23
2. Fungsi dan Tujuan Penyuluhan
Fungsi penyuluhan adalah memberikan pelayanan pada individu maupun kelompok, merasakan kegunaan dari setiap program yang kita
buat untuk mereka. Penyuluhan dikatan berfungsi dengan baik jika penyuluhan yang kita lakukan dirasakan bermanfaat bagi orang lain,
sebaliknya jika penyuluhan yang kita lakukan tidak bermanfaat bisa dikatakan proses penyuluhan tidak mendatangkan kegunaan atau manfaat.
7
Penyuluhan diterapkan melalui pengembangan fungsi-fungsi Al- Qur’an dan hadits yang dijadikan sumber utama terutama untuk
penyuluhan Islam.
Al- Qur’an membahas berbagai pemecahan
problematika kehidupan sehari-hari untuk mencapai kebahagiaan hidup.
8
Tujuan Penyuluhan dalam konteks penyuluhan agama tentu berbeda dengan tujuan penyuluhan pertanian, untuk itu dalam tujuan
penyuluhan dilihat dari sisi penyuluhan agama memiliki tujuan
9
: a.
Membantu memecahkan masalah atau problematika ummat yang timbul dari interaksi personal dan kelompok keluarga dengan
pendekatan Islam. b.
Membantu dan mengatasi memecahkan masalah psikologi keluarga dan komunitas muslim, karena adanya masalah internal yang terjadi
dalam keluarga.
7
Ibid., h. 103.
8
M. Lutfi, MA. Dasar-Dasar Bimbingan dan Penyuluhan Konseling Islam. h 98-99
9
Ibid.,
24
c. Membantu mengatasi dan memecahkan masalah mentalspiritual yang
dialami oleh penyandang masalah-masalah sosial pathologis dan cacat fisik pada lembaga-lembaga rehabilitasi sosial, seperti tuna netra,
ketergantungan obat zat adiktif narkoba, Wanita Tuna SusilaWTS dan sebagainya.
d. Membantu mengatasi dan memecahkan masalah mentalspiritual yang
dialami para tahanan narapidana di rumah tahanan rutan dan lembaga permasayarakatan lapas. Serta pembinaan mental bagi anak
jalanan anjal, panti jompo dan masalah sosial lainnya. e.
Memberikan penyuluhan dan bimbingan pada karyawan, tenaga kerja dan prajurit guna meningkatkan kinerja dan produktivitas kerja dengan
pendekatan Islam.
3. Penyuluhan Agama Islam Dengan Pendekatan Kelompok
Penyuluh agama Islam pelaksanaan tugasnya dalam pengembangan masyarakat Islam di bidang keagamaan, sosial dan ekonomi. Indikasinya
tampak pada aktivitas pengembangan masyarakat, yang meliputi jadwal, materi, metode dan banyaknya jumlah kehadiran para jama’ah sebagai
kelompok sasaran penyuluh. Pola pengembangan masyarakat Islam dilakukan dengan tahapan.
10
Penyuluhan itu alat dari pada bimbingan. Dengan kata lain, bimbingan itu diberikan melalui penyuluhan. Dengan demikian,
keberhasilan bimbingan banyak ditentukan bagaimana penyuluhan itu
10
Drs. Kgs. H. M. Daud, M.Hi Widyaswara Madya BDK Palembang, Jurnal : Pelaksanaan Penyuluh Agama Dalam Pengembangan Masyarakat Islam di Kota Palembang.
Palembang, 2011 h. 1.
25
dilakukan. Untuk dapat melakukan penyuluhan secara lebih terarah, penyuluh dituntut untuk benar-benar menguasai pengetahuan dan
ketrampilan melaksanakan penyuluhan.
11
Keputusan Presiden No. 87 Tahun 1999, yaitu yang menempatkan penyuluh Dalam Keppres itu disebutkan bahwa Rumpun Keagamaan
adalah rumpun jabatan fungsional Pegawai Negeri Sipil yang tugasnya berkaitan dengan penelitian, peningkatan atau pengembangan konsep,
teori, dan metode operasional serta pelaksanaan kegiatan teknis yang berhubungan dengan pembinaan rohani dan moral masyarakat sesuai
dengan agama yang dianutnya.
12
Sasaran dalam penyuluhan agama Islam adalah umat Islam dan masyarakat yang belum menganut salah satu agama di Indonesia yang
beraneka ragam dan latar belakang pendidikanya. Dilihat dari segi tipe masyarakat yang ada di Indonesia dalam garis besarnya dalam tipe
golongan yaitu masyarakat pedesaan dan perkotaan dan masyarakat cendikiawan. Namun dilihat dari segi kelompok masyarakat tersebut
bermacam-macam kelompok baik yang ada di desa maupun di kota, bahkan ada beberapa kelompok selain terdapat di desa terdapat pula di
kota.
13
Penyuluhan agama Islam dengan menggunakan metode pendekatan kelompok dalam hal ini, penyuluh berhubungan dengan sekelompok orang
11
Amti Erman. Penyuluhan. Jakarta: Halia Indonesia, 1983 h.7.
12
DEPARTEMEN AGAMA RI, Materi Bimbingan dan Penyuluhan Jakarta: Derektorat Jendral Kelembagaan Agama Islam, 2003 h. 9.
13
Ibid.,
26
untuk menyampaikan pesannya.
14
Dalam pendekatan kelompok ini banyak manfaat yang diambil, disamping transfer informasi juga terjadinya tukar
pendapat dan pengalaman antar sasaran penyuluhan dalam kelompok bersangkutan.
15
Dalam penyuluhan berbasis kelompok atau metode kelompok memiliki beragam teknis diantaranya:
a. Metode Ceramah
Menurut Winarno Surahmad, M.Ed, ceramah adalah penerangan dan penuturan secara lisan oleh guru terhadap kelasnya, sedangkan
peranan murid mendengarkan dengan teliti, serta mencatat yang pokok dari yang dikemukakan oleh guru.
16
Penyuluh didorong untuk berusaha memperkenalkan pokok- pokok terpenting dari isi pesan yang akan disampaikan pada tersuluh.
Dengan demikian diharapkan pesan yang disampaikan berhasil ditunjang pula oleh keterampilan penyuluh dalam menyampaikan isi
materi penyuluhan. Adapun langkah-langkah dalam metode ceramah: 1
Tahap persiapan, menyusun kerangka yang hendak diceramahkan dan dapat mudah dimengerti oleh peserta. Selain
itu membuat pokok-pokok persoalan yang akan dibicarakan. 2
Tahap penyajian, menyampaikan bahan-bahan atau pokok- pokok pelajaran yang telah disiapkan.
14
Suprapto Tommy dkk, Komunikasi Penyuluhan, Yogyakarta: Arti Bumi Intaran, 2004 h. 83-84.
15
Ibid., h. 50.
16
B Suryo Subroto. Proses Belajar Mengajar di Sekolah Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1997 ha.165.
