48
Pada tabel 4.16 di bawah ini menunjukkan bahwa rata-rata asupan zat besi responden adalah 8,66 mg dengan standar deviasi sebesar 5,75 mg. Sebagian
besar 91,1 responden dengan asupan zat besi tingkat defisit dan sebanyak 8,9 responden dengan asupan zat besi tingkat kurang.
Tabel 4.16. Distribusi Responden Berdasarkan Asupan Zat Besi
Intake Zat Besi Jumlah
Persen Kurang : 70 - 80 AKG
4 8,9
Defisit : 70 AKG 41
91,1 Jumlah
45 100,0
Rata-rata 8,66 ± 5,75
4.5. Status Gizi Responden
Status gizi responden yang dinilai adalah IMT dan kadar hemoglobin. Berdasarkan tabel 4.17 di bawah, menunjukkan bahwa rata-rata IMT responden
sebesar 25,55 dengan standar deviasi 3,21. Sebagian besar 68,9 responden memiliki IMT 18,5 – 25 atau status gizi normal dan sebanyak 31,1 yang
memiliki IMT 25 atau gemuk. IMT responden yang baik dan gemuk saat ini merupakan manifestasi status gizi responden pada masa hamil yang baik.
Tabel 4.17. Distribusi Responden Berdasarkan IMT
IMT Jumlah
Persen Kurus IMT 18,5
0,0 Normal IMT 18,5 - 25,0
31 68,9
Gemuk IMT 25,0 14
31,1 Jumlah
45 100,0
Rata-rata 25,55 ± 3,21
Fatma Deri : Kajian Konsumsi Makanan Tradisi Badapu Dan Status Gizi Ibu Nifas Di Kecamatan Singkil Kabupaten Aceh Singkil, 2009
49
Dari pemeriksaan darah responden diperoleh rata-rata kadar hemoglobin sebesar 9,01 gr dengan standar deviasi sebesar 1,48 gr. Sebagian besar
84,4 responden memilki kadar Hb 11 gr atau mengalami anemia dan hanya 15,6 yang memilki kadar Hb
≥ 11 gr atau tidak mengalami anemia. Lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 4.18 di bawah ini.
Tabel 4.18. Distribusi Responden Berdasarkan Kadar Hemoglobin
Kadar Hemoglobin Jumlah
Persen Anemia Hb 11 gr
37 82,2
Tidak Anemia Hb ≥ 11 gr
8 17,8
Jumlah 45
100,0 Rata-rata
9,01 ± 1,48
4.6. Analisis Bivariat
Hasil analisis bivariat ini untuk melihat hubungan antara variabel bebas yaitu asupan zat gizi meliputi asupan energi, asupan protein dan asupan zat besi
dengan variabel terikat yaitu status gizi ibu nifas berdasarkan IMT dan kadar hemoglobin dengan bantuan program SPSS versi 11,5 menggunakan uji Chi-
Square. Dari tabel 4.19 di bawah ini, dapat dilihat bahwa di antara asupan energi
pada tingkat defisit 70 AKG sebanyak 78,8 ibu nifas dengan IMT normal 18,5-25 dan 33,3 ibu nifas dengan IMT gemuk. Sedangkan di antara asupan
energi pada tingkat kurang 70-80 AKG sebanyak 40 ibu nifas memiliki IMT normal dan 60 ibu nifas dengan IMT gemuk. Pada ibu yang asupan energi
Fatma Deri : Kajian Konsumsi Makanan Tradisi Badapu Dan Status Gizi Ibu Nifas Di Kecamatan Singkil Kabupaten Aceh Singkil, 2009
50
pada tingkat sedang 80-90 AKG sebanyak 50 yang memiliki IMT normal dan gemuk. Pada ibu nifas yang asupan energi baik, 100 memiliki IMT gemuk.
Hasil uji statistik diperoleh nilai p = 0,083, maka dapat disimpulkan tidak ada hubungan yang signifikan antara asupan energi dengan IMT.
