Status Gizi Responden Analisis Bivariat

48 Pada tabel 4.16 di bawah ini menunjukkan bahwa rata-rata asupan zat besi responden adalah 8,66 mg dengan standar deviasi sebesar 5,75 mg. Sebagian besar 91,1 responden dengan asupan zat besi tingkat defisit dan sebanyak 8,9 responden dengan asupan zat besi tingkat kurang. Tabel 4.16. Distribusi Responden Berdasarkan Asupan Zat Besi Intake Zat Besi Jumlah Persen Kurang : 70 - 80 AKG 4 8,9 Defisit : 70 AKG 41 91,1 Jumlah 45 100,0 Rata-rata 8,66 ± 5,75

4.5. Status Gizi Responden

Status gizi responden yang dinilai adalah IMT dan kadar hemoglobin. Berdasarkan tabel 4.17 di bawah, menunjukkan bahwa rata-rata IMT responden sebesar 25,55 dengan standar deviasi 3,21. Sebagian besar 68,9 responden memiliki IMT 18,5 – 25 atau status gizi normal dan sebanyak 31,1 yang memiliki IMT 25 atau gemuk. IMT responden yang baik dan gemuk saat ini merupakan manifestasi status gizi responden pada masa hamil yang baik. Tabel 4.17. Distribusi Responden Berdasarkan IMT IMT Jumlah Persen Kurus IMT 18,5 0,0 Normal IMT 18,5 - 25,0 31 68,9 Gemuk IMT 25,0 14 31,1 Jumlah 45 100,0 Rata-rata 25,55 ± 3,21 Fatma Deri : Kajian Konsumsi Makanan Tradisi Badapu Dan Status Gizi Ibu Nifas Di Kecamatan Singkil Kabupaten Aceh Singkil, 2009 49 Dari pemeriksaan darah responden diperoleh rata-rata kadar hemoglobin sebesar 9,01 gr dengan standar deviasi sebesar 1,48 gr. Sebagian besar 84,4 responden memilki kadar Hb 11 gr atau mengalami anemia dan hanya 15,6 yang memilki kadar Hb ≥ 11 gr atau tidak mengalami anemia. Lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 4.18 di bawah ini. Tabel 4.18. Distribusi Responden Berdasarkan Kadar Hemoglobin Kadar Hemoglobin Jumlah Persen Anemia Hb 11 gr 37 82,2 Tidak Anemia Hb ≥ 11 gr 8 17,8 Jumlah 45 100,0 Rata-rata 9,01 ± 1,48

