Kata-kata dalam bahasa Arab yang Mengandung Makna Homonim

A. Kata-kata dalam bahasa Arab yang Mengandung Makna Homonim

Musytarak Lafzi Berkaitan dengan Ibadah, yang terdapat di dalam Tafsîr As-Sadî di antaranya: 1. Kata Kﺹ + , -  . 1 , 2 3 4 - 5 6 NNN “Mereka yang beriman kepada yang ghaib yang mendirikan salat...” QS. Al-Baqarah [2]: 3. Penulis menemukan kata yang mengandung makna homonim musytarak lafzi , yaitu pada kata Kﺹ berikut ini Penulis akan menganalisis kata Kﺹ dengan melihat makna kata Kﺹ di dalam Al-Mu’jam al-Wasit makna kata Kﺹ di antaranya: O E= PQ 42 N - R -ﺹ=S -3.R 2ﺡ T U A -ی71 N - -ﺡ7 N 44 Jadi, kata Kﺹ berarti: 1 doa; 2 ibadah khusus yang waktunya ditentukan; 3 rahmat. Penulis juga melihat makna kata salat di dalam Al-Mu’jam Al-Lughah Al- Arabî Al-Asasî di antaranya: V Eﺹ P WWW 4 X -ی71 YA 2? -ZR[,-;U\,-ﺹ=?, R4 X -ﺽ 7+ K= Cﺥ X _ 9,-`7R ﻥ a 9ﺡ NV 45 44 Ibrahim Anîs, Al-Mu’jam al-Wasit Mesir: Dâr al-Ma’ârif , 1972, h. 522. Jadi, kata Kﺹ berarti: 1 doa; 2 salat salat lima waktu ibadah khusus yang dibatasi waktunya dalam hukum Islam; 3 berkah dari Allah. Penulis juga melihat makna kata Kﺹ di dalam Kamus Hans Wehr, yaitu: 1 Intercession safa’at; 2 blessing doa; 3 grace of God kemurahan hati dari Tuhan. 46 Berdasarkan makna kata Kﺹ dari berbagai sumber kamus di atas, maka secara umum, kata Kﺹ bermakna: 1 doa; 2 salat wajib lima waktu; 3 rahmat berkah safaat kemurahan hati dari Tuhan; 4 ibadah khusus yang waktunya dibatasi di dalam hukum Islam. Penulis menemukan surah dan ayat yang terdapat kata Kﺹ di antaranya: 1 Surah al-Baqarah 45, 83, 177 dan 277. 2 Surah An-Nis 103. 3 Surah at- Taubah ayat 5, 11 dan 71. 4 Surah Ibrahîm ayat 40. 5Surah al-Anbiy ayat 73. 6 Surah al-Hajj ayat 35. 7 Surah an-N r ayat 37. Berdasarkan surah dan ayat-ayat yang terdapat pada kata Kﺹ telah Penulis temukan di atas, maka Penulis mengelompokkan surah dan ayat-ayat sesuai dengan makna yang terkandung di dalamnya. a Ayat-ayat yang terdapat kata Kﺹ yang mengandung makna doa di antaranya: 1. Surah al-Baqarah: 45 . 7 + 8 9 : ; 3 4 = . 3 4 - 5 6  … 45 Ahmad al-Aid dkk, Al-Mu’jam al-Lughah al-Arabî al-Asâsî Tunisia: Departemen Pendidikan Arab dan Ilmu Kebudayaan, 2003, h. 746. 46 Hans Wehr , A Dictionary of Modern Written Arabic ”Arabic-English” Libraire du Liban, 1980, h. 612. “Meminta pertolongan kepada Allah dengan sabar dan salat...” Berdasarkan ayat di atas, kata Kﺹ diterjemahkan dengan makna ”doa” dijelaskan Allah memerintahkan kepada manusia untuk ”meminta pertolongan dengan cara sabar dan salat,” kata ”salat” di sini maksudnya ”Doa”, karena dengan salat manusia dapat menjadi sabar, sabar di sini dalam arti tekun dalam menjalankan salat yang bermakna doa dan meminta kepada-Nya. Karena apabila kita tekun berdoa niscaya Allah akn mengabulkan segala yang manusia inginkan. b Ayat-ayat yang terdapat kata Kﺹ yang mengandung makna salat yang sebenarnya yaitu ucapan dan perbuatan yang di awali dengan takbir dan di akhiri dengan salam di antaranya: 1. Surah al-Baqarah: 177 . ? . 