27
3 Tahap asosiasi, memeberi kesempatan pada peserta untuk
menghubungkan dan membandingkan bahan ceramah yang telah diterima bilamana ada suatu pokok yang tidak dimengerti.
4 Tahap generalisasi atau kesimpulan, menyimpulkan isi
ceramah, umumnya mencatat isi ceramah yang telah disampaikan.
5 Tahap aplikasi, diadakan penilaian terhadap pemahaman
mengenai bahan yang telah diberikan. Evaluasi bisa dilaksanakan berupa tulisan, tugas, lisan dan lain-lain.
17
b. Kursus atau pelatihan
Dalam penjelasan pasal 26 ayat 5 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003, dijelaskan bahwa kursus dan pelatihan adalah bentuk
pendidikan berkelanjutan untuk mengembangkan kemampuan peserta didik dengan penekanan pada penguasaan keterampilan,
standar kompetensi, pengembangan sikap kewisausahaan serta pengembangan kepribadian yang professional.
c. Metode Diskusi
Diskusi adalah suatu percakapan ilmiah oleh beberapa yang tergabung dalam satu kelompok untuk saling bertukar pikiran dan
pendapat mengenai sesuatu masalah atau bersama-sama mencari pemecahan untuk mendapatkan jawaban dan kebenaran suatu
17
Ramayulis. Metode Pendidikan Agama Islam, Jakarta: Kalam Mulia,2005. h.237.
28
masalah. Dalam diskusi dibedakan melalui jumlah pesertanya, yakni:
18
1 Whole group, suatu diskusi dimana anggota kelompok tidak
lebih dari 15 orang. 2
Buzz group, suatu kelompok besar dibagi menjadi 2 sampai 8 kelompok.
3 Panel, dimana suatu kelompok kecil antara 3 sampai 6 orang.
4 Symposium, teknik menyerupai panel, hanya sifatnya lebih
formal. 5
Caologium, yaitu berdiskusi yang dilakukan oleh satu atau beberapa orang sumber yang berpendapat dan menjawab
pertanyaan-pertanyaan tapi tidak lewat pidato. d.
Parsipatorikpartisipatif praktik ibadah, wisata ziarah dan bakti sosial
Partisipasif adalah proses yang aktif, yang mengandung arti bahwa orang atau kelompok terkait mengambil inisiatif dan
menggunakan kebebasannya untuk melakukan hal itu. Kegiatan partisipatif dalam kegiatan penyuluhan agama ialah praktik ibadah,
wisata ziarah dan bakti sosial. Penulis dapat menyimpulkan bahwa penyuluhan agama Islam
dengan metode pendekatan kelompok ialah suatu metode pendekatan berdasarkan jumlah orang yang mengikuti, klasifikasi
18
Ramayulis.Metode Pendidikan Agama Islam. h. 179-180.
29
kelompok bisa terdiri dari golongan, ataupun jumlah orang yang mengikuti kegiatan penyuluhan.
Metode dengan pendekatan kelompok memungkinkannya ada umpan balik, bertukar pengalaman maupun memberikan
pengaruh berupa nilai-nilai dan norma.
C. Ketergantungan Narkoba
1. Pengertian Narkoba
a. Narkotika
Narkotika berasal dari bahasa Inggris yakni “Narcotics” yang memiliki arti obat menidurkan atau obat bius.
19
Narkotika adalah zat bahan aktif yang bekerja pada system saraf pusat otak yang dapat
menyebabkan penurunan sampai hilangnya kesadaran dari rasa sakit nyeri serta dapat menimbulkan ketergantungan ketagihan. Menurut
farmakologi adadalah zat yang dapat menghilangkan rasa nyeri dan membius opiate.
20
Menurut Undang-Undang RI no.2 Tahun 1997 adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan makanan baik sintesis
maupun semi sintesis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan
kesadaran, hilangnya
rasa, mengurangi
sampai menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan.
Adapun peraturan perundang-undangan yang digunakan sebagai
19
M. John Echols. Kamus Bahasa Inggris- Indonesia. Jakarta: Penerbit PT. Gramedia Pustaka, 1987 h. 390.
20
Tim ahli BNN. Petunjuk Teknis Advokasi Bidang Pencegahan Penyalahgunaan Narkoba Bagi LembagaInstansi Pemerintah. Jakarta: BNN, 2008 h. 16.
30
landasan hokum penanggulangan narkotika dan obat-obatan terlarang antara lain sebagai berikut:
21
1 Undang-undang nomor 8 Tahun 1976 tentang Pengesahan
Konvensi Psikotropika 1971. 2
Undang-undang No.7 tahun 1997 tentang Pengesahan Konvensi tentang
Pemberantasan Peredaran
Gelap Narkotika
dan Psikotropika.