Tabel 4.19. Distribusi IMT Berdasarkan Asupan Energi
IMT Asupan Energi
Normal Gemuk
Jumlah N
N N
Baik 0 0,0
1 100,0
1 100,0
Sedang 3 50,0
3 50,0
6 100,0
Kurang 2 40,0
3 60,0
5 100,0
Defisit 26
78,8 7
21,1 33
100,0
Pada tabel 4.20 di bawah ini, menunjukkan bahwa di antara asupan protein pada tingkat defisit 70 AKG sebanyak 91,7 ibu nifas memiliki IMT
normal 18,5 - 25. Sedangkan di antara asupan protein pada tingkat kurang 70-80 AKG sebanyak 73,3 ibu nifas memiliki IMT normal. Pada ibu nifas
dengan asupan protein pada tingkat sedang 80-90 AKG sebanyak 54,5 yang memiliki IMT normal. Di antara ibu nifas dengan asupan protein pada
tingkat baik ≥ 100 AKG sebanyak 42,9 memiliki IMT normal. Hasil uji
statistik diperoleh nilai p = 0,097, maka dapat disimpulkan tidak ada hubungan yang signifikan antara asupan protein dengan IMT.
Fatma Deri : Kajian Konsumsi Makanan Tradisi Badapu Dan Status Gizi Ibu Nifas Di Kecamatan Singkil Kabupaten Aceh Singkil, 2009
51
Tabel 4.20. Distribusi IMT Bersadarkan Asupan Protein
IMT Asupan Protein
Normal Gemuk
Jumlah N
N N
Baik 3 42,9
4 57,1
7 100,0
Sedang 6 54,5
5 45,5
11 100,0
Kurang 11 73,3
4 26,7
15 100,0
Defisit 11 91,7
1 8,3
12 100,0
Dari hasil analisis hubungan asupan energi dengan kadar hemoglobin menunjukkan bahwa semua ibu nifas 100,0 dengan asupan energi tingkat
defisit 70 AKG memiliki kadar Hb 11 gr atau mengalami anemia. Sedangkan di antara ibu nifas dengan asupan energi pada tingkat kurang 70-80
AKG sebanyak 60,0 mengalami anemia dan 40 tidak mengalami anemia. Di antara ibu nifas dengan asupan energi pada tingkat sedang 80-90 AKG
sebanyak 83,3 ibu nifas memiliki kadar Hb ≥ 11 gr atau tidak mengalami
anemia dan 16,7 yang mengalami anemia. Di antara ibu nifas yang asupan energi tingkat baik 100 tidak mengalami anemia. Hasil uji statistik diperoleh
nilai p = 0,000 maka dapat disimpulkan ada hubungan yang signifikan antara asupan energi dengan kadar hemoglobin. Lebih jelas dapat dilihat pada tabel 4.21
dibawah ini.
Fatma Deri : Kajian Konsumsi Makanan Tradisi Badapu Dan Status Gizi Ibu Nifas Di Kecamatan Singkil Kabupaten Aceh Singkil, 2009
52
Tabel 4.21. Distribusi Kadar Hemoglobin Bersadarkan Asupan Energi
Kadar Hemoglobin Asupan Energi
11 gr ≥ 11 gr
Jumlah N
N N
Baik 0 0,0
1 100,0
1 100,0
Sedang 1 16,7
5 83,3
6 100,0
Kurang 3 60,0
2 40,0
5 100,0
Defisit 33
100,0 0,0
33 100,0
Dari hasil analisis hubungan asupan protein dengan kadar hemoglobin menunjukkan bahwa pada asupan protein tingkat defisit dan kurang, seluruh
100 ibu nifas mengalami anemia. Di antara asupan protein pada tingkat sedang sebanyak 90,9 ibu nifas yang mengalami anemia. Di antara asupan
protein tingkat baik, seluruh 100 ibu nifas tidak mengalami anemia. Hasil uji statistik diperoleh nilai p = 0,000, maka dapat disimpulkan ada hubungan yang
signifikan antara asupan protein dengan kadar hemoglobin. Secara jelas dapat
dilihat pada tabel 4.22 di bawah ini.