27
3 Tahap asosiasi, memeberi kesempatan pada peserta untuk
menghubungkan dan membandingkan bahan ceramah yang telah diterima bilamana ada suatu pokok yang tidak dimengerti.
4 Tahap generalisasi atau kesimpulan, menyimpulkan isi
ceramah, umumnya mencatat isi ceramah yang telah disampaikan.
5 Tahap aplikasi, diadakan penilaian terhadap pemahaman
mengenai bahan yang telah diberikan. Evaluasi bisa dilaksanakan berupa tulisan, tugas, lisan dan lain-lain.
17
b. Kursus atau pelatihan
Dalam penjelasan pasal 26 ayat 5 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003, dijelaskan bahwa kursus dan pelatihan adalah bentuk
pendidikan berkelanjutan untuk mengembangkan kemampuan peserta didik dengan penekanan pada penguasaan keterampilan,
standar kompetensi, pengembangan sikap kewisausahaan serta pengembangan kepribadian yang professional.
c. Metode Diskusi
Diskusi adalah suatu percakapan ilmiah oleh beberapa yang tergabung dalam satu kelompok untuk saling bertukar pikiran dan
pendapat mengenai sesuatu masalah atau bersama-sama mencari pemecahan untuk mendapatkan jawaban dan kebenaran suatu
17
Ramayulis. Metode Pendidikan Agama Islam, Jakarta: Kalam Mulia,2005. h.237.
28
masalah. Dalam diskusi dibedakan melalui jumlah pesertanya, yakni:
18
1 Whole group, suatu diskusi dimana anggota kelompok tidak
lebih dari 15 orang. 2
Buzz group, suatu kelompok besar dibagi menjadi 2 sampai 8 kelompok.
3 Panel, dimana suatu kelompok kecil antara 3 sampai 6 orang.
4 Symposium, teknik menyerupai panel, hanya sifatnya lebih
formal. 5
Caologium, yaitu berdiskusi yang dilakukan oleh satu atau beberapa orang sumber yang berpendapat dan menjawab
pertanyaan-pertanyaan tapi tidak lewat pidato. d.
Parsipatorikpartisipatif praktik ibadah, wisata ziarah dan bakti sosial
Partisipasif adalah proses yang aktif, yang mengandung arti bahwa orang atau kelompok terkait mengambil inisiatif dan
menggunakan kebebasannya untuk melakukan hal itu. Kegiatan partisipatif dalam kegiatan penyuluhan agama ialah praktik ibadah,
wisata ziarah dan bakti sosial. Penulis dapat menyimpulkan bahwa penyuluhan agama Islam
dengan metode pendekatan kelompok ialah suatu metode pendekatan berdasarkan jumlah orang yang mengikuti, klasifikasi
18
Ramayulis.Metode Pendidikan Agama Islam. h. 179-180.
29
kelompok bisa terdiri dari golongan, ataupun jumlah orang yang mengikuti kegiatan penyuluhan.
Metode dengan pendekatan kelompok memungkinkannya ada umpan balik, bertukar pengalaman maupun memberikan
pengaruh berupa nilai-nilai dan norma.
C. Ketergantungan Narkoba
1. Pengertian Narkoba
a. Narkotika
Narkotika berasal dari bahasa Inggris yakni “Narcotics” yang memiliki arti obat menidurkan atau obat bius.
19
Narkotika adalah zat bahan aktif yang bekerja pada system saraf pusat otak yang dapat
menyebabkan penurunan sampai hilangnya kesadaran dari rasa sakit nyeri serta dapat menimbulkan ketergantungan ketagihan. Menurut
farmakologi adadalah zat yang dapat menghilangkan rasa nyeri dan membius opiate.
20
Menurut Undang-Undang RI no.2 Tahun 1997 adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan makanan baik sintesis
maupun semi sintesis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan
kesadaran, hilangnya
rasa, mengurangi
sampai menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan.
Adapun peraturan perundang-undangan yang digunakan sebagai
19
M. John Echols. Kamus Bahasa Inggris- Indonesia. Jakarta: Penerbit PT. Gramedia Pustaka, 1987 h. 390.
20
Tim ahli BNN. Petunjuk Teknis Advokasi Bidang Pencegahan Penyalahgunaan Narkoba Bagi LembagaInstansi Pemerintah. Jakarta: BNN, 2008 h. 16.
30
landasan hokum penanggulangan narkotika dan obat-obatan terlarang antara lain sebagai berikut:
21
1 Undang-undang nomor 8 Tahun 1976 tentang Pengesahan
Konvensi Psikotropika 1971. 2
Undang-undang No.7 tahun 1997 tentang Pengesahan Konvensi tentang
Pemberantasan Peredaran
Gelap Narkotika
dan Psikotropika.
3 Undang-undang Nomor 22 Tahun 1997 tentang Narkotika.
Di dalam Undang-Undang Narkotika secara jelas lebih diatur tentang produksi, peredaran, pengangkutan, impor, ekspor, penyaluran,
penyerahan dan lain-lain berikut sanksi ketentuan pidananya. Selanjutnya penggolongan Narkotika berdasarkan Pasal 2 ayat 2
Undang-Undang No 22 Narkotika dikelompokkan kedalam tiga golongan, yaitu
22
: 1
Golongan I yaitu narkotika yang tidak digunakan untuk terapi dan berpotensi tinggi untuk ketergantungan, misalnya heroin.
2 Golongan II yaitu Narkotika yang dapat digunakan untuk terapi
tetapi berpotensi tinggi untuk ketergantungan, misalnya morfin. 3
Golongan III, yaitu narkotika yang digunakan untuk terapi dan berpotensi rendah untuk ketergantungan, misalnya kodein.
Berdasakan pembuatannya Narkotika dibedakan kedalam tiga bagian, yakni
23
:
21
Ibid., h. 19.
22
Tim ahli BNN. Petunjuk Teknis Advokasi Bidang Pencegahan Penyalahgunaan Narkoba Bagi LembagaInstansi Pemerintah h. 16-17.
31
1 Narkotika Alami
Narkotika yang berasal dari alam, atau yang tumbuh di alam. Contohnya Ganja, Hasis, Opium dan Coca.
2 Narkotika Semi Sintetik
Narkotika yang berasal dari olahan diambil zat adiktifnya intisarinya agar memiliki khasiat lebih kuat sehingga dapat
dimanfaatkan untuk kepentingan kedokteran. Contohnya Morfin . 3
Narkotika sintetik Narkotika palsu yang dibuat dari bahan kimia, digunakan untuk
pembiusan dan
pengobatan bagi
orang yang
menderita ketergantungan narkoba sebagai narkoba pengganti. Contohnya
Methadon.
b. Obat-Obatan Terlarang Psikotropika dan Zat Adiktif
Psikotropika menurut Undang- Undang RI No. 5 Tahun 1997 adalah zat atau obat baik alamiah maupun sintesis bukan narkotika,
yang berkhasiat psikoaktif melalu pengaruh selektif pada susunan syaraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental
dan perilaku. Sedangkan Zat adiktif adalah zat atau bahan aktif bukan narkotika atau psikotropika, bekerja pada system saraf pusat dan dapat
menimbulkan ketergantungan ketagihan. Zat Adiktif ini merupan zat
23
Tim ahli BNN. Petunjuk Teknis Advokasi Bidang Pencegahan Penyalahgunaan Narkoba Bagi LembagaInstansi Pemerintah h. 16-17
32
selain narkotika yang menimbulkan ketergantungan, misalnya rokok dan zat-zat lainnya yang menimbulkan ketergantungan.
