Sehat dan Bebas Kecanduan

44 Narkoba, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dengan melihat indikator-indikator: 1 Sehat secara Mental Spritual Sehat secara mental spiritual merupakan “Bagian Jiwa” telah menetapkan ciri-ciri mental health seseorang. Sekaligus bimbingan dan penyuluhan agama harus memperhatikannya dan membawa bimbingan dan penyuluhan agama untuk memantapkan itu pada diri pribadi seseorang yang akan dibimbing. Adapun ciri Mental Spritual yang sehat yakni: 46 a Adjustment Penyesuaian Diri, yaitu seseorang harus mampu menyesuaikan diri terhadap dirinya sendiri, sosial budaya, dan agama yang dianutnya. b Integrated Personality Kepribadian UtuhKokoh, yaitu semua aspek jiwanya perasaan, pikiran, pemahaman, pengenalan, dasarisi agama, penampilan, sikap dalam, semuanya selalu bekerjasama setiap akan melahirkan tingkah laku diluar. c Growth and Development in Casuality Laws Bertumbuh dan Berkembang Dalam Hukum Sebab-Akibat, yaitu selalu bertumbuh dan berkembang hidupnya baik fisik maupun mental, jika dilandasi oleh pengalaman atau kejadian yang berwujud sebab akibat. 46 .Rusmin Tumanggor., Ilmu Jiwa Agama The Psychology Of Religion. Depok: Ulinnuha Press,2002 h.76. 45 d Free of The Senses of Frustration, Conflict, Anxienty, and Depression Bebas dari rasa gagal, pertentangan batin, kecemasan dan tekanan, yaitu bebas dari ketidakmampuan mengatasi rasa gagal, melahirkan pikiran yang baik dalam sitausi pertentangan batin, sumber yang mencemaskan dan tekanan batin, jika yang bersangkutan didatangi oleh sumber- sumber tersebut dalam kehidupannya sehari-hari. e Normatif NormaNilai Maksudnya adalah semua sikap dan tingkah laku yang dilahirkannya tidak ada yang lolos dari jaringan NilaiAdatAgamaPeraturanUndang-Undang dll. f Responsibility Bertanggung Jawab, selalu menunjukkan tanggung jawab atas segala pilihan yang dia lakukan. Baik pilihan itu berakibat menguntungkan ataupun merugikan. g Maturity Kematangan, yaitu terdapatnya kematangan dalam melakukan sesuatu sikap dan tingkah laku itu dijalankan penuh pertimbangan. h Otonomi Berdiri Sendiri, adalah selalu bersifat mandiri atas segala tugas-tugas atau kewajiban yang menjadi bebannya, tanpa suka memikulkan beban-bebannya kepada orang lain dalam kondisi yang tidak terpaksa, dan dalam hal ini yang tidak diketahui atau terpikir dapat ditanyakan atau dimintakan bantuan orang lain. 46 i Well Decision Making Pengambil Keputusan yang Baik, Selalu baik dalam mengambil keputusan. Dalam hal ini meliputi paling sedikit menggambarkan tiga ciri: democratic musyawarah, Human Basic Needs sesuai menurut kebutuhan dan Psycal Quality of Life Index memenuhi kebutuhan yang mendesak. 2 Indikator Sehat Secara Fisik Yang di maksud dengan kesehatan fisik, ialah keadaan baik, artinya bebas dari sakit seluruh badan dan bagian-bagiannya. 47 Sehat adalah suatu keadaan yang lengkap, meliputi kesejahteraan fisik, mental, dan sosial, bukan semata-mata bebas dari penyakit dan cacat atau kelemahan. 48 . Seseorang yang fisiknya sehat dan kuat lebih beruntung dibanding dengan orang yang sakit-sakitan, kurus dan lemah. Ia dapat melakukan aktivitas dalam lingkungan masyarakat dan lainnya. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan akan memberikan pengalaman-pengalaman baru baginya yang merupakan modal perkembangan selanjutnya. Ciri-ciri sehat secara fisik jasmani diantaranya: a Kondisi tubuh sehat dan fit b Daya tahan tubuh bagus dan kuat imunitas kuat c Tidak mudah merasa lelah 47 Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Depdikbud- Balai Pustaka, 1996 48 Wahid Iqbal Mubarak dan Nurul Chayatin. Ilmu Kesehatan Masyarakat: Teori dan Aplikasi.Jakarta:Penerbit Salemba Raya, 2009 h. 101. 47 d Berat dan tinggi ideal e Pertumbuhan bulu, kuku dan rambut normal f Organ tubuh berfungsi dengan baik g Produktivitas bekerja normal h Tidak ada gangguan di dalam tubuh i Menjalani kativitas sehari-hari dengan normal 3 Indikator Sehat Secara Psikis Menurut siswanto, sebagian besar teori dalam psikologi menyebutkan persamaan ciri individu yang sehat secara psikis atau mental, yaitu individu tersebut hidup disaat ini, bukan masa lalu hidupnya digerakkan oleh tujuan, memiliki persepsi yang objektif, memiliki tanggung jawab terhadap orang lain serta melihat kesempatan dalam hidup sebagai tantangan, bukan ancaman. 