4.6. Analisis Bivariat

Hasil analisis bivariat ini untuk melihat hubungan antara variabel bebas yaitu asupan zat gizi meliputi asupan energi, asupan protein dan asupan zat besi dengan variabel terikat yaitu status gizi ibu nifas berdasarkan IMT dan kadar hemoglobin dengan bantuan program SPSS versi 11,5 menggunakan uji Chi- Square. Dari tabel 4.19 di bawah ini, dapat dilihat bahwa di antara asupan energi pada tingkat defisit 70 AKG sebanyak 78,8 ibu nifas dengan IMT normal 18,5-25 dan 33,3 ibu nifas dengan IMT gemuk. Sedangkan di antara asupan energi pada tingkat kurang 70-80 AKG sebanyak 40 ibu nifas memiliki IMT normal dan 60 ibu nifas dengan IMT gemuk. Pada ibu yang asupan energi Fatma Deri : Kajian Konsumsi Makanan Tradisi Badapu Dan Status Gizi Ibu Nifas Di Kecamatan Singkil Kabupaten Aceh Singkil, 2009 50 pada tingkat sedang 80-90 AKG sebanyak 50 yang memiliki IMT normal dan gemuk. Pada ibu nifas yang asupan energi baik, 100 memiliki IMT gemuk. Hasil uji statistik diperoleh nilai p = 0,083, maka dapat disimpulkan tidak ada hubungan yang signifikan antara asupan energi dengan IMT. Tabel 4.19. Distribusi IMT Berdasarkan Asupan Energi IMT Asupan Energi Normal Gemuk Jumlah N N N Baik 0 0,0 1 100,0 1 100,0 Sedang 3 50,0 3 50,0 6 100,0 Kurang 2 40,0 3 60,0 5 100,0 Defisit 26 78,8 7 21,1 33 100,0 Pada tabel 4.20 di bawah ini, menunjukkan bahwa di antara asupan protein pada tingkat defisit 70 AKG sebanyak 91,7 ibu nifas memiliki IMT normal 18,5 - 25. Sedangkan di antara asupan protein pada tingkat kurang 70-80 AKG sebanyak 73,3 ibu nifas memiliki IMT normal. Pada ibu nifas dengan asupan protein pada tingkat sedang 80-90 AKG sebanyak 54,5 yang memiliki IMT normal. Di antara ibu nifas dengan asupan protein pada tingkat baik ≥ 100 AKG sebanyak 42,9 memiliki IMT normal. Hasil uji statistik diperoleh nilai p = 0,097, maka dapat disimpulkan tidak ada hubungan yang signifikan antara asupan protein dengan IMT. Fatma Deri : Kajian Konsumsi Makanan Tradisi Badapu Dan Status Gizi Ibu Nifas Di Kecamatan Singkil Kabupaten Aceh Singkil, 2009 51 Tabel 4.20. Distribusi IMT Bersadarkan Asupan Protein IMT Asupan Protein Normal Gemuk Jumlah N N N Baik 3 42,9 4 57,1 7 100,0 Sedang 6 54,5 5 45,5 11 100,0 Kurang 11 73,3 4 26,7 15 100,0 Defisit 11 91,7 1 8,3 12 100,0 Dari hasil analisis hubungan asupan energi dengan kadar hemoglobin menunjukkan bahwa semua ibu nifas 100,0 dengan asupan energi tingkat defisit 70 AKG memiliki kadar Hb 11 gr atau mengalami anemia. Sedangkan di antara ibu nifas dengan asupan energi pada tingkat kurang 70-80 AKG sebanyak 60,0 mengalami anemia dan 40 tidak mengalami anemia. Di antara ibu nifas dengan asupan energi pada tingkat sedang 80-90 AKG sebanyak 83,3 ibu nifas memiliki kadar Hb ≥ 11 gr atau tidak mengalami anemia dan 16,7 yang mengalami anemia. Di antara ibu nifas yang asupan energi tingkat baik 100 tidak mengalami anemia. Hasil uji statistik diperoleh nilai p = 0,000 maka dapat disimpulkan ada hubungan yang signifikan antara asupan energi dengan kadar hemoglobin. Lebih jelas dapat dilihat pada tabel 4.21 dibawah ini. Fatma Deri : Kajian Konsumsi Makanan Tradisi Badapu Dan Status Gizi Ibu Nifas Di Kecamatan Singkil Kabupaten Aceh Singkil, 2009 52 Tabel 4.21. Distribusi Kadar Hemoglobin Bersadarkan Asupan Energi Kadar Hemoglobin Asupan Energi 11 gr ≥ 11 gr Jumlah N N N Baik 0 0,0 1 100,0 1 100,0 Sedang 1 16,7 5 83,3 6 100,0 Kurang 3 60,0 2 40,0 5 100,0 Defisit 33 100,0 0,0 33 100,0 Dari hasil analisis hubungan asupan protein dengan kadar hemoglobin menunjukkan bahwa pada asupan protein tingkat defisit dan kurang, seluruh 100 ibu nifas mengalami anemia. Di antara asupan protein pada tingkat sedang sebanyak 90,9 ibu nifas yang mengalami anemia. Di antara asupan protein tingkat baik, seluruh 100 ibu nifas tidak mengalami anemia. Hasil uji statistik diperoleh nilai p = 0,000, maka dapat disimpulkan ada hubungan yang signifikan antara asupan protein dengan kadar hemoglobin. Secara jelas dapat dilihat pada tabel 4.22 di bawah ini. Tabel 4.22. Distribusi Kadar Hemoglobin Bersadarkan Asupan Protein Kadar Hemoglobin Asupan Protein 11 gr ≥ 11 gr Jumlah N N N Baik 0 0,0 7 100,0 7 100,0 Sedang 10 90,9 1 9,1 11 100,0 Kurang 15 100,0 0,0 15 100,0 Defisit 12 100,0 0,0 12 100,0 Fatma Deri : Kajian Konsumsi Makanan Tradisi Badapu Dan Status Gizi