16
2.2. Konsumsi Makanan
Manusia membutuhkan makanan untuk memenuhi kebutuhan zat gizi dalam tubuh. Kebutuhan zat gizi setiap orang berbeda-beda sesuai dengan umur,
jenis kelamin. Agar kebutuhan zat gizi dapat terpenuhi, maka harus mengonsumsi makanan setiap hari sesuai dengan anjuran gizi. Makanan yang dikonsumsi
seseorang dapat diketahui jumlah dan kandungan zat gizinya dengan cara melakukan penilaian konsumsi makanan atau survei diet.
Menurut Supariasa dkk 2002 menyatakan bahwa survei konsumsi makanan adalah salah satu metode yang digunakan dalam penetuan status gizi
seseorang atau kelompok. Survei konsumsi makanan bertujuan untuk mengetahui kebiasaan makan dan gambaran tingkat kecukupan bahan makanan dan zat gizi
pada tingkat kelompok, rumah tangga dan perorangan serta faktor-faktor yang berpengaruh terhadap konsumsi makanan tersebut. Hasil survei konsumsi
makanan tidak dapat menentukan status gizi seseorang atau masyarakat secara langsung, namun dapat digunakan sebagai bukti awal akan kemungkinann
terjadinya kekurangan gizi pada seseorang. Berdasarkan jenis data yang diperoleh, maka pengukuran konsumsi
makanan menghasilkan dua jenis data konsumsi, yaitu bersifat kualitatif dan kuantitatif. Metode yang bersifat kualitatif untuk mengetahui frekuensi makan,
frekuensi konsumsi menurut jenis bahan makanan dan menggali informasi tentang kebiasaan makan serta cara-cara memperoleh bahan makanan tersebut. Metode
pengukuran konsumsi makanan yang bersifat kualitatif antara lain : metode
Fatma Deri : Kajian Konsumsi Makanan Tradisi Badapu Dan Status Gizi Ibu Nifas Di Kecamatan Singkil Kabupaten Aceh Singkil, 2009
17
frekuensi makanan food frequency, metode dietary history, metode telepon dan metode pendaftaran makanan food list. Sedangkan metode yang bersifat
kuantitatif untuk mengetahui jumlah makanan yang dikonsumsi sehingga dapat dihitung konsumsi zat gizi dengan menggunakan Daftar Konsumsi Bahan
Makanan DKBM atau daftar lain yang diperlukan seperti Daftar Ukuran Rumah Tangga URT, Daftar Konversi Mentah-Masak DKMM dan Daftar Penyerapan
Minyak. Metode pengukuran konsumsi secara kuantitatif antara lain : metode recall 24 jam, perkiraan makanan estimated food records, penimbangan
makanan food weighing, metode food account, metode inventaris inventory method dan pencatatan household food records.
Metode recall makanan merupakan tehnik yang paling sering digunakan baik secara klinis maupun penelitian. Metode ini mengharuskan pelaku mengingat
semua makanan dan jumlahnya sebaik mungkin dalam waktu tertentu ketika tanya jawab berlangsung. Pengingatan sering dilakukan untuk 1-3 hari.
Menurut Gibney 2002 bahwa informasi yang berkenaan dengan aturan makan pada suatu periode tertentu dapat diperoleh dengan menanyakan individu
untuk mengingat kembali jumlah dan jenis makanan yang sudah mereka makan. Recall 24 jam adalah suatu usaha untuk mengingat kembali banyaknya jumlah
makanan yang dikonsumsi pada satu hari sebelumnya 24 jam yang lalu. Masa ini dipertimbangkan dapat memberikan daya ingat serta informasi yang dapat
dipercaya, Adapun bila masa mengingat lebih panjang, maka daya ingat menjadi lebih terbatas. Metode recall 24 jam merupakan metode yang secara luas
Fatma Deri : Kajian Konsumsi Makanan Tradisi Badapu Dan Status Gizi Ibu Nifas Di Kecamatan Singkil Kabupaten Aceh Singkil, 2009
18
digunakan untuk memperoleh informasi terhadap makanan pada individu. Metode ini sering digunakan pada survey nasional karena memiliki tingkat tanggapan
yang tinggi dan dapat memberikan informasi secara terinci untuk mewakili kelompok populasi yang berbeda.
