Bahan-Bahan Penelitian Alat Pengumpulan Data Analisis Data

3. Bahan-Bahan Penelitian

Bahan-Bahan Penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah menggunakan penelusuran kepustakaan yang berupa literatur dan dibantu dengan data yang diperoleh dari lapangan yang berkaitan dengan objek penelitian ini. Dalam penelitian hukum normatif, data yang diperlukan adalah data sekunder. 43 a. Bahan hukum primer, yaitu bahan bahan peraturan perundang-undangan yakni Undang-Undang Nomor 21 Tahun 1997, Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2000 dan bahan hukum dari masa kolonial belanda yang masih berlaku, antara lain KUHPerdata. Data sekunder dan bahan pustaka tersebut adalah sebagai berikut: b. Bahan hukum sekunder, antara lain buku-buku rujukan, hasil karya ilmiah dari kalangan hukum dan berbagai makalah yang berkaitan dengan pelaksanaan jual beli tanah danatau bangunan. c. Bahan Hukum Tertier, antara lain berupa kamus umum, kamus hukum, ensiklopedia, majalah, surat kabar, artikel dan jurnal-jurnal hukum serta laporan ilmiah. 43 Abdul Kadir Muhammad, Hukum dan Penelitian Hukum, Citra Aditya Bakti, Bandung, 2004, hal. 121. Linda : Perlindungan Hukum Terhadap Para Pihak Dalam Pelaksanaan Jual Beli Tanah Dan Bangunan Dikaitkan Dengan Kewajiban Pembayaran BPHTB Dan PPh, 2008.

4. Alat Pengumpulan Data

Alat pengumpulan data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah: 1. Pedoman Wawancara, yang berisikan daftar pertanyaan yang akan digunakan dalam wawancara dengan para informan, yakni dari beberapa NotarisPPAT di Kota Medan yang sering membuat Akta Jual Beli Tanah dan atau Bangunan yang terhadap peristiwa hukum jual beli tersebut terkait dengan kewajiban pembayaran BPHTB dan PPh bagi pembeli dan penjual. 2. Studi Kepustakaan, yaitu menghimpun data dari hasil penelaahan bahan kepustakaan atau data sekunder yang meliputi bahan hukum primer, bahan hukum sekunder dan bahan hukum tertier.

5. Analisis Data

Analisis data terhadap data sekunder mengenai perlindungan hukum terhadap para pihak dalam pelaksanaan jual beli tanah dan bangunan dikaitkan dengan kewajiban pembayaran BPHTB dan PPh setelah diadakan terlebih dahulu pemeriksaan, pengelompokan, pengolahan, dan kemudian dievaluasi sehingga diketahui validitasnya , lalu dianalisis dengan menggunakan metode analisis kualitatif dengan logika deduksi, yaitu berpikir dari hal yang umum menuju hal yang lebih khusus, dengan menggunakan perangkat normatif, yaitu dengan cara melakukan interprestasi dan konstruksi hukum atas peristiwa hukum konkrit yang terjadi terutama hal-hal yang berkaitan dengan perlindungan hukum terhadap pihak penjual dan pembeli dalam kaitannya dengan kewajiban pembayaran BPHTB dan PPh bagi Linda : Perlindungan Hukum Terhadap Para Pihak Dalam Pelaksanaan Jual Beli Tanah Dan Bangunan Dikaitkan Dengan Kewajiban Pembayaran BPHTB Dan PPh, 2008. pihak penjual dan pembeli atas transaksi yang dibuat mereka dihadapan PPAT di Kota Medan. Dari kegiatan interprestasi data sekunder yang diperoleh diharapkan dapat menghasilkan kesimpulan yang sesuai dengan permasalahan dan tujuan penelitian. Linda : Perlindungan Hukum Terhadap Para Pihak Dalam Pelaksanaan Jual Beli Tanah Dan Bangunan Dikaitkan Dengan Kewajiban Pembayaran BPHTB Dan PPh, 2008.

BAB II BENTUK PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PARA PIHAK

DALAM PELAKSANAAN JUAL BELI TANAH DANATAU BANGUNAN DIKAITKAN DENGAN KEWAJIBAN PEMBAYARAN BPHTB DAN PPh

A. Pengertian Jual Beli Tanah dan Bangunan

Jual beli tanah adalah perbuatan hukum yang berupa penyerahan tanah hak kepada pihak lain untuk selama-lamanya hak atas tanah itu berpindah kepada yang menerima penyerahan. 44 UUPA tidak memberi penjelasan mengenai apa yang dimaksud dengan jual beli tanah, tetapi biarpun demikian mengingat bahwa hukum agraria kita sekarang ini memakai sistem dan azas-azas hukum adat, maka pengertian jual beli tanah sekarang harus pula diartikan sebagai perbuatan hukum yang berupa penyerahan hak milik penyerahan tanah untuk selama-lamanya oleh penjual kepada pembeli, yang pada saat itu juga menyerahkan harganya kepada penjual, yaitu menurut pengertian hukum adat. 45 Di dalam Pasal 1457 KUHPerdata dinyatakan bahwa yang dimaksud dengan jual beli adalah suatu persetujuan, dengan mana pihak yang satu mengikatkan dirinya untuk menyerahkan suatu barang, dan pihak lain untuk membayar harga yang telah dijanjikan dan juga dalam Pasal 1458 KUHPerdata disebutkan “Jual Beli dianggap 44 Effendi Perangin-angin, Hukum Agraria Indonesia Suatu Telaah dari Pandang Praktisi Hukum, Rajawali Pers, Jakarta, 1986, hal. 1. 45 Ibid, hal. 13. Linda : Perlindungan Hukum Terhadap Para Pihak Dalam Pelaksanaan Jual Beli Tanah Dan Bangunan Dikaitkan Dengan Kewajiban Pembayaran BPHTB Dan PPh, 2008.