Tabel 4.22. Distribusi Kadar Hemoglobin Bersadarkan Asupan Protein
Kadar Hemoglobin Asupan Protein
11 gr ≥ 11 gr
Jumlah N
N N
Baik 0 0,0
7 100,0
7 100,0
Sedang 10 90,9
1 9,1
11 100,0
Kurang 15 100,0
0,0 15
100,0 Defisit 12
100,0 0,0
12 100,0
Fatma Deri : Kajian Konsumsi Makanan Tradisi Badapu Dan Status Gizi Ibu Nifas Di Kecamatan Singkil Kabupaten Aceh Singkil, 2009
53
Berdasarkan hasil analisis hubungan asupan zat besi dengan kadar hemoglobin menunjukkan bahwa pada asupan zat besi tingkat defisit, sebanyak
90,2 ibu nifas mengalami anemia. Sedangkan pada asupan zat besi tingkat kurang, seluruh 100 ibu nifas tidak mengalami anemia. Hasil uji statistik
diperoleh nilai p = 0,000, maka dapat disimpulkan ada hubungan yang signifikan antara asupan zat besi dengan kadar hemoglobin. Secara jelas dapat dilihat pada
tabel 4.23 di bawah ini.
Tabel 4.23. Distribusi Kadar Hemoglobin Bersadarkan Asupan Zat Besi
Kadar Hemoglobin Asupan Zat Besi
11 gr ≥ 11 gr
Jumlah n
N N
Kurang 0 0,0
4 100,0
4 100,0
Defisit 37
90,2 4
9,8 41
100,0 4.7.
Persepsi Masyarakat terhadap Makanan Tradisi Badapu
Persepsi masyarakat terhadap makanan tradisi badapu diperoleh dari pendapat masyarakat yang berjumlah 26 orang, yang diwakili oleh ibu nifas
sebanyak 8 delapan orang, ibuibu mertua sebanyak 8 delapan orang, bidan desa sebanyak 4 empat orang, bidan kampung sebanyak 4 empat orang dan
tokoh adat sebanyak 2 dua orang yang diambil secara purposive sebesar 20 . Pendapat tersebut digali dengan melakukan wawancara mendalam berdasarkan
daftar pertanyaan yang telah dipersiapkan.
Fatma Deri : Kajian Konsumsi Makanan Tradisi Badapu Dan Status Gizi Ibu Nifas Di Kecamatan Singkil Kabupaten Aceh Singkil, 2009
54
4.7.1. Atas inisiatif siapa tradisi badapu dilaksanakan Dari hasil wawancara tentang inisiatif melaksanakan tradisi badapu,
diperoleh pendapat sebagai berikut yaitu : sebanyak 10 orang menyatakan atas inisiatif orang tua Ibu atau Ibu Mertua karena ibu nifas baru melahirkan anak
pertama sehingga inisiatif untuk melaksanakan tradisi badapu dari orang tua; sebanyak 11 orang menyatakan atas inisiatif orang tua dan ibu nifas karena ibu
nifas sudah pernah melaksanakan tradisi badapu, sehingga mempunyai keinginan melaksanakan tradisi badapu pada kelahiran anak berikutnya yang didukung pula
oleh orang tua; sebanyak 3 orang menyatakan atas inisiatif ibu nifas sendiri karena ibu nifas tersebut menjalankan tradisi badapu tanpa ada bantuan orang tua
pada kelahiran anak selanjutnya; dan 2 orang menyatakan atas inisiatif orang tua dan bidan kampung karena orang tua dan bidan kampung yang memegang
peranan yang besar pada pelaksanaan tradisi badapu. Berikut ini kutipan hasil wawancara dari beberapa orang informan yaitu :
“Badapu ini adalah inisiatif orang tua karena sudah turun temurun dari nenek moyang”. “Badapu ini atas keinginan sendiri dan orang tua untuk mengikuti
tradisi yang ada”. “Saya menjalankan tradisi ini karena sudah melakukannya pada anak sebelumnya” “Tradisi badapu ini dilakukan atas inisatif orang tua
dan bidandukun kampung”.
4.7.2. Apakah setuju untuk melaksanakan tradisi badapu
Dari hasil wawancara diketahui bahwa sebanyak 21 orang menyatakan setuju untuk melaksanakan tradisi badapu dan hanya 5 orang yang tidak setuju
pada pelaksanaan tradisi badapu.