3 4 - 5 6 . 65 ABCD … “ Mendirikan salat, dan menunaikan zakat” 2. Surah al-Baqarah: 277 . ? . ; 3 4 - 5 6 ; E . 65 ABCD NNN ” .t dan menunaikan zaka salat dan mendirikan ... “ 3. Surah al-Baqarah: 83 … . ? . : F  ; 3 4 - 5 6 ; 9 . 65 ABCD … dan tunaikanlah zakat… salat “Dirikanlah 4. Surah at-Taubah:5 5 … H I  ; . ? . ; 3 4 - 5 6 . E ; 65 ABCD … “Jika mereka bertaubat dan mendirikan salat dan menunaikan zakat...” 5. Surah at-Taubah: 11 H I  ; . ? . ; 3 4 - 5 6 . E ; 65 ABCD … Jika mereka bertaubat, mendirikan salat dan menunaikan zakat...” 6. Surah at-Taubah: 71 … . 1 : F  3 4 - 5 6 9 . 65 KLCD 9: M . … ? 7N “…mendirikan salat, menunaikan zakat dan mereka taat pada Allah dan Rasul- Nya...” 7.Surah Ibrahim: 40 N O 1 P Q 9 - H P  R 1 : S T 3 4 - 5 6  . U 9 N  V W 1 R 5 … “Ya Tuhanku, jadikanlah Aku dan anak cucuku orang-orang yang tetap mendirikan salat...” 8. Surah al-Anbiyâ: 73 … . 3 4 - 5 6  80. 65 ABCD ...; “...Mendirikan sembahyang, menunaikan zakat…” 9. Surah al-Mu’min n: 2 X 9 Y Z K A   \  Y 9 ] T “Orang-orang yang khusyu dalam sembahyangnya.” 10. Surah an-N r: 37 … . 3 4 - 5 6  _0. 65 KLCD … “...mendirikan sembahyang, dan dari membayarkan zakat...” Berdasarkan pengelompokkan di atas, bahwa kata Kﺹ pada setiap ayat di atas mengandung makna “salat yang di mulai dengan takbir dan di akhiri dengan salam”, oleh karena itu Penulis tidak menjelaskan makna setiap ayat di atas. Berdasarkan pengelompokkan di atas, kata Kﺹ di dalam al-Quran ada yang bermakna salat dalam arti yang sebenarnya, yaitu salat wajib lima waktu yang diwajibkan oleh orang Islam yang waktunya ditentukan, dan kata Kﺹ yang bermakna doa. Di dalam tafsir asli, kata Kﺹ diterjemahkan dengan kalimat berikut ini: “ K+ی E= X bی E= L X Jﻥc d +Hی T.A 7D, .;یG T =L 7 e X A f, Ug T;, Uh E= 7 gL Tﻥ ` T R TZ 7ﺵ T;, Uh 3Z L X -, UgL Tﺡ X [ﺡ iK: T.A 7L2 , J:ی JK+ی T3, X jkTA E= ; U _ T.A P ; ` 0 65 -43 5N a b ]+ Kc dF . d … ; i7;ی T.K4 a EA ﺙ ﻥm X 9, JEﺹ dh , 5:4 T3, X 5ﺥ2ی A E= T[n 7A TKA ﻥ ”. 47 Penjelasan dari Taisîr al-Karîm ar-Rahman fi Tafsîr Kalâm al-Mannân, kata Kﺹ di atas, Penulis melihat terjemahannya di dalam Tafsîr As-Sadî pada penggalan ayat kata Kﺹ di atas diterjemahkan “mereka yang beriman kepada yang ghaib dan mendirikan salat”, maksudnya “orang-orang yang mengerjakan salat, karena sesungguhnya mengerjakan salat tidaklah cukup hanya sekedar menjalankan dengan bentuk yang lahir saja, tetapi mendirikan salat dengan menyempurnakan rukun-rukun, wajib-wajib, syarat-syarat. Mendirikan salat harus 47 Syaikh Abdurrahman bin Nashir As-Sadî, Taisîr al-Karîm ar-Rahman fi Tafsîr Kalâm al-Mann ân Riyadh: Dârul al-Manâr, 1999, h. 37. secara batin, yaitu dengan menghadirkan hati pada-Nya, merenungi apa yang dibaca, dan mengamalkannya, sebagaimana yang dijelaskan Allah di dalam firmannya: ”sesungguhnya salat mencegah perbuatan keji dan munkar,” jadi, makna kata Kﺹ yang terdapat di dalam Tafsîr As-Sadî adalah salat yang di mulai dengan takbir dan di akhiri dengan salam, dan mengerjakannya harus menyempurnakan syarat-syarat, wajib-wajib, rukun-rukun dan harus menghadirkan hati padanya dengan cara merenungi apa yang dibaca khusyu.” 