49 a Hidup di saat ini Orang yang sehat memfokuskan energi maupun perhatiannya pada kehidupan saatsekarang ini. Individu yang sehat psikisnya adalah individu yang tidak dipusingkan oleh masa lalunya. Dia mampu membebaskan diri dari pengalaman masa lampaunya, terutama pengalaman-pengalaman traumatis dan tidak menyenangkan. b Hidupnya digerakkan oleh tujuan 49 Siswanto. Kesehatan Mental: Konsep, Cakupan dan Perkembangannya. Yogyakarta: Penerbit ANDI, 2007 h. 155. 48 Individu yang sehat ternyata memiliki nilai-nilai hidup yang dipandang penting dan nilai-nilai tersebut diupayakan dan diperjuangkan terus menerus. Antara individu satu dengan yang lainnya mungkin nilai yang dianggap penting bisa berbeda-beda. Yang penting bukanlah isi nilai itu sendiri, tapi bagaimana nilai tersebut memberikan makna, arah, serta tujuan bagi kehidupan si individu. c Persepsi yang objektif Persepsi dipahami sebagai bagaimana individu memaknai kejadian yang terjadi di sekelilingnya. Oleh karena itu persepsi seseorang dipengaruhi oleh dua hal, yaitu situasi atau kejadian yang menjadi bahan persepsi dan pengalaman hidup di masa lalu yang menjadikan situasi atau kejadian tersebut bermakna. d Memiliki tanggung jawab kepada orang lain Individu yang sehat mampu menjalin relasi yang baik dengan lingkungan sosialnya, mampu memberikan diri pada lingkungannya, memberikan sumbangan yang dibutuhkan sesuai dengan kemampuan. Sebaliknya, individu yang tidak sehat tidak mampu memahami kebutuhan orang lain dan bahkan menarik diri dari kehidupan sosial. e Kesempatan hidup sebagai tantangan, bukan ancaman Cara pandang individu sangat mempengaruhi derajat kesehatan mental. Individu yang mampu melihat kehidupan serta 49 kesempatannya yang diberikan oleh kehidupan sebagai suatu tantangan daripada suatu ancaman, akan mampu melihat kehidupan ini secara positif, dinamis, penuh warna dan gembira. 4 Indikator Sehat Secara Sosial Kesehatan sosial ialah perikehidupan di dalam masyarakat sedemikian rupa sehingga setiap warga Negara mempunyai cukup kemampuan untuk memelihara dan memajukan kehidupan sendiri serta kehidupan keluarganya dalam masyarakat yang memungkinkan bekerja, beristirahat dan menikmati hiburan pada waktunya. Apalah artinya badan sehat dan segala kebutuhan terpenuhi, tetapi tidak mempunyai teman untuk diajak bicara. Bukankah berbicara itu merupakan kebutuhan batin seseorang dalam mengungkapkan perasaan, Dalam hidup bermasyarakat kita tidak mungkin menghindar begitu saja. Sebab, pada hakekatnya kita di samping makhluk individu juga sekaligus makhluk sosial. Jadi, agar dianggap sehat secara sosial kita harus pandai-pandai beradaptasi dengan lingkungan di mana kita berada. Setiap tempat atau negara sulit diukur dan sangat tergantung pada kultur, kebudayaan dan tingkat kemakmuran masyarakat setempat. Dalam arti yang lebih hakiki, sehat secara sosial adalah suasana kehidupan berupa perasaan aman damai sejahtera, cukup 50 pangan, sandang dan papan. Dalam kehidupan yang sejahtera, masyarakat hidup tertib dan selalu menghargai orang lain serta masyarakat umum. 51 BAB III GAMBARAN UMUM BALAI BESAR REHABILITASI BNN LIDO BOGOR JAWA BARAT

A. Sejarah Berdirinya Balai Besar Rehabilitasi BNN

Sejarah penanggulangan bahaya Narkotika dan kelembagaannya di Indonesia dimulai tahun 1971 pada saat dikeluarkannya Instruksi Presiden Republik Indonesia Inpres Nomor 6 Tahun 1971 kepada Kepala Badan Koordinasi Intelijen Nasional BAKIN untuk menanggulangi 6 enam permasalahan nasional yang menonjol, yaitu pemberantasan uang palsu, penanggulangan penyalahgunaan narkoba, penanggulangan penyelundupan, penanggulangan kenakalan remaja, penanggulangan subversi, pengawasan orang asing. Berdasarkan Inpres tersebut Kepala BAKIN membentuk Bakolak Inpres Tahun 1971 yang salah satu tugas dan fungsinya adalah menanggulangi bahaya narkoba. Bakolak Inpres adalah sebuah badan koordinasi kecil yang beranggotakan wakil-wakil dari Departemen Kesehatan, Departemen Sosial, Departemen Luar Negeri, Kejaksaan Agung, dan lain-lain, yang berada di bawah komando dan bertanggung jawab kepada Kepala BAKIN. Badan ini tidak mempunyai wewenang operasional dan tidak mendapat alokasi anggaran sendiri dari ABPN melainkan disediakan berdasarkan kebijakan internal BAKIN. 