3 Undang-undang Nomor 22 Tahun 1997 tentang Narkotika.
Di dalam Undang-Undang Narkotika secara jelas lebih diatur tentang produksi, peredaran, pengangkutan, impor, ekspor, penyaluran,
penyerahan dan lain-lain berikut sanksi ketentuan pidananya. Selanjutnya penggolongan Narkotika berdasarkan Pasal 2 ayat 2
Undang-Undang No 22 Narkotika dikelompokkan kedalam tiga golongan, yaitu
22
: 1
Golongan I yaitu narkotika yang tidak digunakan untuk terapi dan berpotensi tinggi untuk ketergantungan, misalnya heroin.
2 Golongan II yaitu Narkotika yang dapat digunakan untuk terapi
tetapi berpotensi tinggi untuk ketergantungan, misalnya morfin. 3
Golongan III, yaitu narkotika yang digunakan untuk terapi dan berpotensi rendah untuk ketergantungan, misalnya kodein.
Berdasakan pembuatannya Narkotika dibedakan kedalam tiga bagian, yakni
23
:
21
Ibid., h. 19.
22
Tim ahli BNN. Petunjuk Teknis Advokasi Bidang Pencegahan Penyalahgunaan Narkoba Bagi LembagaInstansi Pemerintah h. 16-17.
31
1 Narkotika Alami
Narkotika yang berasal dari alam, atau yang tumbuh di alam. Contohnya Ganja, Hasis, Opium dan Coca.
2 Narkotika Semi Sintetik
Narkotika yang berasal dari olahan diambil zat adiktifnya intisarinya agar memiliki khasiat lebih kuat sehingga dapat
dimanfaatkan untuk kepentingan kedokteran. Contohnya Morfin . 3
Narkotika sintetik Narkotika palsu yang dibuat dari bahan kimia, digunakan untuk
pembiusan dan
pengobatan bagi
orang yang
menderita ketergantungan narkoba sebagai narkoba pengganti. Contohnya
Methadon.
b. Obat-Obatan Terlarang Psikotropika dan Zat Adiktif
Psikotropika menurut Undang- Undang RI No. 5 Tahun 1997 adalah zat atau obat baik alamiah maupun sintesis bukan narkotika,
yang berkhasiat psikoaktif melalu pengaruh selektif pada susunan syaraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental
dan perilaku. Sedangkan Zat adiktif adalah zat atau bahan aktif bukan narkotika atau psikotropika, bekerja pada system saraf pusat dan dapat
menimbulkan ketergantungan ketagihan. Zat Adiktif ini merupan zat
23
Tim ahli BNN. Petunjuk Teknis Advokasi Bidang Pencegahan Penyalahgunaan Narkoba Bagi LembagaInstansi Pemerintah h. 16-17
32
selain narkotika yang menimbulkan ketergantungan, misalnya rokok dan zat-zat lainnya yang menimbulkan ketergantungan.
24
Berdasarkan Undang-undang No. 5 Tahun 1997 Paikotropika dibagi menjadi kedalam empat golongangan yaitu
25
: 1
Golongan I yaitu psikotropika yang hanya dapat digunakan untuk tujuan ilmu pengetahuan dan tidak digunakan untuk terapi, tetapi
berpotensi tinggi untuk ketergantungan paling berbahaya, daya adiktifnya sangat tinggi
26
MDMA, misalnya ekstasi, ampetamin, misalnya sabu-sabu.
2 Golongan II yaitu psikotropika yang dapat digunakan untuk terapi
tetapi berpotensi
tinggi untuk
ketergantungan misalnya
fensiklidinPCP, metilferudat 3
Golongan II yaitu psikotropika yang digunakan untuk terapi dan berpotensi sedang untuk ketergantungan misalnya amobarbital dan
flunitrazepam 4
Golongan IV yaitu psikotropika yang digunakan untuk terapi dan berpotensi
ringan untuk
ketergantungan diazepam,
nitrazepamDUM, megadon, BK.
24
Tim ahli BNN. Petunjuk Teknis Advokasi Bidang Pencegahan Penyalahgunaan Narkoba Bagi LembagaInstansi Pemerintah. h. 22.
25
Ibid., hal 23.
26
Tulisan diatas diperoleh dari website mengenai narkoba, lengkapnya dapat dilihat websitenya di:
http:emge89.mywapblog.comnarkoba-dan-macam-macam-jenis-narkoba.xhtml diakses pada tanggal 25 april 2014 pukul 01.13 WIB.