48 Berdasarkan penjelasan kata salat di dalam Taisîr al-Karîm ar-Rahman fi Tafsîr Kalâm al-Mannân ataupun Tafsîr As-Sadî, kemudian Penulis menganalisis kedua tafsir tersebut, kedua tafsir menerjemahkan kata Kﺹ secara harfiyah, maksudnya menerjemahkan sudah jelas, yaitu menerjemahkannya secara harfiyah, yaitu semua kata-kata yang terdapat di dalam Taisîr al-Karîm ar-Rahman fi Tafsîr Kalâm al-Mannân langsung diterjemahkan ke dalam Bahasa Sasaran yang terdapat di dalam Tafsîr As-Sadî. Dalam penjelasan pada kata Kﺹ tersebut dapat dipahami oleh pembaca, karena salat adalah kegiatan yang selalu dilakukan oleh orang-orang khususnya bagi Agama Islam. 2. Kata o1ﺥ ; : 9 8+7 . = 43 65 -43 . 5 e\Cf0. d g = 6 h i ` j ] 9 k  48 Syaikh Abdurrahman bin Nashir As-Sa’dî, Tafsîr As-Sa’dî Jakarta: Pustaka Sahifa, 2006, Cet. 1. h. 65. Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. dan Sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu. QS. Al- Baqarah [2]: 45. Penulis menemukan kata yang mengandung makna homonim musytarak lafzi, yaitu pada kata “ o1ﺥ “ berikut penjelasannya di bawah ini: Penulis melihat makna kata o1ﺥ di dalam Al-Mu’jam Al-Wasit yaitu: V o1ﺥ P o[ﺥ N - ﺥ N - Jﺹp+ﺥ N - j7=RLY, o` N J[q V 49 Jadi, makna o1ﺥ berarti: 1 takut; 2 merendahkan diri; 3 tuduk; 4 mengecilkan suara; 5 melempar pandangan memperhatikan fokus. Penulis melihat makna “ o1ﺥ “ di dalam Al-Mu’jam al-Lughah al-Arabî al- Asasî , di antaranya: V r1ﺥ - o1Sی O Q 4 1ﺥ P H;ﺱ o[ﺥ N JEﺹYA9,\ N BKH; P J ﺹp+ﺥ N j7=RLs=S1 P J[q O =Lc f1ﺥ P G 94-ی 3` 0, 7;ﺡ V 50 Jadi, kata o1ﺥ berarti : 1 takut tunduk, khusyu ketika salat; 2 menunduk; 3 menahan pandangan menghormati orang yang lebih tinggi statusnya. Penulis melihat makna kata o1ﺥ di dalam Kamus Hans Wehr yang berarti: 1 to be submissive menjadi patuh, suka mengalah; 2 to be humble merendah, remeh, hina; 3 to fade voice memudar, luntur, menghilang. 51 49 Ibrahim Anîs, Al-Mu’jam al-Wasit Mesir: Dâr al-Ma’ârif , 1972, h. 235. 50 Ahmad al-Aid dkk, Al-Mu’jam al-Lughah al-Arabî al-Asâsî Tunisia: Departemen Pendidikan Arab dan Ilmu Kebudayaan, 2003, h. 396. Berdasarkan berbeda-beda makna pada kata o1ﺥ tersebut, Penulis membuktikan bahwa makna-makna o1ﺥ berbeda-beda pengertiannya, maka Penulis melihat Kamus Besar Bahasa Indonesia kata o1ﺥ yang bermakna “patuh” taat, disiplin. 52 Kata o1ﺥ bermakna “suka mengalah” suka mengaku kalah dengan sengaja kalah, tidak mempertahankan pendapat. 