A. Kata-kata dalam bahasa Arab yang Mengandung Makna Homonim
Musytarak Lafzi Berkaitan dengan Ibadah, yang terdapat di dalam Tafsîr As-Sadî di antaranya:
1. Kata
Kﺹ
+ ,
-
. 1
, 2
3 4
- 5
6
NNN “Mereka yang beriman kepada yang ghaib yang mendirikan salat...” QS.
Al-Baqarah [2]: 3. Penulis menemukan kata yang mengandung makna homonim musytarak
lafzi , yaitu pada kata
Kﺹ
berikut ini Penulis akan menganalisis kata
Kﺹ
dengan melihat makna kata
Kﺹ
di dalam Al-Mu’jam al-Wasit makna kata
Kﺹ
di antaranya:
O E=
PQ 42
N -
R -ﺹ=S
-3.R 2ﺡ
T U A
-ی71 N
- -ﺡ7
N
44
Jadi, kata
Kﺹ
berarti: 1 doa; 2 ibadah khusus yang waktunya ditentukan; 3 rahmat.
Penulis juga melihat makna kata salat di dalam Al-Mu’jam Al-Lughah Al- Arabî Al-Asasî
di antaranya:
V Eﺹ
P WWW 4
X -ی71 YA 2? -ZR[,-;U\,-ﺹ=?, R4
X -ﺽ 7+ K=
Cﺥ X
_ 9,-`7R ﻥ a 9ﺡ NV
45
44
Ibrahim Anîs, Al-Mu’jam al-Wasit Mesir: Dâr al-Ma’ârif , 1972, h. 522.
Jadi, kata
Kﺹ
berarti: 1 doa; 2 salat salat lima waktu ibadah khusus yang dibatasi waktunya dalam hukum Islam; 3 berkah dari Allah.
Penulis juga melihat makna kata
Kﺹ
di dalam Kamus Hans Wehr, yaitu: 1 Intercession safa’at; 2 blessing doa; 3 grace of God kemurahan hati
dari Tuhan.
46
Berdasarkan makna kata
Kﺹ
dari berbagai sumber kamus di atas, maka secara umum, kata
Kﺹ
bermakna: 1 doa; 2 salat wajib lima waktu; 3 rahmat berkah safaat kemurahan hati dari Tuhan; 4 ibadah khusus yang
waktunya dibatasi di dalam hukum Islam. Penulis menemukan surah dan ayat yang terdapat kata
Kﺹ
di antaranya: 1 Surah al-Baqarah 45, 83, 177 dan 277. 2 Surah An-Nis 103. 3 Surah at-
Taubah ayat 5, 11 dan 71. 4 Surah Ibrahîm ayat 40. 5Surah al-Anbiy ayat 73. 6 Surah al-Hajj ayat 35. 7 Surah an-N r ayat 37.
Berdasarkan surah dan ayat-ayat yang terdapat pada kata
Kﺹ
telah Penulis temukan di atas, maka Penulis mengelompokkan surah dan ayat-ayat
sesuai dengan makna yang terkandung di dalamnya. a
Ayat-ayat yang terdapat kata
Kﺹ
yang mengandung makna doa di antaranya:
1. Surah al-Baqarah: 45
. 7
+ 8
9 :
; 3
4 =
. 3
4 -
5 6
…
45
Ahmad al-Aid dkk, Al-Mu’jam al-Lughah al-Arabî al-Asâsî Tunisia: Departemen Pendidikan Arab dan Ilmu Kebudayaan, 2003, h. 746.
46
Hans Wehr , A Dictionary of Modern Written Arabic ”Arabic-English” Libraire du Liban, 1980, h. 612.