Ibu Nifas Di Kecamatan Singkil Kabupaten Aceh Singkil, 2009 53 Berdasarkan hasil analisis hubungan asupan zat besi dengan kadar hemoglobin menunjukkan bahwa pada asupan zat besi tingkat defisit, sebanyak 90,2 ibu nifas mengalami anemia. Sedangkan pada asupan zat besi tingkat kurang, seluruh 100 ibu nifas tidak mengalami anemia. Hasil uji statistik diperoleh nilai p = 0,000, maka dapat disimpulkan ada hubungan yang signifikan antara asupan zat besi dengan kadar hemoglobin. Secara jelas dapat dilihat pada tabel 4.23 di bawah ini. Tabel 4.23. Distribusi Kadar Hemoglobin Bersadarkan Asupan Zat Besi Kadar Hemoglobin Asupan Zat Besi 11 gr ≥ 11 gr Jumlah n N N Kurang 0 0,0 4 100,0 4 100,0 Defisit 37 90,2 4 9,8 41 100,0 4.7. Persepsi Masyarakat terhadap Makanan Tradisi Badapu Persepsi masyarakat terhadap makanan tradisi badapu diperoleh dari pendapat masyarakat yang berjumlah 26 orang, yang diwakili oleh ibu nifas sebanyak 8 delapan orang, ibuibu mertua sebanyak 8 delapan orang, bidan desa sebanyak 4 empat orang, bidan kampung sebanyak 4 empat orang dan tokoh adat sebanyak 2 dua orang yang diambil secara purposive sebesar 20 . Pendapat tersebut digali dengan melakukan wawancara mendalam berdasarkan daftar pertanyaan yang telah dipersiapkan. Fatma Deri : Kajian Konsumsi Makanan Tradisi Badapu Dan Status Gizi Ibu Nifas Di Kecamatan Singkil Kabupaten Aceh Singkil, 2009 54 4.7.1. Atas inisiatif siapa tradisi badapu dilaksanakan Dari hasil wawancara tentang inisiatif melaksanakan tradisi badapu, diperoleh pendapat sebagai berikut yaitu : sebanyak 10 orang menyatakan atas inisiatif orang tua Ibu atau Ibu Mertua karena ibu nifas baru melahirkan anak pertama sehingga inisiatif untuk melaksanakan tradisi badapu dari orang tua; sebanyak 11 orang menyatakan atas inisiatif orang tua dan ibu nifas karena ibu nifas sudah pernah melaksanakan tradisi badapu, sehingga mempunyai keinginan melaksanakan tradisi badapu pada kelahiran anak berikutnya yang didukung pula oleh orang tua; sebanyak 3 orang menyatakan atas inisiatif ibu nifas sendiri karena ibu nifas tersebut menjalankan tradisi badapu tanpa ada bantuan orang tua pada kelahiran anak selanjutnya; dan 2 orang menyatakan atas inisiatif orang tua dan bidan kampung karena orang tua dan bidan kampung yang memegang peranan yang besar pada pelaksanaan tradisi badapu. Berikut ini kutipan hasil wawancara dari beberapa orang informan yaitu : “Badapu ini adalah inisiatif orang tua karena sudah turun temurun dari nenek moyang”. “Badapu ini atas keinginan sendiri dan orang tua untuk mengikuti tradisi yang ada”. “Saya menjalankan tradisi ini karena sudah melakukannya pada anak sebelumnya” “Tradisi badapu ini dilakukan atas inisatif orang tua dan bidandukun kampung”. 4.7.2. Apakah setuju untuk melaksanakan tradisi badapu Dari hasil wawancara diketahui bahwa sebanyak 21 orang menyatakan setuju untuk melaksanakan tradisi badapu dan hanya 5 orang yang tidak setuju pada pelaksanaan tradisi badapu. Fatma Deri : Kajian Konsumsi Makanan Tradisi Badapu Dan Status Gizi Ibu Nifas Di Kecamatan Singkil Kabupaten Aceh Singkil, 2009 55 Berikut ini kutipan hasil wawancara dari beberapa orang informan yaitu : “Harus setuju pada tradisi badapu yang telah dilakukan secara turun temurun”. “Oh, saya pribadi sangat tidak setuju pada pelaksanaan tradisi badapu ini” 4.7.3. Alasan setuju atau tidak untuk melaksanakan tradisi badapu. Berdasarkan hasil wawancara maka diketahui alasan yang setuju melaksanakan tradisi badapu karena tradisi badapu ini bermanfaat bagi kesehatan, supaya badan sehat dan cepat sembuh atau dapat memulihkan dan mengembalikan kondisi tubuh seperti semula. Berikut ini kutipan hasil wawancara dari beberapa orang informan yaitu : “Badapu untuk memulihkan dan mengembalikan kondisi tubuh seperti semula”. “Dengan badapu badan jadi sehat dan kuat tidak lemah, dapat mengeluarkan keringat sehingga badan jadi segar”. “Dengan badan jadi sehat, cepat pulih seperti semula”. Adapun alasan yang tidak setuju untuk melaksanakan tradisi badapu karena bertentangan dengan kaedah kesehatan atau tidak sehat, badapu tidak ada manfaatnya karena merepotkan dan terlalu kaku. Berikut ini kutipan hasil wawancara dari beberapa orang informan yaitu : “Saya tidak setuju karena tradisi badapu membatasi asupan zat gizi, dengan melarang ibu nifas mengkonsumsi