ini menunjukkan adanya kemiskinan informasi. Sebaliknya apabila rujukannya berusia Hartinah, Sri. “Keusangan dan paro hidup dokumen.” Makalah. Depok: Masyarakat Informatika Indonesia, 2002 h.3. kurang atau sama dengan 6,8 tahun dapat dikatakan bahwa referensi yang digunakan mutakhir, dan hal ini menunjukkan adanya kekayaan informasi. Faktor yang mempengaruhi keusangan atau paruh hidup literatur pada suatu bidang ilmu adalah jumlah penggunaan literatur, jumlah publikasi dalam bidang tersebut, dan jumlah penulis pada bidangnya.

2.5 Manfaat Analisis Sitiran