24
Berdasarkan Undang-undang No. 5 Tahun 1997 Paikotropika dibagi menjadi kedalam empat golongangan yaitu
25
: 1
Golongan I yaitu psikotropika yang hanya dapat digunakan untuk tujuan ilmu pengetahuan dan tidak digunakan untuk terapi, tetapi
berpotensi tinggi untuk ketergantungan paling berbahaya, daya adiktifnya sangat tinggi
26
MDMA, misalnya ekstasi, ampetamin, misalnya sabu-sabu.
2 Golongan II yaitu psikotropika yang dapat digunakan untuk terapi
tetapi berpotensi
tinggi untuk
ketergantungan misalnya
fensiklidinPCP, metilferudat 3
Golongan II yaitu psikotropika yang digunakan untuk terapi dan berpotensi sedang untuk ketergantungan misalnya amobarbital dan
flunitrazepam 4
Golongan IV yaitu psikotropika yang digunakan untuk terapi dan berpotensi
ringan untuk
ketergantungan diazepam,
nitrazepamDUM, megadon, BK.
24
Tim ahli BNN. Petunjuk Teknis Advokasi Bidang Pencegahan Penyalahgunaan Narkoba Bagi LembagaInstansi Pemerintah. h. 22.
25
Ibid., hal 23.
26
Tulisan diatas diperoleh dari website mengenai narkoba, lengkapnya dapat dilihat websitenya di:
http:emge89.mywapblog.comnarkoba-dan-macam-macam-jenis-narkoba.xhtml diakses pada tanggal 25 april 2014 pukul 01.13 WIB.
33
2. Dampak Penggunaan Narkoba
Agoes Dariyo dalam bukunya Psikologi Perkembangan Remaja menjelaskan ada beberapa dampak penggunaan Narkoba, secara umum
dampak penggunaan Narkoba ada 2, yakni kepribadian adiksi addiction personality dan gangguan kesehatan tubuh.
27
Individu yang mengalami kepribadian adiksi ditandai dengan suka menyembunyikan tindakanmotif perilaku, berpura-pura, berbohong,
menipu, ingkar janji. Secara intelektual individu akan mudah lupa, tidak dapat berkonsentrasi, sehingga menimbulkan penurunan kapasitas berpikir
dan penurunan kemampuan mengambil keputusan.
28
Sedangkan dari gangguan kesehatan bagi pengguna Narkoba yakni: adiksi ketergantungan, infeksi paru, infeksi jantung, penularan penyakit
hepatitis C,B dan AIDSHIV, impotensi, kecatatan pada bayi, kematian karena overdosis dan infeksi.
Hal yang perlu diwaspadai oleh pengguna Narkoba ialah sakaw. Sakaw ialah gejala putus zatyang ditandai dengan bola mata mengecil,
hidng dan mata berair, bersin-bersin, menguap, banyak berkeringat, mual- mual, muntah-muntah dan diare.
29
Menurut penulis Dampak –dampak tersebut merpakan dampak
yang amat merugikan bagi pengguna maupun orang disekitar pengguna, sudah dipastikan orang yang telah menggunakan narkoba tidak akan
27
Agoes Dariyo, Psi. Psikologi Perkembangan Remaja. Bogor: Penerbit Ghalia Indonesia, 2004 h.35.
28
Ibid.,
29
Agoes Dariyo, Psi. Psikologi Perkembangan Remaja h. 36.
34
produktif. Produktif disini terjadi gangguan aktivitas karena narkoba, akibat dari dampak pada adiksi dan kesehatan.
3. Ketergantungan Narkoba
Ketergantungan Narkoba bisa dikatakan dengan istilah addict, yang berarti tergantung pada sesuatu. Addiction mengandung pengertian
ketergantungan terhadap sesuatu. Menurut Gordon dan Gordon dalam buku Agoes Dariyo, menganggap ketergantungan narkoba atau obat
merupakan suatu gangguan atau penyakit individu yang bersifat fisik, mental, dan emosional, sehingga individu merasa tidak mampu
menghentikan kecenderungan untuk menggunakan Narkoba.
30
Ketergantungan adalah pengguna narkoba atau NAPZA yang cukup berat, telah terjadi ketergantungan fisik dan psikologis yang
ditandai oleh adanya toleransi dan sindroma putus zat.
31
Ketergantungan narkoba atau kecanduan narkoba merupakan penyakit yang sangat kompleks yang belum dialami dan belum dimengerti
oleh orang awam, bahkan pihak dokter maupun psikiater pun belum pernah merasakan kecanduan narkoba secara psikis maupun fisik.
32
Ketergantungan narkoba juga merupakan reaksi yang ditimbulkan oleh zat-zat psikotropika dan narkotika setelah digunakan secara berkala saat
putus zat, jika tidak terpenuhi maka akan mengakibatkan sakit seperti demam, menggigil, sendi-sendi tulang seluruh badan sakit, tidak bisa
tidurgelisah.
30
Ibid., h. 33.
31
Sumiati, SKp. Msi dan Dinarti, SKp, MAP , dkk, Asuhan Keperawatan Pada Klien Penyalahgunaan dan Ketergantungan NAPZA. Jakarta: Penerbit CV. Trans Info Media, 2009 h.
30.
32
Drs. Edy Karsono. Mengenal Kecanduan Narkoba dan Minuman Keras. Bandung : cv. Yrama Widya, 2004 h.59.
35
Ciri khas pengguna markoba atau NAPZA untuk ketergantungan : a.
Frekuensi pengguna, setiap hari atau terus menerus b.
Sumber zat, menghalalkan segala cara untuk mendapatkan zat, serta mau mengambil resiko sekalipun resiko tersebut tindakan kriminal
seperti merampok dan mencopet. c.
Alasan menggunakan zat, alasannya bisa bermacam-macam, mulai dari menghilangkan stressdepresi, melarikan diri dari kenyataan bahkan
menggunakannya diluar kontrol. d.
Efek yang dirasakan, pada saat tidak menggunakan zat klien akan merasakan sakit atau tidak nyaman. Zat membantu mereka merasa
normal. e.
Ciri-ciri pengguna:
Perubahan fisik, seperti penurunan berat badan, masalah kesehatan
Penampilan buruk
Kemungkinan mengalami hilang ingatan, flash back, paranoid, perubahan mood, dan gangguan mental lainnya.
Kemungkinan drop out dari sekolah dan dikeluarkan dari pekerjaan
Sering keluar rumah
Kemungkinan over dosis
Tertangkap, terutama pada saat menggunakan zat.