beberapa jenis bahan makanan”. “Tradisi badapu sangat merepotkan dan terlalu kaku dengan berbagai macam aturan”. Fatma Deri : Kajian Konsumsi Makanan Tradisi Badapu Dan Status Gizi Ibu Nifas Di Kecamatan Singkil Kabupaten Aceh Singkil, 2009 56 4.7.4. Makanan yang boleh dimakan pada saat melaksanakan tradisi badapu Pendapat tentang makanan yang boleh dimakan oleh ibu nifas saat melaksanakan tradisi badapu yaitu : nasi; ikan yang digoreng dipanggang sampai kering supaya rahim dan alat kewanitaan cepat kering dan jenis bahan makanan lain dilarang untuk dikonsumsi; ayam; daging; tempe; tahu; sayur- sayuran daun singkong, daun katu, kacang panjang, bayam, buah-buahan yang tidak banyak mengandung air jeruk, apel, pisang supaya alat kewanitaan cepat kering, “minuman mentah” dan “minuman pariuk” Berikut ini kutipan hasil wawancara dari beberapa orang informan yaitu : “Makanan yang boleh dimakan hanya nasi dan ikan digorengdipanggang saja”. “Makanan yang bisa dimakan oleh orang yang sedang badapu yaitu nasi, ikan digorengdipanggang, ayam, tempe, tahu, sayur rebus daun singkong, daun katu dan kacang panjang dicampur untuk makan siang dan malam”. “Ibu yang badapu boleh makan nasi, ikan yang digoreng kering, sayur airnya di peras, minuman periuk dan minuman mentah”. 4.7.5. Makanan yang tidak boleh dimakan pada saat melaksanakan tradisi badapu Dari hasil wawancara diktehaui bahwa makanan yang tidak boleh dimakan adalah jenis bahan makanan yang dapat menimbulkan efek tidak baik bagi ibu dan bayi. Ikan tongkol, ikan teri, ikan yang berbisa lele, pari, hiu, marang, sebaung, udang, kepiting, telur karena dapat mengakibatkan gatal-gatal. Sayuran yang menjalar kangkung, sayuran yang mengandung gas nangka, kol, pakis, sawi karena dapat menyebabkan perut ibu dan bayi kembung. Buah-buahan yang banyak mengandung air pepaya, semangka, nenas, jambu air karena Fatma Deri : Kajian Konsumsi Makanan Tradisi Badapu Dan Status Gizi Ibu Nifas Di Kecamatan Singkil Kabupaten Aceh Singkil, 2009 57 memperlambat proses pemulihan alat kewanitaan. Cabe dan santan yang dapat menyebabkan bayi mencret. Berikut ini kutipan hasil wawancara dari beberapa orang informan yaitu : .“Makanan yang tidak boleh dimakan oleh ibu nifas yaitu Ikan tongkol, telur, udang, sayur yang berangin kol, pakis, kangkung buah yang banyak mengandung air nenas, pepaya, semangka, cabe atau yang pedas-pedas”. “Makanan yang tidak boleh dimakan yaitu daging, ikan yang diolah dengan santan atau air, cabe”. “Makananan yang tidak boleh dimakan yaitu ikan yang berbisa hiu, pari, marang, sebaung, lokankerang, udang, sayur yang bergas kol, sawi, kangkung buah-buahan pepaya, semangka, karena sifatnya dingin, cabe, santan dan air dingin”. 4.7.6. Makanan saat melaksanakan tradisi badapu Pendapat mengenai makanan saat melaksanakan tradisi badapu secara umum menyatakan bahwa ada beberapa jenis makanan yang dipantangkan atau dilarang, dan ibu nifas harus mentaati aturan yang ada, agar tidak memberikan dampak buruk bagi kesehatan ibu dan bayi. Makanan bagi ibu nifas yang melaksanakan tradisi badapu harus dapat memberikan efek panas atau dalam kondisi hangat dan menghindari bahan makanan yang dingin-dingin karena tubuh ibu nifas dalam kondisi dingin. Berikut ini kutipan hasil wawancara dari beberapa orang informan yaitu : “Makanan bagi ibu nifas yang sedang badapu berbeda dengan makanan pada wanita biasa, tidak boleh makan cabe dan santan mengganggu pencernaan bayi sehingga bayi menglami mencret”. “Ibu nifas harus makan makanan yang sifatnya panas seperti merica, durian untuk memulihkan peranakan. Makanan dimakan dalam kondisi hangat dan tidak boleh dingin karena tubuh ibu dalam keadaan dingin”. “Makanan badapu penuh aturan dan berbeda dengan makanan orang biasa. Ada makanan dan minuman khusus yang dibuat untuk ibu nifas yang sedang badapu yaitu nasi lancing, minuman pariuk dan minuman mentah” Fatma Deri : Kajian Konsumsi Makanan Tradisi Badapu Dan Status Gizi Ibu Nifas Di Kecamatan Singkil Kabupaten Aceh Singkil, 2009 58 4.7.7. Manfaat tradisi badapu terhadap kesehatan ibu nifas Dari hasil wawancara dapat diketahui bahwa tradisi badapu ada manfaatnya terhadap kesehatan ibu nifas diantaranya dapat membersihkan darah kotor dalam perut, luka sehabis melahirkan dan alat genital menjadi cepat kering serta kembali seperti semula. Badan