53 Kata o1ﺥ bermakna “remeh” tidak penting, tidak berharga, kecil. Kata o1ﺥ bermakna “hina” rendah kedudukannya, keji, tercela, tidak baik. 54 Kata o1ﺥ makna “memudar” menjadi pudar, menyuramkan, membuyarkan. 55 berdasarkan berbeda makna tersebut, tidak semua makna kata yang terdapat di dalam kamus langsung dapat digunakan dalam menerjemahkan. Penulis tidak menemukan ayat atau surah yang terdapat kata o1ﺥ , selain pada suarh al-Baqarah ayat 45 ini, oleh karena itu Penulis tidak dapat mengelompokkan ayat-ayat yang terdapat kata o1ﺥ . Kata o1ﺥ dijelaskan di dalam Taisîr al-Karîm ar-Rahman fi Tafsîr Kalâm al-Mannân sebagai berikut: V E= O 7.RH Q t P -U ﺵ O 9ی7ﺵ S tK4dh Q -+.+ﺥBT.K4-KTﺱ TﻥgA X _ 1S Tﻥc aKJRU7;j 2ﺹ ﺡ713, TKAJiیj234 , X : 9,J;.1ﺥ X ESL 51 Hans Wehr, A Dictionary of Modern Written Arabic ”Arabic-English” Libraire du Liban, 1980, h. 278. 52 Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan Bahasa Indonesia Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia Jakarta: Balai Pustaka, 1989, h. 654 53 Ibid., h. 740. 54 Ibid., 308. 55 Ibid., 14. uk`9HیB9, X gA T. j42یJ 4 dJﻥ X J.K4 .ﺵc 5:ﺹ 9, ﺹ T;KA h 1ﺥ P Y _JﻥHﺱJ;3.ﻥbZ iK: [ﺥ X :;A d Jی2ی9.L Hﻥh X ﻥ یh Jn :KL 56 Berdasarkan kalimat di atas tersebut, Penulis melihat penjelasan di atas diterjemahkan di dalam Tafsîr As-Sadî yang terdapat pasa surah al-Baqarah ayat 45 di atas, yatu “melaksanakan salat harus dengan khusyu, karena khusyu sangat sulit dilakukan bagi manusia, kecuali bagi mereka yang takut kepada Allah, khusyu mengharuskan adanya realisasi perbuatan dengan lapang dada, demi mencari pahala dan takut dari hukuman. 57 Khusyu’ adalah ketundukan hati, dan ketenangannya karena Allah serta pasrah dihadapan-Nya dengan segala hina, butuh dan iman kepada-Nya dan kepada pertemuan dengan-Nya.” 58 Penulis melihat penjelasan surah al-Baqarah ayat 45 di dalam Tafsîr al- Misbah bahwa kata o1ﺥ di dala ayat tersebut adalah “orang-orang yang yang menekan kehendak nafsunya dan membiasakan dirinya menerima dan merasa tenang dalam menghadapi ketentuan Alla, serta selalu mengharapkan kesudahan yang baik. 59 Dijelaskan bahwa kata o1ﺥ ditegaskan mereka bukan orang yang terperdaya oleh rayuan nafsu, mereka adalah yang mempersiapkan dirinya untuk menerima dan mengamalkan kebajikan, lebih ditegaskan lagi kata o1ﺥ di sini adalah mereka yang takut, lagi mengarahkan pandangannya kepada kesudahan 56 Syaikh Abdurrahman bin Nashir As-Sadî, Taisîr al-Karîm ar-Rahman fi Tafsîr Kalâm al-Mann ân Riyadh: Dârul al-Manâr, 1999, h. 47. 57 Syaikh Abdurrahman As-Sa’di, Tafsir As-Sa’di, Jakarta: Pustaka Sahifa, 2006, Cet. 1. h. 118. 58 Ibid., h. 119. 