D. Rehabilitasi
1. Pengertian Rehabilitasi
36
Rehabilitasi berarti pemulihan kapasitas fisik dan mental kepada kondisikeadaan sebelumnya. Bagi seorang penyalahguna atau pecandu
narkoba, rehabilitasi merupakan sebuah proses yang harus dijalani dalam rangka full recovery pemulihan sepenuhnya, untuk hidup normatif,
mandiri dan produktif di masyarakat.
33
Adapun pengertian tentang rehabilitasi narkoba ialah pembinaan fisik, mental, sosial, pelatihan keterampilam dan resosialisasi serta
pembinaan lanjut bagi para mantan pengguna Narkoba agar mampu berperan aktif dalam kehidupan masyarakat.
34
Dalam buku petunjuk teknis advokasi bidang pencegahan penyalahgunaan Narkoba bagi lembaga memaparkan bahwa rehabilitasi
merupakan upaya pemulihan kesehatan jiwa dan raga yang ditunjukkan kepada pemakai narkoba yang sudah menjalani program kuratif.
35
2. Model- Model Pelayanan Rehabilitasi
Dalam proses rehabilitasi menurut Sumiati rehabilitasi memiliki model-model untuk terpenuhinya keberhasilan dalam penyembuhan
ketergantungan narkoba, model-modelnya yaitu:
36
a. Model pelayanan dan rehabilitasi medis.
1 Metadon
33
Tulisan diatas diperoleh dari website resmi Balai Besar Rehabilitasi BNN Lido Bogor Jawa
Barat, lengkapnya
lihat website
berikut: http:www.babesrehab-
bnn.infoindex.phprehabilitasi diakses hari rabu tanggal 29 Januari pukul 14.26 WIB
34
Sumiati, Skp dan Dinari Skp dkk, Asuhan Keperawatan Pada Klien Penyalahgunaan dan Ketergantungan Napza. h. 162.
35
Tim Ahli BNN. Petunjuk Teknis Advokasi Bidang Pencegahan Penyalahgunaan Narkoba Bagi LembagaInstansi Pemerintah. h.43.
36
Ibid., h.163- 164.
37
Metadon adalah zat opioid sintetik berbentuk cair yang diberikan lewat mulut. Metadon merupakan obat yang paling sering digunakan
untuk terapi subsitusi bagi ketergantungan opioid. 2
Buprenofin Buprenofin adalah obat yang diberikan oleh dokter melalui resep.
Aktivitas agonis opioid Buprenofin lebih rendah dari metadon. b.
Model pelayanan dan rehabilitasi dengan pendelatan bimbingan individu dan kelompok.
Terapi ini
merupakan terapi
konvensional untuk
klien ketergantungan Narkoba yang tidak melakukan rawat inap dan dapat
dilakukan secara individual maupun kelompok. Program ini di desain dengan kegiatan yang bervariasi seperti edukasi keterampilan,
meningkatkan sosialisasi, pertemuan yang bersifat vokasional, edukasi moral dan spiritual, serta terapi 12 langkah.
c. Model pelayanan dan rehabilitasu dengan pendekatan Therapeutic
Community. Tujuan utamanya adalah menolong pecandu agar mampu kembali
ke tengah masyarakat dan dapat kembali menjalani kehidupan yang produktif. Program TC, merupakan program yang disebut drug free
self help program. Program ini mempunyai sembilan elemen yaitu partisipasi aktif, feedback dari keanggotaan, role modeling, format
kolektif untuk perubahan pribadi, sharing norma dan nilai-nilai,
38
struktur sistem, komunikasi terbuka, hubungan kelompok dan penggunaan terminologi unik.
37
d. Model dan Pelayanan rehabilitasi dengan pendekatan agama.
Ada berbagai pusat rehabilitasi dengan pendekatan agama, misalnya pendekatan di pondok pesantren Suryalaya dan pondok pesantren
Inaba di Jawa Barat dengan pendekatan nilai-nilai agama Islam. e.
Model pelayanan dan rehabilitasi dengan pendekatan Narcotic Anonymus.
Suatu program recovery yang dilakukan seorang pecandu Narkoba berdasarkah prinsip 12 langkah, langkah-langkah ini harus dijalankan
lebih dari satu kali. Metode 12 steps di Amerika Serikat, jika seseorang kedapatan mabuk atau menyalahgunakan narkoba, pengadilan akan
memberikan hukuman untuk mengikuti program 12 langkah. Pecandu yang mengikuti program ini dimotivasi untuk mengimplementasikan
ke 12 langkah ini dalam kehidupan sehari-hari.
38
f. Model dan rehabilitasi dengan pendekatan terpadu.
Pendekatan terpadu ialah suatu layanan dengan memadukan konsep dari berbagai pendekatan dan bidang ilmu yang mendukung sehingga
dapat memfasilitasi korban Narkoba dalam mengatasi masalahnya baik dari aspek bio, psiko , sosial, dan spiritual.
37
Tulisan diatas diperoleh dari Dedi Humas BNN, lengkapnya bisa dilihat di website berikut:
http:dedihumas.bnn.go.idreadsectionartikel20120824514tahap-tahap-pemulihan- pecandu-narkoba
diakses pada tanggal 25 April 2014 pukul 01.32 WIB.
38
Tulisan diatas diperoleh dari Dedi Humas BNN, lengkapnya bisa dilihat di website berikut:
http:dedihumas.bnn.go.idreadsectionartikel20120824514tahap-tahap-pemulihan- pecandu-narkoba
diakses pada tanggal 25 April 2014 pukul 01.32 WIB.
39
3. Tahap-Tahap Rehabilitasi
Secara umum ada beberapa langkah atau tahap dalam rehabilitasi pengobatan yang perlu dilalui oleh seseorang yang mengalami
ketergantungan Narkoba, masing-masing tahapan ini memerlukan waktu yang tidak singkat tergantung dengan tingkat ketergantungannya terhadap
Narkoba. Setiap tahapan tersebut diatur dan disusun untuk mengantar pasien secara bertahap melepaskan diri dari ketergantungan Narkoba.
Beberapa tahapan rehabilitasi ini adalah bentuk tahapan yang maksimal, yakni:
39
1 Tahap Transisi
Penekanan dalam tahap ini lebih kepada informasi awal tentang korban seperti:Latar belakang korban, lama ketergantungan dan jenis
obat yang dipakai. Tahapan ini juga bisa dijadikan rujukan model rehabilitasi apa yang akan digunakan untuk pengobatan. Dalam tahap
ini tim rehabilitasi akan membantu korban agar menyadari dirinya sedang menghadapai masalah ketergantungan Narkoba.
40
2 Rehabilitasi Intensif
Setelah melewati masa transisi pengumpulan informasi tentang keadaan korban dan latar belakangnya baru masuk pada fase
selanjutnya yakni proses penyembuhan secara psikis. Motivasi dan potensi dirinya dibangun dalam tahap ini. Korban diajak untuk
39
Visi media. Rehabilitasi Bagi Korban Narkoba. Tangerang: Agromedia Pustaka, 2006h.28-35.