menjadi sehat, segar, wangi dan kuat karena keringat banyak keluar akibat minum “minuman pariuk” dan “minuman mentah”. Akan tetapi ada juga yang menyatakan tradisi badapu tidak ada manfaat karena tubuh didiang dengan api, sehingga dapat mengakibatkan tubuh kekeringan. Berikut ini kutipan hasil wawancara dari beberapa orang informan yaitu : “Manfaat dari badapu adalah membersihkan darah kotor dan alat genital cepat kering dan rapat kembali”. “Manfaat badapu badan menjadi segar, ringan, keringat keluar sehingga merapatkan pori-pori”. “Dengan badapu badan jadi sehat, mengeluarkan darah putihkotor dan mengeringkan luka dalam perut setelah melahirkan”. “Tradisi badapu tidak ada manfaatnya karena harus didiang dekat api sehingga tubuh kekeringan”. 4.7.8. Pengaruh tradisi badapu terhadap jumlah ASI Pendapat tentang pengaruh tradisi badapu terhadap jumlah ASI yaitu ASI menjadi lebih banyak karena makan sayur dan minuman air rebusan minuman pariuk, jumlah ASI biasa saja karena tidak ada pengaruhnya pada ASI, jumlah ASI berkurang karena adanya larangan mengkonsumsi beberapa jenis makanan. Berikut ini kutipan hasil wawancara dari beberapa orang informan yaitu : “ASI menjadi lebih banyak karena banyak makan sayur”. “Jumlah ASI biasa saja, tidak ada perubahannya”. “Kualitas dan kuantitas ASI berkurang”karena adanya larangan mengkonsumsi beberapa jenis makanan”. “ASI menjadi lebih banyak karena meminum minuman rebusan daun nangka direbus sebagai pengganti air putih yang diganti setiap tiga hari”. Fatma Deri : Kajian Konsumsi Makanan Tradisi Badapu Dan Status Gizi Ibu Nifas Di Kecamatan Singkil Kabupaten Aceh Singkil, 2009 59 4.7.9. Saran terhadap tradisi badapu Dari hasil wawancara diketahui bahwa 19 orang menyaran agar tradisi badapu harus diteruskan, karena untuk kebaikan dan kesehatan. Sebanyak 5 orang menyarankan yang baik-baik diteruskan dan yang tidak baik dihilangkan. Ada satu orang menyarankan tradisi badapu tidak perlu dilakukan karena repot dan tidak bersih. Satu orang menyaranka tradisi badapu dihilangkan secara bertahap karena susah menghapusnya secara cepat. Berikut ini kutipan hasil wawancara dari beberapa orang informan yaitu : “Tradisi badapu harus diteruskan, karena untuk kebaikan dan kesehatan”. “Tradisi badapu tidak perlu dilakukan karena merepotkan dan tidak bersih”. “Tradisi yang baik diteruskan, yang tidak baik pantangan dihilangkan”. “Sebaiknya tradisi badapu dihilangkan secara bertahapkarena susah untuk menghapusnya secara cepat” 4.7.10. Perasaan ibu dalam melaksanakan tradisi badapu Dari wawancara yang khusus bagi ibu nifas diketahui sebanyak 4 orang menyatakan perasaannya biasa saja saat melaksanakan tradisi badapu, sebanyak 2 orang merasa senang melaksanakan tradisi badapu, satu orang merasa rileks dan satu orang merasa bosan melaksanakan tradisi badapu ini. Berikut ini kutipan hasil wawancara dari beberapa orang informan yaitu : “Perasaan saya dalam melaksanakan tradisi badapu ini biasa saja”. “Dalam melaksanakan tradisi badapu ini, saya merasa senang-senang saja”. “Saya jalani tradisi badapu ini dengan rileks saja”. “Tradisi badapu ini, bagi saya sangat membosankan”. Fatma Deri : Kajian Konsumsi Makanan Tradisi Badapu Dan Status Gizi Ibu Nifas Di Kecamatan Singkil Kabupaten Aceh Singkil, 2009 60 4.7.11. Jumlah air yang diminum ibu dalam satu hari Wawancara khusus kepada ibu nifas untuk mengetahui jumlah air yang diminum dalam satu hari sangat bervariasi. Ada yang minum empat liter sehari karena merasa haus terus dan sering menyusukan. Ada yang minum tiga liter karena banyak minum. Ada yang minum hanya dua setengah liter, seperti minum pada kebiasaan normal. Ada juga yang hanya satu setengah liter karena memang agak kurang minum air. Berikut ini kutipan hasil wawancara dari beberapa orang informan yaitu : “Jumlah air yang diminum dalam satu hari, banyak ya karena merasa haus terus, sehingga sering minum apalagi sedang menyusukan bayi, kira-kira ada empat liter”. “Air yang diminum dalam satu hari banyak juga ya, kurang lebih tiga liter”. “Minum air kayaknya seperti biasanya, normal saja sekitar dua setengah liter”. “Saya memang kurang sekali minum air, mungkin cuma satu setengah dalam sehari”. Fatma Deri : Kajian Konsumsi Makanan Tradisi Badapu Dan Status Gizi Ibu Nifas Di Kecamatan Singkil Kabupaten Aceh Singkil, 2009 61