Menurut Soekirman 2000, bahwa kebutuhan akan zat gizi tidak sama bagi semua orang, tetapi tergantung pada banyak hal antara lain umur, kelamin,
dan pekerjaan. Keseimbangan jumlah dan jenis zat gizi yang dibutuhkan berbagai kelompok orang ditetapkan dalam suatu daftar yang dikenal sebagai Daftar
Kecukupan Gizi yang dianjurkan DKG yang dalam bahasa Inggris dikenal sebagai Recommended Dietary Allowance RDA. Di Indonesia DKG ditetapkan
setiap lima tahun sekali oleh sekelompok pakar dalam Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi.
Menurut Hasil Widya Karya Pangan dan Gizi tahun 2004, Angka Kecukupan Gizi AKG untuk peroranganindividu diperoleh dari perbandingan
antara konsumsi zat gizi dengan keadaan gizi seseorang. Caranya yaitu dengan membandingkan pencapaian konsumsi zat gizi individu tersebut terhadap AKG.
Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia, nomor : 1593MenkesSKXI 2005, dapat dilihat bahwa kecukupan gizi bagi ibu nifas
disesuaikan dengan kelompok umur ibu dan kemudian diberikan penambahan energi 500 kkal, protein 17 gram dan zat besi 6 mg.
Fatma Deri : Kajian Konsumsi Makanan Tradisi Badapu Dan Status Gizi Ibu Nifas Di Kecamatan Singkil Kabupaten Aceh Singkil, 2009
19
Menurut Depkes RI 1990 bahwa klasifikasi tingkat konsumsi makanan di bagi menjadi empat dengan cut of points sebagai berikut:
• Baik :
≥ 100 AKG •
Sedang : 80 – 99 AKG
• Kurang
: 70 – 80 AKG •
Defisit : 70
Menurut Adair 1987 menyatakan bahwa jumlah dan mutu produksi ASI menggambarkan status gizi ibu hamil sebelumnya sampai selama menyusui,
sama juga halnya dengan kesehatan ibu, kebutuhan aktivitas fisik dan lingkungan serta tekanan kejiwaan. Pada periode menyusui ini sedapat mungkin zat-zat gizi
diperlukan oleh ibu-ibu. Dengan pengecualian pada energi dan beberapa zat gizi khusus dapat diambil dari cadangan di tubuh ibu. Rekomendasi FAOWHO tahun
1974 untuk asupan energi pada masa nifas diasumsikan menghasilkan energi hanya 60 saja. Sehingga ibu membutuhkan tambahan energi setiap hari, yaitu
550 kkal. Sedangkan rekomendasi dari U.S. National Research Council, tambahan energi 500 kkalhari. Mengutip pendapat Thomson dan Black bahwa
kebutuhan energi pada masa nifas dapat ditambahkan kira-kira 200-300 kkalhari selama 3 bulan pertama masa nifas. Adapun untuk asupan protein selama
menyusui rekomendasi FAOWHO yaitu sebesar 46 ghari yang lebih rendah dari U.S. RDA’S yaitu 66 ghari.
Fatma Deri : Kajian Konsumsi Makanan Tradisi Badapu Dan Status Gizi Ibu Nifas Di Kecamatan Singkil Kabupaten Aceh Singkil, 2009
20
Menurut Aritonang 2007 konsumsi zat gizi dari pangan pada ibu menyusui di Kecamatan Darmaga Kabupaten Bogor sebelum dilakukan intervensi
rata-rata energi sebesar 1574,0 ± 527,1 Kal, rata-rata protein sebesar 46,7 ± 20,1 gr, dan rata-rata zat besi sebesar 13,6 ± 5,6 mg.
2.3. Tradisi Badapu