40
Visi media. Rehabilitasi Bagi Korban Narkoba. h.28-35.
40
menemukan dirinya dan segala potensi sambil juga menyadari berbagai keterbatasannya.
41
Menurut Romo Lambertus Somar MSC dalam bukunya Rehabilitasi Pecandu Narkoba2001, dalam tahap ini ada tiga tahap
yang harus dilewati dikenal dengan tahap stabilisasi pribadi yaitu: a
Secara sadar dan tekun melepaskan diri dari berbagai penyakit dan akibat-akibat lainnya.
b Menemukan jati diri, menguasai kiat-kiat keterampilan untuk
menyehatkan serta mengisi hidup secara lebih bermakna. c
Dengan inisiatif pribadi, orang secara sadar mulai berpikir dan bertindak untuk mencapai prestasi.
3 Tahap rekonsiliasi
Para korban ketergantungan Narkoba tidak langsung berinteraksi dengan masyarakat , akan tetapi terlebih dahulu ditampung disebuah
lingkungan khusus selama beberapa waktu sampai pasien benar-benar siap secara mental dan rohani kembali ke lingkungannya semula. Paling utama
dalam fase ini adalah pembinaan mental spiritual, keimanan dan ketakwaan, serta kepekaan sosial kemasyarakatan. Proses ini bisa meliputi
program jasmani dan rohani.
42
4 Pemeliharaan lanjut
Pada tahap ini walaupun secara fisik yang bersangkutan sudah dinyatakan sehat dan secara psikis pun sudah pulih, namun masih ada
41
Ibid.,
42
Tim Penyusun Visi media. Rehabilitasi Bagi Korban Narkoba. h.36
41
kemungkinan mereka tergelincir kembali, lebih-lebih saat mereka sedang mengahadapi masalah. Pada saat itu bisa jadi mereka bernostalgia dengan
kenikmatan Narkoba. Untuk itu perlu kesiapan untuk menjauhkan dari kemungkinan-kemungkinan korban ketergantungan Narkoba terjerumus
kembali. Masing-masing dari rehabilitasi itu memiliki jangka waktu yang
panjang, tergantung
dari tingkat
ketergantungan pada
korban penyalahgunaan Narkoba. Ada yang seminggu, sebulan dan bahkan
berbulan-bulan. Menurut penulis, faktor keberhasilan dalam rehailitasi bukan dari proses tahapan rehabilitasinya saja, akan tetapi perlu adanya
dukungan dari keluarga, orang-orang terdekat dalam seluruh proses tersebut. Setiap tahap dirancang agar korban ketergantungan Narkoba bisa
lepas dari jeratan benda haram tersebut.
4. Sehat dan Bebas Kecanduan
a. Pengertian Sehat
Pengertian kesehetan
dalam Bahasa
Inggris “Health”
diterjemahkan dalam Indonesia sebagai “kesehatan”.
43
Menurut haber sehat dipandang dengan persfektif yang lebih luas. Luasnya aspek itu
meliputi rasa memiliki kekuasaan, hubungan kasih sayang, semangat hidup, atau tingkat kemandirian tertentu.
44
43
John Echols dan Hasan Shadiliy. Kamus Bahasa Inggris-Indonesia. Jakarta: PT.Gramedia Pustaka,1981
44
Lidya Maryani dan Rizki Muliani. Epidemiologi Kesehatan.Yogyakarta:Graha Ilmu, 2010 h. 21.
42
WHO mendefinisikan sehat mempunyai karakteristik, seperti memperhatikan individu sebagai sebuah system yang menyeluruh.
Memandang sehat dengan mengidentifikasi lingkungan internal dan eksternal, serta penghargaan terhadap pentingnya peran individu dalam
hidup.
Menurut UU No. 362009, kesehatan itu mencakup 5 aspek, yakni: fisik, mental, spiritual, sosial dan ekonomi. Wujud atau indikator dari 5
dimensi sehat , antara lain
45
: 1
Kesehatan Fisik Kesehatan Fisik mengandung arti seseorang tidak merasa sakit dan
memang secara klinis tidak ada penyakit atau dengan kata lain semua organ tubuh normal dan tidak ada gangguan fungsi tubuh.
2 Kesehatan Mental
Kesehatan mental mental health adalah suatu kondisi yang memungkinkan perkembangan fisik, intelektual dan emosional yang
optimal dari seseorang dan perkembangan itu berjalan selaras dengan keadaan orang lain pasal 1 UU No.3 Tahun 1966 tentang kesehatan
jiwa. 3
Kesehatan Spritual Kesehatan
spiritual mengandung
arti seseorang
mampu mengekspresikan rasa syukur, pujian atau penyembahan terhadap sang
pencipta.
45
Ibid., h.22.
43
4 Kesehatan sosial
Kesehatan sosial adalah perikehidupan dalam masyarakat sedemikian rupa sehingga setiap warga negara mempunyai cukup kemampuan
untuk memelihara atau memajukan kehidupannya sendiri serta kehidupan keluarganya dalam masyarakat yang memungkinkannya
bekerja dan menikmati hiburan pada waktunya Penjelasan Pasal 33 UU No. 9 Tahun 1960 tentang pokok-pokok kesehatan
Kesehatan sosial juga bisa diartikan seseorang mampu berinteraksi dengan orang lain atau kelompok tanpa membedakan ras, suku, agama
atau kepercayaan, status sosial, ekonomi, politik, dan sebagainya. 5
Kesehatan Ekonomi Kesehatan ekonomi terlihat dari produktivitas seseorang yang sudah
dewasam mempunyai pekerjaan atau menghasilkan secara ekonomi, bagi yang belum memasuki usia kerja, anak dan remaja atau bagi yang
sudah pension atau usia lanjut, sehat ekonomi terlihat dari perilaku produktif secara sosial, yakni mempunyai kegiatan.
b. Indikator Bebas Kecanduan
Setelah dilakukannya tahap-tahap rehabilitasi yang sudah dilakukan seperti tahap transisi, rehabilitasi intensif, tahap rekonsiliasi dan yang
terakhir pemeliharaan lanjut maka setelah itu kita bisa melihat apakah seseorang yang sudah melakukan rehabilitasi dikatakan sehat atau
belum. Untuk mengetahui seseorang dikatakan sehat dari kecanduan
44
Narkoba, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dengan melihat indikator-indikator:
1 Sehat secara Mental Spritual
Sehat secara mental spiritual merupakan “Bagian Jiwa” telah
menetapkan ciri-ciri mental health seseorang. Sekaligus bimbingan dan penyuluhan agama harus memperhatikannya dan membawa
bimbingan dan penyuluhan agama untuk memantapkan itu pada diri pribadi seseorang yang akan dibimbing. Adapun ciri Mental
Spritual yang sehat yakni:
46
a Adjustment Penyesuaian Diri, yaitu seseorang harus mampu
menyesuaikan diri terhadap dirinya sendiri, sosial budaya, dan agama yang dianutnya.
b Integrated Personality Kepribadian UtuhKokoh, yaitu semua
aspek jiwanya perasaan, pikiran, pemahaman, pengenalan, dasarisi agama, penampilan, sikap dalam, semuanya selalu
bekerjasama setiap akan melahirkan tingkah laku diluar. c
Growth and Development in Casuality Laws Bertumbuh dan Berkembang Dalam Hukum Sebab-Akibat, yaitu selalu
bertumbuh dan berkembang hidupnya baik fisik maupun mental, jika dilandasi oleh pengalaman atau kejadian yang berwujud
sebab akibat.