Fatma Deri : Kajian Konsumsi Makanan Tradisi Badapu Dan Status Gizi Ibu Nifas Di Kecamatan Singkil Kabupaten Aceh Singkil, 2009
55
Berikut ini kutipan hasil wawancara dari beberapa orang informan yaitu : “Harus setuju pada tradisi badapu yang telah dilakukan secara turun
temurun”. “Oh, saya pribadi sangat tidak setuju pada pelaksanaan tradisi badapu ini”
4.7.3. Alasan setuju atau tidak untuk melaksanakan tradisi badapu. Berdasarkan hasil wawancara maka diketahui alasan yang setuju
melaksanakan tradisi badapu karena tradisi badapu ini bermanfaat bagi kesehatan, supaya badan sehat dan cepat sembuh atau dapat memulihkan dan mengembalikan
kondisi tubuh seperti semula. Berikut ini kutipan hasil wawancara dari beberapa orang informan yaitu :
“Badapu untuk memulihkan dan mengembalikan kondisi tubuh seperti semula”. “Dengan badapu badan jadi sehat dan kuat tidak lemah, dapat mengeluarkan
keringat sehingga badan jadi segar”. “Dengan badan jadi sehat, cepat pulih seperti semula”.
Adapun alasan yang tidak setuju untuk melaksanakan tradisi badapu
karena bertentangan dengan kaedah kesehatan atau tidak sehat, badapu tidak ada manfaatnya karena merepotkan dan terlalu kaku.
Berikut ini kutipan hasil wawancara dari beberapa orang informan yaitu : “Saya tidak setuju karena tradisi badapu membatasi asupan zat gizi, dengan
melarang ibu nifas mengkonsumsi beberapa jenis bahan makanan”. “Tradisi badapu sangat merepotkan dan terlalu kaku dengan berbagai macam aturan”.
Fatma Deri : Kajian Konsumsi Makanan Tradisi Badapu Dan Status Gizi Ibu Nifas Di Kecamatan Singkil Kabupaten Aceh Singkil, 2009
56
4.7.4. Makanan yang boleh dimakan pada saat melaksanakan tradisi badapu Pendapat tentang makanan yang boleh dimakan oleh ibu nifas saat
melaksanakan tradisi badapu yaitu : nasi; ikan yang digoreng dipanggang sampai kering supaya rahim dan alat kewanitaan cepat kering dan jenis bahan
makanan lain dilarang untuk dikonsumsi; ayam; daging; tempe; tahu; sayur- sayuran daun singkong, daun katu, kacang panjang, bayam, buah-buahan yang
tidak banyak mengandung air jeruk, apel, pisang supaya alat kewanitaan cepat kering, “minuman mentah” dan “minuman pariuk”
Berikut ini kutipan hasil wawancara dari beberapa orang informan yaitu : “Makanan yang boleh dimakan hanya nasi dan ikan digorengdipanggang saja”.
“Makanan yang bisa dimakan oleh orang yang sedang badapu yaitu nasi, ikan digorengdipanggang, ayam, tempe, tahu, sayur rebus daun singkong, daun katu
dan kacang panjang dicampur untuk makan siang dan malam”. “Ibu yang badapu boleh makan nasi, ikan yang digoreng kering, sayur airnya di peras,
minuman periuk dan minuman mentah”. 4.7.5. Makanan yang tidak boleh dimakan pada saat melaksanakan tradisi
badapu Dari hasil wawancara diktehaui bahwa makanan yang tidak boleh dimakan
adalah jenis bahan makanan yang dapat menimbulkan efek tidak baik bagi ibu dan bayi. Ikan tongkol, ikan teri, ikan yang berbisa lele, pari, hiu, marang, sebaung,
udang, kepiting, telur karena dapat mengakibatkan gatal-gatal. Sayuran yang menjalar kangkung, sayuran yang mengandung gas nangka, kol, pakis, sawi
karena dapat menyebabkan perut ibu dan bayi kembung. Buah-buahan yang banyak mengandung air pepaya, semangka, nenas, jambu air karena
Fatma Deri : Kajian Konsumsi Makanan Tradisi Badapu Dan Status Gizi Ibu Nifas Di Kecamatan Singkil Kabupaten Aceh Singkil, 2009
57
memperlambat proses pemulihan alat kewanitaan. Cabe dan santan yang dapat menyebabkan bayi mencret.