52 Pada masa itu, permasalahan narkoba di Indonesia masih merupakan permasalahan kecil dan Pemerintah Orde Baru terus memandang dan berkeyakinan bahwa permasalahan narkoba di Indonesia tidak akan berkembang karena bangsa Indonesia adalah bangsa yang ber- Pancasila dan agamis. Pandangan ini ternyata membuat pemerintah dan seluruh bangsa Indonesia lengah terhadap ancaman bahaya narkoba, sehingga pada saat permasalahan narkoba meledak dengan dibarengi krisis mata uang regional pada pertengahan tahun 1997, pemerintah dan bangsa Indonesia seakan tidak siap untuk menghadapinya, berbeda dengan Singapura, Malaysia dan Thailand yang sejak tahun 1970 secara konsisten dan terus menerus memerangi bahaya narkoba. Menghadapi permasalahan narkoba yang berkecenderungan terus meningkat, Pemerintah dan Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia DPR-RI mengesahkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika dan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1997 tentang Narkotika. Berdasarkan kedua Undang-undang tersebut, Pemerintah Presiden Abdurahman Wahid membentuk Badan Koordinasi Narkotika Nasional BKNN, dengan Keputusan Presiden Nomor 116 Tahun 1999. BKNN adalah suatu Badan Koordinasi penanggulangan narkoba yang beranggotakan 25 Instansi Pemerintah terkait. BKNN diketuai oleh Kepala Kepolisian Republik Indonesia Kapolri secara ex-officio. Sampai tahun 2002 BKNN tidak mempunyai personel dan alokasi anggaran sendiri. Anggaran BKNN diperoleh dan dialokasikan dari Markas Besar Kepolisian Negara Republik Indonesia 53 Mabes Polri, sehingga tidak dapat melaksanakan tugas dan fungsinya secara maksimal. BKNN sebagai badan koordinasi dirasakan tidak memadai lagi untuk menghadapi ancaman bahaya narkoba yang makin serius. Oleh karenanya berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 17 Tahun 2002 tentang Badan Narkotika Nasional, BKNN diganti dengan Badan Narkotika Nasional BNN. BNN, sebagai sebuah lembaga forum dengan tugas mengoordinasikan 25 instansi pemerintah terkait dan ditambah dengan kewenangan operasional, mempunyai tugas dan fungsi: 1. mengoordinasikan instansi pemerintah terkait dalam perumusan dan pelaksanaan kebijakan nasional penanggulangan narkoba; dan 2. mengoordinasikan pelaksanaan kebijakan nasional penanggulangan narkoba. Mulai tahun 2003 BNN baru mendapatkan alokasi anggaran dari APBN. Dengan alokasi anggaran APBN tersebut, BNN terus berupaya meningkatkan kinerjanya bersama-sama dengan BNP dan BNK. Namun karena tanpa struktur kelembagaan yang memilki jalur komando yang tegas dan hanya bersifat koordinatif kesamaan fungsional semata, maka BNN dinilai tidak dapat bekerja optimal dan tidak akan mampu menghadapi permasalahan narkoba yang terus meningkat dan makin serius. Oleh karena itu pemegang otoritas dalam hal ini segera menerbitkan Peraturan Presiden Nomor 83 Tahun 2007 tentang Badan Narkotika Nasional, Badan Narkotika Provinsi BNP dan Badan 54 Narkotika KabupatenKota BNK, yang memiliki kewenangan operasional melalui kewenangan Anggota BNN terkait dalam satuan tugas, yang mana BNN-BNP-BNKabKota merupakan mitra kerja pada tingkat nasional, provinsi dan kabupatenkota yang masing-masing bertanggung jawab kepada Presiden, Gubernur dan BupatiWalikota, dan yang masing-masing BNP dan BN KabKota tidak mempunyai hubungan struktural-vertikal dengan BNN. Merespon perkembangan permasalahan narkoba yang terus meningkat dan makin serius, maka Ketetapan MPR-RI Nomor VIMPR2002 melalui Sidang Umum Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia MPR-RI Tahun 2002 telah merekomendasikan kepada DPR-RI dan Presiden RI untuk melakukan perubahan atas Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1997 tentang Narkotika. Oleh karena itu, Pemerintah dan DPR-RI mengesahkan dan mengundangkan Undang- Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika, sebagai perubahan atas UU Nomor 22 Tahun 1997. Berdasarkan UU Nomor 35 Tahun 2009 tersebut, BNN diberikan kewenangan penyelidikan dan penyidikan tindak pidana narkotika dan prekursor narkotika. Yang diperjuangkan BNN saat ini adalah cara untuk MEMISKINKAN para bandar atau pengedar narkoba, karena disinyalir dan terbukti pada beberapa kasus penjualan narkoba sudah digunakan untuk pendanaan teroris Narco Terrorism dan juga untuk menghindari kegiatan penjualan narkoba untuk biaya politik Narco for Politic.