BAB 5 PEMBAHASAN

Dokumen yang terkait

Gambaran Pengetahuan Dan Sikap Wanita Usia Subur Yang Belum Menikah Tentang Tradisi Badapu Di Wilayah Kerja Puskesmas Singkil Kabupaten Aceh Singkil Tahun 2013

1 43 116

Pola Konsumsi Makanan Jajanan Dan Status Gizi Remaja Pesantren Irsyadul Islamiyah Tanjung Medan Dan SMU Negeri 1 Kampung Rakyat Rantau Prapat Tahun 2006

0 38 83

Mekanisme Koping Pasangan Infertilitas di Kecamatan Singkil Kabupaten Aceh Singkil

0 21 78

Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan Nelayan Di Pesisir Pantai Kecamatan Singkil Utara Kabupaten Aceh Singkil

7 44 125

Kemitraan Bidan Desa dan Dukun Bayi Dalam Menekan Angka Kematian Ibu dan Bayi di Desa Teluk Ambun Kecamatan Singkil Kabupaten Aceh Singkil

3 31 83

Kemitraan Bidan Desa dan Dukun Bayi Dalam Menekan Angka Kematian Ibu dan Bayi di Desa Teluk Ambun Kecamatan Singkil Kabupaten Aceh Singkil

0 0 9

Kemitraan Bidan Desa dan Dukun Bayi Dalam Menekan Angka Kematian Ibu dan Bayi di Desa Teluk Ambun Kecamatan Singkil Kabupaten Aceh Singkil

0 0 2

Gambaran Pengetahuan Dan Sikap Wanita Usia Subur Yang Belum Menikah Tentang Tradisi Badapu Di Wilayah Kerja Puskesmas Singkil Kabupaten Aceh Singkil Tahun 2013

0 0 20

Gambaran Pengetahuan Dan Sikap Wanita Usia Subur Yang Belum Menikah Tentang Tradisi Badapu Di Wilayah Kerja Puskesmas Singkil Kabupaten Aceh Singkil Tahun 2013

0 0 7

Gambaran Pengetahuan Dan Sikap Wanita Usia Subur Yang Belum Menikah Tentang Tradisi Badapu Di Wilayah Kerja Puskesmas Singkil Kabupaten Aceh Singkil Tahun 2013

0 0 13