Berikut ini kutipan hasil wawancara dari beberapa orang informan yaitu : .“Makanan yang tidak boleh dimakan oleh ibu nifas yaitu Ikan tongkol, telur,
udang, sayur yang berangin kol, pakis, kangkung buah yang banyak mengandung air nenas, pepaya, semangka, cabe atau yang pedas-pedas”.
“Makanan yang tidak boleh dimakan yaitu daging, ikan yang diolah dengan santan atau air, cabe”. “Makananan yang tidak boleh dimakan yaitu ikan yang
berbisa hiu, pari, marang, sebaung, lokankerang, udang, sayur yang bergas kol, sawi, kangkung buah-buahan pepaya, semangka, karena sifatnya dingin,
cabe, santan dan air dingin”. 4.7.6. Makanan saat melaksanakan tradisi badapu
Pendapat mengenai makanan saat melaksanakan tradisi badapu secara umum menyatakan bahwa ada beberapa jenis makanan yang dipantangkan atau
dilarang, dan ibu nifas harus mentaati aturan yang ada, agar tidak memberikan dampak buruk bagi kesehatan ibu dan bayi. Makanan bagi ibu nifas yang
melaksanakan tradisi badapu harus dapat memberikan efek panas atau dalam kondisi hangat dan menghindari bahan makanan yang dingin-dingin karena tubuh
ibu nifas dalam kondisi dingin. Berikut ini kutipan hasil wawancara dari beberapa orang informan yaitu :
“Makanan bagi ibu nifas yang sedang badapu berbeda dengan makanan pada wanita biasa, tidak boleh makan cabe dan santan mengganggu pencernaan bayi
sehingga bayi menglami mencret”. “Ibu nifas harus makan makanan yang sifatnya panas seperti merica, durian untuk memulihkan peranakan. Makanan
dimakan dalam kondisi hangat dan tidak boleh dingin karena tubuh ibu dalam keadaan dingin”. “Makanan badapu penuh aturan dan berbeda dengan makanan
orang biasa. Ada makanan dan minuman khusus yang dibuat untuk ibu nifas yang sedang badapu yaitu nasi lancing, minuman pariuk dan minuman mentah”
Fatma Deri : Kajian Konsumsi Makanan Tradisi Badapu Dan Status Gizi Ibu Nifas Di Kecamatan Singkil Kabupaten Aceh Singkil, 2009
58
4.7.7. Manfaat tradisi
badapu terhadap kesehatan ibu nifas Dari hasil wawancara dapat diketahui bahwa tradisi badapu ada
manfaatnya terhadap kesehatan ibu nifas diantaranya dapat membersihkan darah kotor dalam perut, luka sehabis melahirkan dan alat genital menjadi cepat kering
serta kembali seperti semula. Badan menjadi sehat, segar, wangi dan kuat karena keringat banyak keluar akibat minum “minuman pariuk” dan “minuman mentah”.
Akan tetapi ada juga yang menyatakan tradisi badapu tidak ada manfaat karena tubuh didiang dengan api, sehingga dapat mengakibatkan tubuh kekeringan.
Berikut ini kutipan hasil wawancara dari beberapa orang informan yaitu : “Manfaat dari badapu adalah membersihkan darah kotor dan alat genital cepat
kering dan rapat kembali”. “Manfaat badapu badan menjadi segar, ringan, keringat keluar sehingga merapatkan pori-pori”. “Dengan badapu badan jadi
sehat, mengeluarkan darah putihkotor dan mengeringkan luka dalam perut setelah melahirkan”. “Tradisi badapu tidak ada manfaatnya karena harus
didiang dekat api sehingga tubuh kekeringan”.