“Meminta pertolongan kepada Allah dengan sabar dan salat...” Berdasarkan ayat di atas, kata
Kﺹ
diterjemahkan dengan makna ”doa” dijelaskan Allah memerintahkan kepada manusia untuk ”meminta pertolongan
dengan cara sabar dan salat,” kata ”salat” di sini maksudnya ”Doa”, karena dengan salat manusia dapat menjadi sabar, sabar di sini dalam arti tekun dalam
menjalankan salat yang bermakna doa dan meminta kepada-Nya. Karena apabila kita tekun berdoa niscaya Allah akn mengabulkan segala yang manusia
inginkan. b
Ayat-ayat yang terdapat kata
Kﺹ
yang mengandung makna salat yang sebenarnya
yaitu ucapan dan perbuatan yang di awali dengan takbir dan di akhiri dengan salam di antaranya:
1. Surah al-Baqarah: 177
. ?
. 3
4 -
5 6
. 65 ABCD
…
“
Mendirikan salat, dan menunaikan zakat” 2. Surah al-Baqarah: 277
. ?
. ;
3 4
- 5
6 ;
E .
65 ABCD NNN
” .t
dan menunaikan zaka salat
dan mendirikan ...
“ 3. Surah al-Baqarah: 83
… .
? .
: F
;
3 4
- 5
6 ;
9 .
65 ABCD …
dan tunaikanlah zakat… salat
“Dirikanlah 4. Surah at-Taubah:5
5 …
H I
;
. ?
. ;
3 4
- 5
6 .
E ;
65 ABCD …
“Jika mereka bertaubat dan mendirikan salat dan menunaikan zakat...” 5. Surah at-Taubah: 11
H I
;
. ?
. ;
3 4
- 5
6 .
E ;
65 ABCD …
Jika mereka bertaubat, mendirikan salat dan menunaikan zakat...” 6. Surah at-Taubah: 71
… .
1 :
F
3 4
- 5
6 9
. 65 KLCD
9: M .
… ? 7N
“…mendirikan salat, menunaikan zakat dan mereka taat pada Allah dan Rasul- Nya...”
7.Surah Ibrahim: 40
N O
1 P
Q 9
- H
P
R 1
: S
T 3
4 -
5 6
.
U 9
N
V W
1 R
5 …
“Ya Tuhanku, jadikanlah Aku dan anak cucuku orang-orang yang tetap mendirikan salat...”
8. Surah al-Anbiyâ: 73
… .
3 4
- 5
6
80. 65 ABCD
...;
“...Mendirikan sembahyang, menunaikan zakat…” 9. Surah al-Mu’min n: 2
X 9
Y Z
K A
\
Y 9 ]
T
“Orang-orang yang khusyu dalam sembahyangnya.” 10. Surah an-N r: 37
… .
3 4
- 5
6
_0. 65 KLCD
…
“...mendirikan sembahyang, dan dari membayarkan zakat...” Berdasarkan pengelompokkan di atas,
bahwa kata
Kﺹ
pada setiap ayat di atas mengandung makna “salat yang di mulai dengan takbir dan di akhiri
dengan salam”, oleh karena itu Penulis tidak menjelaskan makna setiap ayat di atas.
Berdasarkan pengelompokkan di atas, kata
Kﺹ
di dalam al-Quran ada yang bermakna salat dalam arti yang sebenarnya, yaitu salat wajib lima waktu
yang diwajibkan oleh orang Islam yang waktunya ditentukan, dan kata
Kﺹ
yang bermakna doa.
Di dalam tafsir asli, kata
Kﺹ
diterjemahkan dengan kalimat berikut ini:
“ K+ی
E= X
bی E= L
X Jﻥc
d +Hی
T.A 7D,
.;یG T =L
7 e X
A f, Ug
T;, Uh E=
7 gL
Tﻥ ` T R
TZ 7ﺵ T;, Uh
3Z L X
-, UgL Tﺡ
X [ﺡ
iK: T.A
7L2 ,
J:ی JK+ی
T3, X
jkTA E=
; U
_ T.A
P ;
` 0 65
-43 5N a
b ]+ Kc
dF .
d …
; i7;ی
T.K4 a
EA ﺙ
ﻥm X
9, JEﺹ
dh ,
5:4 T3,
X 5ﺥ2ی
A E=
T[n 7A TKA ﻥ
”.