46
.Rusmin Tumanggor., Ilmu Jiwa Agama The Psychology Of Religion. Depok: Ulinnuha Press,2002 h.76.
45
d Free of The Senses of Frustration, Conflict, Anxienty, and
Depression Bebas dari rasa gagal, pertentangan batin, kecemasan dan tekanan, yaitu bebas dari ketidakmampuan
mengatasi rasa gagal, melahirkan pikiran yang baik dalam sitausi pertentangan batin, sumber yang mencemaskan dan
tekanan batin, jika yang bersangkutan didatangi oleh sumber- sumber tersebut dalam kehidupannya sehari-hari.
e Normatif NormaNilai Maksudnya adalah semua sikap dan
tingkah laku yang dilahirkannya tidak ada yang lolos dari jaringan NilaiAdatAgamaPeraturanUndang-Undang dll.
f Responsibility Bertanggung Jawab, selalu menunjukkan
tanggung jawab atas segala pilihan yang dia lakukan. Baik pilihan itu berakibat menguntungkan ataupun merugikan.
g Maturity Kematangan, yaitu terdapatnya kematangan dalam
melakukan sesuatu sikap dan tingkah laku itu dijalankan penuh pertimbangan.
h Otonomi Berdiri Sendiri, adalah selalu bersifat mandiri atas
segala tugas-tugas atau kewajiban yang menjadi bebannya, tanpa suka memikulkan beban-bebannya kepada orang lain
dalam kondisi yang tidak terpaksa, dan dalam hal ini yang tidak diketahui atau terpikir dapat ditanyakan atau dimintakan
bantuan orang lain.
46
i Well Decision Making Pengambil Keputusan yang Baik,
Selalu baik dalam mengambil keputusan. Dalam hal ini meliputi paling
sedikit menggambarkan
tiga ciri:
democratic musyawarah, Human Basic Needs sesuai menurut kebutuhan
dan Psycal Quality of Life Index memenuhi kebutuhan yang mendesak.
2 Indikator Sehat Secara Fisik
Yang di maksud dengan kesehatan fisik, ialah keadaan baik, artinya bebas dari sakit seluruh badan dan bagian-bagiannya.
47
Sehat adalah suatu keadaan yang lengkap, meliputi kesejahteraan fisik, mental, dan sosial, bukan semata-mata bebas
dari penyakit dan cacat atau kelemahan.
48
. Seseorang yang fisiknya sehat dan kuat lebih beruntung
dibanding dengan orang yang sakit-sakitan, kurus dan lemah. Ia dapat melakukan aktivitas dalam lingkungan masyarakat dan
lainnya. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan akan memberikan pengalaman-pengalaman baru baginya yang merupakan modal
perkembangan selanjutnya. Ciri-ciri sehat secara fisik jasmani diantaranya:
a Kondisi tubuh sehat dan fit
b Daya tahan tubuh bagus dan kuat imunitas kuat
c Tidak mudah merasa lelah
47
Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Depdikbud- Balai Pustaka, 1996
48
Wahid Iqbal Mubarak dan Nurul Chayatin. Ilmu Kesehatan Masyarakat: Teori dan Aplikasi.Jakarta:Penerbit Salemba Raya, 2009 h. 101.
47
d Berat dan tinggi ideal
e Pertumbuhan bulu, kuku dan rambut normal
f Organ tubuh berfungsi dengan baik
g Produktivitas bekerja normal
h Tidak ada gangguan di dalam tubuh
i Menjalani kativitas sehari-hari dengan normal
3 Indikator Sehat Secara Psikis
Menurut siswanto, sebagian besar teori dalam psikologi menyebutkan persamaan ciri individu yang sehat secara psikis atau
mental, yaitu individu tersebut hidup disaat ini, bukan masa lalu hidupnya digerakkan oleh tujuan, memiliki persepsi yang objektif,
memiliki tanggung jawab terhadap orang lain serta melihat kesempatan dalam hidup sebagai tantangan, bukan ancaman.
49
a Hidup di saat ini
Orang yang sehat memfokuskan energi maupun perhatiannya pada kehidupan saatsekarang ini. Individu yang sehat psikisnya
adalah individu yang tidak dipusingkan oleh masa lalunya. Dia mampu membebaskan diri dari pengalaman masa lampaunya,
terutama pengalaman-pengalaman
traumatis dan
tidak menyenangkan.
b Hidupnya digerakkan oleh tujuan
49
Siswanto. Kesehatan Mental: Konsep, Cakupan dan Perkembangannya. Yogyakarta: Penerbit ANDI, 2007 h. 155.
48
Individu yang sehat ternyata memiliki nilai-nilai hidup yang dipandang penting dan nilai-nilai tersebut diupayakan dan
diperjuangkan terus menerus. Antara individu satu dengan yang lainnya mungkin nilai yang dianggap penting bisa berbeda-beda.
Yang penting bukanlah isi nilai itu sendiri, tapi bagaimana nilai tersebut memberikan makna, arah, serta tujuan bagi kehidupan
si individu. c
Persepsi yang objektif Persepsi dipahami sebagai bagaimana individu memaknai
kejadian yang terjadi di sekelilingnya. Oleh karena itu persepsi seseorang dipengaruhi oleh dua hal, yaitu situasi atau kejadian
yang menjadi bahan persepsi dan pengalaman hidup di masa lalu yang menjadikan situasi atau kejadian tersebut bermakna.
d Memiliki tanggung jawab kepada orang lain
Individu yang sehat mampu menjalin relasi yang baik dengan lingkungan
sosialnya, mampu
memberikan diri
pada lingkungannya, memberikan sumbangan yang dibutuhkan
sesuai dengan kemampuan. Sebaliknya, individu yang tidak sehat tidak mampu memahami kebutuhan orang lain dan
bahkan menarik diri dari kehidupan sosial. e
Kesempatan hidup sebagai tantangan, bukan ancaman Cara pandang individu sangat mempengaruhi derajat kesehatan
mental. Individu yang mampu melihat kehidupan serta
49
kesempatannya yang diberikan oleh kehidupan sebagai suatu tantangan daripada suatu ancaman, akan mampu melihat
kehidupan ini secara positif, dinamis, penuh warna dan gembira.