4.7.8. Pengaruh tradisi
badapu terhadap jumlah ASI Pendapat tentang pengaruh tradisi badapu terhadap jumlah ASI yaitu ASI
menjadi lebih banyak karena makan sayur dan minuman air rebusan minuman pariuk, jumlah ASI biasa saja karena tidak ada pengaruhnya pada ASI, jumlah
ASI berkurang karena adanya larangan mengkonsumsi beberapa jenis makanan. Berikut ini kutipan hasil wawancara dari beberapa orang informan yaitu :
“ASI menjadi lebih banyak karena banyak makan sayur”. “Jumlah ASI biasa saja, tidak ada perubahannya”. “Kualitas dan kuantitas ASI berkurang”karena
adanya larangan mengkonsumsi beberapa jenis makanan”. “ASI menjadi lebih banyak karena meminum minuman rebusan daun nangka direbus sebagai
pengganti air putih yang diganti setiap tiga hari”.
Fatma Deri : Kajian Konsumsi Makanan Tradisi Badapu Dan Status Gizi Ibu Nifas Di Kecamatan Singkil Kabupaten Aceh Singkil, 2009
59
4.7.9. Saran terhadap tradisi badapu Dari hasil wawancara diketahui bahwa 19 orang menyaran agar tradisi
badapu harus diteruskan, karena untuk kebaikan dan kesehatan. Sebanyak 5 orang menyarankan yang baik-baik diteruskan dan yang tidak baik dihilangkan. Ada
satu orang menyarankan tradisi badapu tidak perlu dilakukan karena repot dan tidak bersih. Satu orang menyaranka tradisi badapu dihilangkan secara bertahap
karena susah menghapusnya secara cepat. Berikut ini kutipan hasil wawancara dari beberapa orang informan yaitu :
“Tradisi badapu harus diteruskan, karena untuk kebaikan dan kesehatan”. “Tradisi badapu tidak perlu dilakukan karena merepotkan dan tidak bersih”.
“Tradisi yang baik diteruskan, yang tidak baik pantangan dihilangkan”. “Sebaiknya tradisi badapu dihilangkan secara bertahapkarena susah untuk
menghapusnya secara cepat”
4.7.10. Perasaan ibu dalam melaksanakan tradisi badapu Dari wawancara yang khusus bagi ibu nifas diketahui sebanyak 4 orang
menyatakan perasaannya biasa saja saat melaksanakan tradisi badapu, sebanyak 2 orang merasa senang melaksanakan tradisi badapu, satu orang merasa rileks dan
satu orang merasa bosan melaksanakan tradisi badapu ini. Berikut ini kutipan hasil wawancara dari beberapa orang informan yaitu :
“Perasaan saya dalam melaksanakan tradisi badapu ini biasa saja”. “Dalam melaksanakan tradisi badapu ini, saya merasa senang-senang saja”. “Saya jalani
tradisi badapu ini dengan rileks saja”. “Tradisi badapu ini, bagi saya sangat membosankan”.
Fatma Deri : Kajian Konsumsi Makanan Tradisi Badapu Dan Status Gizi Ibu Nifas Di Kecamatan Singkil Kabupaten Aceh Singkil, 2009
60
4.7.11. Jumlah air yang diminum ibu dalam satu hari
Wawancara khusus kepada ibu nifas untuk mengetahui jumlah air yang
diminum dalam satu hari sangat bervariasi. Ada yang minum empat liter sehari karena merasa haus terus dan sering menyusukan. Ada yang minum tiga liter
karena banyak minum. Ada yang minum hanya dua setengah liter, seperti minum pada kebiasaan normal. Ada juga yang hanya satu setengah liter karena memang
agak kurang minum air. Berikut ini kutipan hasil wawancara dari beberapa orang informan yaitu :
“Jumlah air yang diminum dalam satu hari, banyak ya karena merasa haus terus, sehingga sering minum apalagi sedang menyusukan bayi, kira-kira ada empat
liter”. “Air yang diminum dalam satu hari banyak juga ya, kurang lebih tiga liter”. “Minum air kayaknya seperti biasanya, normal saja sekitar dua setengah
liter”. “Saya memang kurang sekali minum air, mungkin cuma satu setengah dalam sehari”.
Fatma Deri : Kajian Konsumsi Makanan Tradisi Badapu Dan Status Gizi Ibu Nifas Di Kecamatan Singkil Kabupaten Aceh Singkil, 2009
61
BAB 5 PEMBAHASAN