47
Penjelasan dari Taisîr al-Karîm ar-Rahman fi Tafsîr Kalâm al-Mannân, kata
Kﺹ
di atas, Penulis melihat terjemahannya di dalam Tafsîr As-Sadî pada penggalan ayat kata
Kﺹ
di atas diterjemahkan “mereka yang beriman kepada yang ghaib dan mendirikan salat”, maksudnya “orang-orang yang mengerjakan
salat, karena sesungguhnya mengerjakan salat tidaklah cukup hanya sekedar menjalankan dengan bentuk yang lahir saja, tetapi mendirikan salat dengan
menyempurnakan rukun-rukun, wajib-wajib, syarat-syarat. Mendirikan salat harus
47
Syaikh Abdurrahman bin Nashir As-Sadî, Taisîr al-Karîm ar-Rahman fi Tafsîr Kalâm al-Mann
ân Riyadh: Dârul al-Manâr, 1999, h. 37.
secara batin, yaitu dengan menghadirkan hati pada-Nya, merenungi apa yang dibaca, dan mengamalkannya, sebagaimana yang dijelaskan Allah di dalam
firmannya: ”sesungguhnya salat mencegah perbuatan keji dan munkar,” jadi, makna kata
Kﺹ
yang terdapat di dalam Tafsîr As-Sadî adalah salat yang di mulai dengan takbir dan di akhiri dengan salam, dan mengerjakannya harus
menyempurnakan syarat-syarat,
wajib-wajib, rukun-rukun
dan harus
menghadirkan hati padanya dengan cara merenungi apa yang dibaca khusyu.”
48
Berdasarkan penjelasan kata salat di dalam Taisîr al-Karîm ar-Rahman fi Tafsîr Kalâm al-Mannân
ataupun Tafsîr As-Sadî, kemudian Penulis menganalisis kedua tafsir tersebut, kedua tafsir menerjemahkan kata
Kﺹ
secara harfiyah, maksudnya menerjemahkan sudah jelas, yaitu menerjemahkannya secara harfiyah,
yaitu semua kata-kata yang terdapat di dalam Taisîr al-Karîm ar-Rahman fi Tafsîr Kalâm al-Mannân
langsung diterjemahkan ke dalam Bahasa Sasaran yang terdapat di dalam Tafsîr As-Sadî. Dalam penjelasan pada kata
Kﺹ
tersebut dapat dipahami oleh pembaca, karena salat adalah kegiatan yang selalu dilakukan oleh
orang-orang khususnya bagi Agama Islam. 2.
Kata
o1ﺥ ;
: 9 8+7 .
= 43
65 -43
. 5
e\Cf0. d
g =
6 h
i `
j ]
9 k
48
Syaikh Abdurrahman bin Nashir As-Sa’dî, Tafsîr As-Sa’dî Jakarta: Pustaka Sahifa, 2006, Cet. 1. h. 65.
Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. dan Sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu. QS. Al-
Baqarah [2]: 45. Penulis menemukan kata yang mengandung makna homonim musytarak
lafzi, yaitu pada kata “
o1ﺥ
“ berikut penjelasannya di bawah ini: Penulis melihat makna kata
o1ﺥ
di dalam Al-Mu’jam Al-Wasit yaitu:
V o1ﺥ
P o[ﺥ
N -
ﺥ N
- Jﺹp+ﺥ
N -
j7=RLY, o` N
J[q V
49
Jadi, makna
o1ﺥ
berarti: 1 takut; 2 merendahkan diri; 3 tuduk; 4 mengecilkan suara; 5 melempar pandangan memperhatikan fokus.