59 M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah Jakarta: Lentera hati, 2002, h. 182. segala sesuatu, sehingga dengan demikian mudah baginya meminta bantuan dengan sabar yang membutuhkan penekanna gejolak nafsu dan mudah bagi orang yang khusyu malaksanakan salat karena merupakan kewajiban ini mengharuskan disiplin waktu dan kesucian jasmani, meskipun sedang melakukan segala macam kesinukan. Demikian Thahir ibn ‘Âsyur. Ayat ini, bukan tidak membatasi kekhusyuan hanya dalam salat, tetapi menyangkut segala aktivitas manusia. Khusyu dalam salat menuntut manusia untuk menghadirkan kebesaran dan keagungan Alla, sekaligus kelemahan manusia sebagai makhluknya. Puncak khusyu di sini adalah ketundukan dan kepatuhan seluruh anggota tubuhdalam keadaan pikiran dan bisiskan hati secara keseluruhan menuju kehadirat ilahi, tetapi ada peringkat-peringkat terendah adalah sekedar pengamalan yang tulus kepada-nya, walau diselingi oleh pikiran yang melayang kepada hal-hal yang tidak bersifat negatif. Nabi Muhammad Sa, ketika salat, beliau masih mendengar suara tangis anaknya, sehingga beliau mempersingkat waktu salatnya, di lain waktu beliau memperlama sujudnya, karena cucu beliau anak Fatimah dan Ali ibn Abi Talib –menunggang pundak beliau-, ketika sedang salat. Jadi, kekhusyuan tidak selalu berarti hilangnya segala ingatan, kecuali kepada Allah Swt. 60 Dengan demikian kata o1ﺥ mengandung makna homonim musytarak lafzi, karena memiliki makna yang berbeda-beda di dalam kamus, tapi dalam menerjemahkna tidak semua makna kata yang terdapat di dalam kamus dapat langsung digunakan dalam menerjemahkan suatu kata, karena hasil terjemahnya 60 Ibid., h. 183. akan terlihat kau, dan kadang tidak sesuai dengan pesan yang ingin disampaikan oleh pengarang asli. Tafsîr As-Sa’dî menerjemahkan kata o1ﺥ secara leksikal, yaitu menerjemahkan sesuai dengan makna yang terdapat di dalam kamus, dan jelas dalam hal ini khusyu yang dimaksud di sini adalah tunduk yaitu tingkat keimanan yang sangat tinggi. Meskipun menerjemahkannya dengan makna “khusyu”, tapi tidak membuat pembaca bingung dalam memahami terjemahannya. Ayat di atas, lebih menekannkan pada seseorang yang melaksnakan “salat malam,” dalam salatnya mereka menangis karena terlalu khusyu dan tunduk kepada Allah. 3. Kata J l . m Q]enH MO +enH . 5 F.o H 9 p ; H q Y . P Q r  s 5 ` ttu7 . vS:- w xx “Kepunyaan Allah-lah Timur dan Barat, maka kemanapun kamu menghadap di situlah wajah Allah. Sesungguhnya Allah MahaLuas rahmat-Nya lagi MahaMengetahui. QS. Al-Baqarah [2]: 115. Penulis menemukan kata yang mengandung makna hmonim musytarak lafzi pada kata J . Penulis melihat makna kata tersebut di dalam Al-Mu’jam al- Wasit , yaitu: V J OP 1 NQ ﺽ 7T N - EA OP ی Q ? P bD; VN 61 61 Ibrahim Anîs, Al-Mu’jam al-Wasit Mesir: Dâr al-Ma’ârif , 1972, h. 1013. Jadi, kata J berarti: 1 wajah bagian anggota tubuh;2 nampak jelas kelihatan; 3 kedatangan. Penulis melihat makna kata J di dalam Al-Mu’jam al-Lughah al-Arabî al-Asâsî yaitu: V J P , ی uT 9, 7 J.A 3. B+ vﻥc N 2.