4 Indikator Sehat Secara Sosial
Kesehatan sosial ialah perikehidupan di dalam masyarakat sedemikian rupa sehingga setiap warga Negara mempunyai cukup
kemampuan untuk memelihara dan memajukan kehidupan sendiri serta
kehidupan keluarganya
dalam masyarakat
yang memungkinkan bekerja, beristirahat dan menikmati hiburan pada
waktunya. Apalah artinya badan sehat dan segala kebutuhan terpenuhi,
tetapi tidak mempunyai teman untuk diajak bicara. Bukankah berbicara itu merupakan kebutuhan batin seseorang dalam
mengungkapkan perasaan, Dalam hidup bermasyarakat kita tidak mungkin menghindar begitu saja. Sebab, pada hakekatnya kita di
samping makhluk individu juga sekaligus makhluk sosial. Jadi, agar dianggap sehat secara sosial kita harus pandai-pandai
beradaptasi dengan lingkungan di mana kita berada. Setiap tempat atau negara sulit diukur dan sangat tergantung
pada kultur, kebudayaan dan tingkat kemakmuran masyarakat setempat. Dalam arti yang lebih hakiki, sehat secara sosial adalah
suasana kehidupan berupa perasaan aman damai sejahtera, cukup
50
pangan, sandang dan papan. Dalam kehidupan yang sejahtera, masyarakat hidup tertib dan selalu menghargai orang lain serta
masyarakat umum.
51
BAB III GAMBARAN UMUM BALAI BESAR REHABILITASI BNN LIDO
BOGOR JAWA BARAT
A. Sejarah Berdirinya Balai Besar Rehabilitasi BNN
Sejarah penanggulangan bahaya Narkotika dan kelembagaannya di Indonesia dimulai tahun 1971 pada saat dikeluarkannya Instruksi Presiden
Republik Indonesia Inpres Nomor 6 Tahun 1971 kepada Kepala Badan Koordinasi Intelijen Nasional BAKIN untuk menanggulangi 6 enam
permasalahan nasional yang menonjol, yaitu pemberantasan uang palsu, penanggulangan
penyalahgunaan narkoba,
penanggulangan penyelundupan, penanggulangan kenakalan remaja, penanggulangan
subversi, pengawasan orang asing. Berdasarkan Inpres tersebut Kepala BAKIN membentuk Bakolak
Inpres Tahun 1971 yang salah satu tugas dan fungsinya adalah menanggulangi bahaya narkoba. Bakolak Inpres adalah sebuah badan
koordinasi kecil yang beranggotakan wakil-wakil dari Departemen Kesehatan, Departemen Sosial, Departemen Luar Negeri, Kejaksaan
Agung, dan lain-lain, yang berada di bawah komando dan bertanggung jawab kepada Kepala BAKIN. Badan ini tidak mempunyai wewenang
operasional dan tidak mendapat alokasi anggaran sendiri dari ABPN melainkan disediakan berdasarkan kebijakan internal BAKIN.
52
Pada masa itu, permasalahan narkoba di Indonesia masih merupakan permasalahan kecil dan Pemerintah Orde Baru terus
memandang dan berkeyakinan bahwa permasalahan narkoba di Indonesia tidak akan berkembang karena bangsa Indonesia adalah bangsa yang ber-
Pancasila dan agamis. Pandangan ini ternyata membuat pemerintah dan seluruh bangsa Indonesia lengah terhadap ancaman bahaya narkoba,
sehingga pada saat permasalahan narkoba meledak dengan dibarengi krisis mata uang regional pada pertengahan tahun 1997, pemerintah dan bangsa
Indonesia seakan tidak siap untuk menghadapinya, berbeda dengan Singapura, Malaysia dan Thailand yang sejak tahun 1970 secara konsisten
dan terus menerus memerangi bahaya narkoba. Menghadapi permasalahan narkoba yang berkecenderungan terus
meningkat, Pemerintah dan Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia DPR-RI mengesahkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1997 tentang
Psikotropika dan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1997 tentang Narkotika. Berdasarkan kedua Undang-undang tersebut, Pemerintah
Presiden Abdurahman Wahid membentuk Badan Koordinasi Narkotika Nasional BKNN, dengan Keputusan Presiden Nomor 116 Tahun 1999.
BKNN adalah suatu Badan Koordinasi penanggulangan narkoba yang beranggotakan 25 Instansi Pemerintah terkait.
BKNN diketuai oleh Kepala Kepolisian Republik Indonesia Kapolri secara ex-officio. Sampai tahun 2002 BKNN tidak mempunyai
personel dan alokasi anggaran sendiri. Anggaran BKNN diperoleh dan dialokasikan dari Markas Besar Kepolisian Negara Republik Indonesia
53
Mabes Polri, sehingga tidak dapat melaksanakan tugas dan fungsinya secara maksimal.
BKNN sebagai badan koordinasi dirasakan tidak memadai lagi untuk menghadapi ancaman bahaya narkoba yang makin serius. Oleh
karenanya berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 17 Tahun 2002 tentang Badan Narkotika Nasional, BKNN diganti dengan Badan Narkotika
Nasional BNN. BNN, sebagai sebuah lembaga forum dengan tugas mengoordinasikan 25 instansi pemerintah terkait dan ditambah dengan
kewenangan operasional,
mempunyai tugas
dan fungsi:
1. mengoordinasikan instansi pemerintah terkait dalam perumusan dan
pelaksanaan kebijakan nasional penanggulangan narkoba; dan 2. mengoordinasikan pelaksanaan kebijakan nasional penanggulangan
narkoba. Mulai tahun 2003 BNN baru mendapatkan alokasi anggaran dari
APBN. Dengan alokasi anggaran APBN tersebut, BNN terus berupaya meningkatkan kinerjanya bersama-sama dengan BNP dan BNK. Namun
karena tanpa struktur kelembagaan yang memilki jalur komando yang tegas dan hanya bersifat koordinatif kesamaan fungsional semata, maka
BNN dinilai tidak dapat bekerja optimal dan tidak akan mampu menghadapi permasalahan narkoba yang terus meningkat dan makin
serius. Oleh karena itu pemegang otoritas dalam hal ini segera menerbitkan Peraturan Presiden Nomor 83 Tahun 2007 tentang Badan
Narkotika Nasional, Badan Narkotika Provinsi BNP dan Badan
54
Narkotika KabupatenKota
BNK, yang
memiliki kewenangan
operasional melalui kewenangan Anggota BNN terkait dalam satuan tugas, yang mana BNN-BNP-BNKabKota merupakan mitra kerja pada
tingkat nasional, provinsi dan kabupatenkota yang masing-masing bertanggung jawab kepada Presiden, Gubernur dan BupatiWalikota, dan
yang masing-masing BNP dan BN KabKota tidak mempunyai hubungan struktural-vertikal dengan BNN.