Penulis melihat makna “
o1ﺥ
“ di dalam Al-Mu’jam al-Lughah al-Arabî al- Asasî
, di antaranya:
V r1ﺥ
- o1Sی
O Q
4 1ﺥ P
H;ﺱ o[ﺥ N
JEﺹYA9,\ N
BKH; P
J ﺹp+ﺥ N
j7=RLs=S1 P
J[q O
=Lc f1ﺥ
P G 94-ی 3`
0, 7;ﺡ V
50
Jadi, kata
o1ﺥ
berarti : 1 takut tunduk, khusyu ketika salat; 2 menunduk; 3 menahan pandangan menghormati orang yang lebih tinggi
statusnya. Penulis melihat makna kata
o1ﺥ
di dalam Kamus Hans Wehr yang berarti: 1 to be submissive menjadi patuh, suka mengalah; 2 to be humble merendah,
remeh, hina; 3 to fade voice memudar, luntur, menghilang.
51
49
Ibrahim Anîs, Al-Mu’jam al-Wasit Mesir: Dâr al-Ma’ârif , 1972, h. 235.
50
Ahmad al-Aid dkk, Al-Mu’jam al-Lughah al-Arabî al-Asâsî Tunisia: Departemen Pendidikan Arab dan Ilmu Kebudayaan, 2003, h. 396.
Berdasarkan berbeda-beda makna pada kata
o1ﺥ
tersebut, Penulis membuktikan bahwa makna-makna
o1ﺥ
berbeda-beda pengertiannya, maka Penulis melihat Kamus Besar Bahasa Indonesia kata
o1ﺥ
yang bermakna “patuh” taat, disiplin.
52
Kata
o1ﺥ
bermakna “suka mengalah” suka mengaku kalah dengan sengaja kalah, tidak mempertahankan pendapat.
53
Kata
o1ﺥ
bermakna “remeh” tidak penting, tidak berharga, kecil. Kata
o1ﺥ
bermakna “hina” rendah kedudukannya, keji, tercela, tidak baik.
54
Kata
o1ﺥ
makna “memudar” menjadi pudar, menyuramkan, membuyarkan.
55
berdasarkan berbeda makna tersebut, tidak semua makna kata yang terdapat di dalam kamus langsung dapat
digunakan dalam menerjemahkan. Penulis tidak menemukan ayat atau surah yang terdapat kata
o1ﺥ
, selain pada suarh al-Baqarah ayat 45 ini, oleh karena itu Penulis tidak dapat
mengelompokkan ayat-ayat yang terdapat kata
o1ﺥ
. Kata
o1ﺥ
dijelaskan di dalam Taisîr al-Karîm ar-Rahman fi Tafsîr Kalâm al-Mannân
sebagai berikut:
V E=
O 7.RH
Q t
P -U ﺵ
O 9ی7ﺵ S tK4dh
Q -+.+ﺥBT.K4-KTﺱ TﻥgA
X _ 1S Tﻥc
aKJRU7;j 2ﺹ ﺡ713, TKAJiیj234 , X
: 9,J;.1ﺥ X
ESL
51
Hans Wehr, A Dictionary of Modern Written Arabic ”Arabic-English” Libraire du Liban, 1980, h. 278.
52
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan Bahasa Indonesia Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia Jakarta: Balai Pustaka, 1989, h. 654
53
Ibid., h. 740.
54
Ibid., 308.
55
Ibid., 14.
uk`9HیB9, X
gA T. j42یJ 4 dJﻥ
X J.K4 .ﺵc 5:ﺹ 9,
ﺹ T;KA h 1ﺥ
P Y _JﻥHﺱJ;3.ﻥbZ iK: [ﺥ
X :;A d Jی2ی9.L Hﻥh
X ﻥ یh
Jn :KL
56
Berdasarkan kalimat di atas tersebut, Penulis melihat penjelasan di atas diterjemahkan di dalam Tafsîr As-Sadî yang terdapat pasa surah al-Baqarah ayat
45 di atas, yatu “melaksanakan salat harus dengan khusyu, karena khusyu sangat sulit dilakukan bagi manusia, kecuali bagi mereka yang takut kepada Allah,
khusyu mengharuskan adanya realisasi perbuatan dengan lapang dada, demi
mencari pahala dan takut dari hukuman.