ﺱ : VN 62 Jadi, kata J berarti: 1wajah bagian anggota tubuh; 2 pemimpin suatu kaum; 3 nampak. Penulis juga melihat makna tersebut di dalam Kamus Hans Wehr, kata tersebut bermakna 1 face wajah; 2 façade tampak; 3 surface permukaan; 4 dail memutar; 5 purpose tujuan; 6 side bagian; 7 objective tujuan, sasaran; 8 way jalan. 63 Penulis menemukan ayat-ayat yang terdapat kata J di antaranya: 1 Surah al-Baqarah ayat 149; 2 Surah ar-Rûm ayat 30. Penulis mengelompokkan ayat-ayat yang terdapat kata J sesuai dengan makna yang terdapat di dalamnya. Kata J yang bermakna menghadap yaitu: 1. Surah al-Baqarah: 149 1y H g zQP. QMK {1|+ F ; “Palingkanlah wajahmu ke arah Masjidil Haram...” 62 Ahmad al-Aid dkk, Al-Mu’jam al-Lughah al-Arabî al-Asâsî Tunisia: Departemen Pendidikan Arab dan Ilmu Kebudayaan, 2003, h. 1294. 63 Hans Wehr, A Dictionary of Modern Written Arabic ”Arabic-English” Libraire du Liban, 1980, h. 486. Berdasarkan ayat di atas, kata J diterjemahkan dengan ”menghadap”, dengan melihat kata sebelumnya yaitu kata H yang menjadi penjelas makna kata g zQP. 1y H selain itu juga menerjemahknanya harus melihat kalimat”dari mana saja kamu keluar” sehingga maka yang dimaksud di sini adalah menghadap kiblat ketika melaksanakan salat. Hal ini menjelaskan bahwa dalam memahami makna kata J dapat menggunakan penerjemahan semantik, yaitu dengan bahasa tersirat dari kata J tersebut adalah menghadap. 64 Berkaitan dengan kata J yang terdapat pada ayat di atas, ayat ini ditutup dengan peringatan halus kepada siapapun, baik orang Yahudi, maupun Munafik “Allah sekali-sekali tidak lengah dari apa yang kamu kerjakan, untuk lebih menekankan dan menghilangkan kesalah pahaman yang dapat ditimbulkan dari ayat 149, maka ayat 150 ini mengulani perintah ayat 194 yaitu ”maka palingkanlah wajah-wajahmu ke arahnya”, dengan demikian ayat ini mencakup semua tempat dan keadaan, dari mana saja engkau keluar wahai Muhammad dan umatnya dari Madinah menuju Makkah atau kemana saja, maka arahkan wajahmu ke Kiblat. 65 Kata J yang bermakna tegakkan yaitu: 1. Surah ar-Rûm ayat 30 H o . S + . P Q z g y c, r 5 … “Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah...” 64 M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah Jakarta: Lentera hati, 2002, h. 356. 65 Ibid., h. 357. Maksud dari ayat di atas, yaitu manusia diciptakan Allah mempunyai naluri beragama yaitu agama tauhid, kalau ada manusia tidak beragama tauhid, maka hal itu tidaklah wajar. Mereka tidak beragama tauhid itu hanyalah lantaran pengaruh lingkungan. Berdasarkan ayat di atas, Penulis melihat penjelasan di dalam Tafsîr Al- Azhar yang berarti”tegakkanlah wajahmu,” maksudnya tetap berjalan di atas jalan agama yang telah dijadikan syari’at oleh Allah untuk manusia. Agama itu adala agama yang lurus, tidak membelok ke kiri ataupun ke kanan. Agama disebut juga dengan “hanif” yang disebut juga dengan agama Nabi Ibrahim, bahkan dijelaskan bahwa yang ditegakkan oleh Muhammad sekarang ini, sesudah banyak diselewengkan dari tujuan semula oleh anak cucunya, baik anak cucu keturunan bani israil lalu mereka beri nama Yahudi, kemudiaan mereka menyelewengkan kagi dengan memesukkan ajaran mythos agama-agama kuno “trimurti” atau “trinitas.” 