Merespon perkembangan permasalahan narkoba yang terus meningkat dan makin serius, maka Ketetapan MPR-RI Nomor
VIMPR2002 melalui Sidang Umum Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia MPR-RI Tahun 2002 telah merekomendasikan
kepada DPR-RI dan Presiden RI untuk melakukan perubahan atas Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1997 tentang Narkotika. Oleh karena
itu, Pemerintah dan DPR-RI mengesahkan dan mengundangkan Undang- Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika, sebagai perubahan atas
UU Nomor 22 Tahun 1997. Berdasarkan UU Nomor 35 Tahun 2009 tersebut, BNN diberikan kewenangan penyelidikan dan penyidikan tindak
pidana narkotika dan prekursor narkotika. Yang diperjuangkan BNN saat ini adalah cara untuk MEMISKINKAN para bandar atau pengedar
narkoba, karena disinyalir dan terbukti pada beberapa kasus penjualan narkoba sudah digunakan untuk pendanaan teroris Narco Terrorism dan
juga untuk menghindari kegiatan penjualan narkoba untuk biaya politik Narco for Politic.
55
B. Kegiatan Penyuluhan Agama Islam Berbasis Kelompok di Balai Besar
Rehabilitasi BNN.
Metode pertama yang dipakai adalah metode religi inaba surayalaya dan yang kedua TC. Pada saat itu BNN membutuhkan tenaga
pembimbing keagamaan, oleh Karena itu BNN akhirnya menarik orang dari pesantren suryalaya untuk ikut bergabung, akan tetapi semenjak tahun
2009 unit religi kegiatannya disatukan ke dalam program TC, jadi dalam program TC itu sudah terdapat sesi religius.
1. Terapi wudhu Terapi wudhu diterapkan pada residen setiap hari selama
dilaksanakannya shalat lima waktu. Terapi wudhu ini terdiri dari wudhu sunnah dan wudhu wajib, wudhu sunnah ialah wudhu yang dilakukan pada
saat shalat waktu dan wudhu wajib ialah wudhu yang dilaksanakan pada saat mandi wajib.
Semua residen diteliti cara wudhunya, apakah wudhunya sempurna atau tidak. Sebelumnya di detox satu persatu residen ditanya apakah dia
seorang muslim taat atau bukan, lalu residen ditanya perihal bacaan wudhu beserta wudhu niat, bacaan dan semuanya. Setelah hadits tentang wudhu,
bagaimana caranya wudhu sempurna untuk menarik minat mereka, karena sebelumnya mereka tidak pernah shalat apalagi wudhu jadi diniatkan lagi
supaya mereka cinta dengan shalat dan wudhu dikarenakan tidak pernah dekat lagi dengan agama.
56
2. Kultum dan Tausiah Sebelum masuk ikut bergabung dengan kegiatan rehabilitasi di
Balai Besar Rehabilitasi BNN, di detox residen ditanya banyak hal terutama tentang tingkat pengetahuan agamanya. Hal ini bertujuan untuk
mengetahui sejauh mana potensi keagamaan yang mereka miliki sebagai aset yang perlu dikembangkan.
Jika sudah tahu residen mana yang memiliki potensi besar dalam mendalami agama, maka residen yang memiliki kemampuan diharuskan
untuk memberikan kultum di setiap malam selasa setelah magrib. Adapun tausiah yang disampaikan oleh penyuluh di waktu yang sama hanya saja
setelah residen memberikan kultum. Kegiatan ini bertujuan untuk membangkitkan kembali rasa keagamaannya yang telah hilang, karena
setelah mengkonsumsi narkoba residen kurang dekat dengan Allah SWT. 3. Tadarus Al-
Qur’an Membaca Al-
qur’an bersama-sama di waktu setelah magrib sampai isya dilakukan secara bersama-sama. Membaca dipimpin oleh salah satu
residen kemudian diikuti oleh residen lainnya. 4. Kaligrafi
Adanya seni kaligrafi untuk para residen bertujuan untuk mengasah kemampuan residen dalam seni sekaligus mengenal agamanya sendiri.
Kegitan ini berlangsung setiap minggu di malam kamis setelah magrib hingga isya.
57
5. Membaca surat Yasin Tentang keutamaan membaca yasin ini telah diriwayatkan oleh
Abu Ya’la dari Abu Hurairoh bahwa Rasulullah saw bersabda,”Siapa yang membaca surat yasin pada suatu malam maka pada pagi harinya ia dalam
keadaan diampuni. Siapa yang membaca hamiim yang didalamnya disebutkan ad dukhan maka pada pagi harinya ia dalam keadaan
diampuni.” Ibnul Jauzi pun menyatakan bahwa seluruh jalan hadits ini adalah batil yang tidak memiliki dasar.
Didalam hadits-hadits yang menyatakan pembacaan yasiin pada suatu malam
—meskipun sebagiannya lemah atau bahkan maudhu’— disebutkan secara mutlak atau tidak ada pengkhususan pembacaannya
pada malam-malam tertentu, seperti malam jum’at atau malam lainnya.
Hal itu sejalan dengan hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim dari Abu Hurairoh dari Nabi saw bersabda,
”Janganlah kamu mengkhususkan malam jum’at dengan suatu qiyam shalat malam
diantara malam-malam lainnya. Janganlah kamu mengkhususkan hari jum’at dengan puasa tertentu diantara hari-hari lainnya kecuali apabila hari
itu bertepatan dengan puasa salah seorang diantaramu.” 6. Nonton Bareng
Nonton bareng merupakan program yang dilakukan secara rutin pada malam sabtu di waktu setelah magrib hingga Isya. Isi tontonan
meliputi “khazanah” yang membahas berbagai macam-macam persoalan berdasarkan Al-
Qur’an dan hadits. Setelah itu diadakannya sesi tanya
58
jawab. Para residen tampak sangat menikmati kegiatan tanya jawab yang dilangsungkan selama satu jam ini.
Nonton Bareng adalah salah satu strategi, resien diajak tanpa harus mendapat paksaan. Menggunakan metode ini cukup jitu untuk
memberikan pengetahuan, pemahaman dan menarik minat residen untuk lebih mencintai dan memperdalam agama Islam.
C. Deskripsi Penyuluh Agama Islam di Balai Besar Rehabilitasi BNN
Lido Bogor Jawa Barat .
Dalam penyuluhan agama Islam dengan pendekatan berbasis kelompok ini pembimbing agama bertugas untuk menyampaikan pesan-
pesan keagamaan berupa materi-materi agama. Pembimbing agama diposisikan sebagai perawat spiritual karena pendekatan yang digunakan
aspek spiritual, melalui disiplin psikoterapi religius. Tenaga pembimbing di Balai Besar Rehabilitasi BNN secara
keseluruhan ada 5 orang, 4 ustadz dan 1 ustadzah. Dari jumlah tenaga pembimbing yang ada keseluruhan bukan lulusan penyuluh, rata-rata
merupakan alumni dari perguruan tinggi Universitas Suryalaya di Tasikmalaya Jawa Barat dan satu orang lulusan dari fakultas Syariah UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta. Mereka di beri kesempatan oleh pihak BNN untuk bekerjasama dalam perawatan religius pada residen korban
penyalahgunaan Narkoba. Metode inaba di beberapa tempat rehabilitasi narkoba banyak
diterapkan sebagai bentuk atau salah satu cara pemulihan ketergantungan