66 Penulis juga melihat penjelasan ayat tersebut di dalam Tafsîr al-Misbâh. Kata J diterjemahkan dengan makna ”hadapkanlah wajah”, maksudnya adalah perintah untuk mempertahankan dan meningkatkan upaya menghadapkan diri kepada Allah, secara sempurna, karena selama ini kaum Muslimin apalagi Nabi Muhammad Saw telah menghadapkan wajahnya kepada tuntunan agama-Nya. Maksudnya mengikuti semua perintah Allah yang terdapat di dalam agama Islam. Berdasarkan hal itu, perintah di atas tersirat juga perintah tidak menghiraukan gangguan kaum Musyrikin yang ketika turun ayat ini di makkah, makna tersirat 66 Hamka, Tafsîr Al-Azhar Jakarta, Pustaka Panjimas, 1984, h. 77. itu dipahami dari redaksi ayat di atas yang memerintahkan untuk menghadapkan wajah. 67 Hal ini memerintahkan kita untuk selalu berjalan normal di jalan Allah sesuai dengan hukum-hukum yang ditetapkan-Nya. 68 Kata J dijelaskan di dalam Taisîr al-Karîm ar-Rahman fi Tafsîr Kalâm al-Mannân sebagai berikut: V 5HL ﺡ X 5R:;ﺱ A -T 9, TD X - ﺥ 94 uK, JL X V J.3A Rﺙh J _ Y X YK4 J wxK JL Y X _ T d JR1 j X - Y - oﺱ 5[+ += T.e4 X B.K4 BH Rﻥ`7n 7L V 9A J;ﺱ JK4 X oﺱ BH 7,d X 5RU BH3, ,b X JKA 2? 7H1 V , 69 Penulis melihat penjelasan di atas, di dalam Tafsîr As-Sa’dî, menerjemahkan makna kalimat tersebut, secara harfiyah, yaitu semua kata-kata yang terdapat di dalam Taisîr al-Karîm ar-Rahman fi Tafsîr Kalâm al-Mannân langsung diterjemahkan di dalam Tafsîr As-Sa’dî. Penjelasan ayat di bawah ini: l . m Q]enH MO +enH . 5 F.o H 9 p ; H q Y . P Q r  s 5 ` ttu7 . vS:- w xx di situlah wajah Allah, sesungguhnya Allah MahaLuas rahmat-Nya lagi MahaMengetahui. Di dalam Tafsîr As-Sa’dî Ayat tersebut dijelaskan bahwa merupakan dalil tentang penetapan akan wajah Allah, hal ini menunjukkan bahwa Tafsîr As-Sa’dî 67 Ibid., h. 52. 68 Ibid., h. 43. 69 Syaikh Abdurrahman bin Nashir As-Sadî, Taisîr al-Karîm ar-Rahman fi Tafsîr Kalâm al-Mannân Riyadh: Dârul al-Manâr, 1999, h. 59. dalam menerjemahkan kata J di dalam ayat ini sangat tidak pas, karena apabila orang awam yang membacanya akan menjadi bingung, karena mereka akan beranggapan Allah memiliki wajah seperti manusia biasa, padahal dalam ayat tersebut maksud dari kata J ”kekuasaan Allah”, maka di manapun manusia berada Allah pasti ada dan maha melihat apa yang manusia lakukan. Dalam menerjemahkan sebuah kata, Penerjemah harus pintar dalam mengambil makna dari suatu kata, agar pesan yang ingin disampaikan dapat diterima pembaca dengan baik. Penulis mengambil kesimpulan bahwa kata J memiliki makna “wajah bagian dari anggota tubuh, menghadap, tujuan, nampak jelas, kelihatan, pemimpin, kedatangan.

B. Kata-kata yang Mengandung Makna Homonim musytarak lafzi,