57
Khusyu’ adalah ketundukan hati, dan ketenangannya karena Allah serta pasrah dihadapan-Nya dengan segala hina,
butuh dan iman kepada-Nya dan kepada pertemuan dengan-Nya.”
58
Penulis melihat penjelasan surah al-Baqarah ayat 45 di dalam Tafsîr al- Misbah bahwa kata
o1ﺥ
di dala ayat tersebut adalah “orang-orang yang yang menekan kehendak nafsunya dan membiasakan dirinya menerima dan merasa
tenang dalam menghadapi ketentuan Alla, serta selalu mengharapkan kesudahan yang baik.
59
Dijelaskan bahwa kata
o1ﺥ
ditegaskan mereka bukan orang yang terperdaya oleh rayuan nafsu, mereka adalah yang mempersiapkan dirinya untuk
menerima dan mengamalkan kebajikan, lebih ditegaskan lagi kata
o1ﺥ
di sini adalah mereka yang takut, lagi mengarahkan pandangannya kepada kesudahan
56
Syaikh Abdurrahman bin Nashir As-Sadî, Taisîr al-Karîm ar-Rahman fi Tafsîr Kalâm al-Mann
ân Riyadh: Dârul al-Manâr, 1999, h. 47.
57
Syaikh Abdurrahman As-Sa’di, Tafsir As-Sa’di, Jakarta: Pustaka Sahifa, 2006, Cet. 1. h. 118.
58
Ibid., h. 119.
59
M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah Jakarta: Lentera hati, 2002, h. 182.
segala sesuatu, sehingga dengan demikian mudah baginya meminta bantuan dengan sabar yang membutuhkan penekanna gejolak nafsu dan mudah bagi orang
yang khusyu malaksanakan salat karena merupakan kewajiban ini mengharuskan disiplin waktu dan kesucian jasmani, meskipun sedang melakukan segala macam
kesinukan. Demikian Thahir ibn ‘Âsyur. Ayat ini, bukan tidak membatasi kekhusyuan hanya dalam salat, tetapi
menyangkut segala aktivitas manusia. Khusyu dalam salat menuntut manusia untuk menghadirkan kebesaran dan keagungan Alla, sekaligus kelemahan
manusia sebagai makhluknya. Puncak khusyu di sini adalah ketundukan dan kepatuhan seluruh anggota tubuhdalam keadaan pikiran dan bisiskan hati secara
keseluruhan menuju kehadirat ilahi, tetapi ada peringkat-peringkat terendah adalah sekedar pengamalan yang tulus kepada-nya, walau diselingi oleh pikiran
yang melayang kepada hal-hal yang tidak bersifat negatif. Nabi Muhammad Sa, ketika salat, beliau masih mendengar suara tangis anaknya, sehingga beliau
mempersingkat waktu salatnya, di lain waktu beliau memperlama sujudnya, karena cucu beliau anak Fatimah dan Ali ibn Abi Talib –menunggang pundak
beliau-, ketika sedang salat. Jadi, kekhusyuan tidak selalu berarti hilangnya segala ingatan, kecuali kepada Allah Swt.
60
Dengan demikian kata
o1ﺥ
mengandung makna homonim musytarak lafzi, karena memiliki makna yang berbeda-beda di dalam kamus, tapi dalam
menerjemahkna tidak semua makna kata yang terdapat di dalam kamus dapat langsung digunakan dalam menerjemahkan suatu kata, karena hasil terjemahnya
60
Ibid., h. 183.
akan terlihat kau, dan kadang tidak sesuai dengan pesan yang ingin disampaikan oleh pengarang asli.
Tafsîr As-Sa’dî menerjemahkan kata
o1ﺥ
secara leksikal, yaitu menerjemahkan sesuai dengan makna yang terdapat di dalam kamus, dan jelas
dalam hal ini khusyu yang dimaksud di sini adalah tunduk yaitu tingkat keimanan yang sangat tinggi. Meskipun menerjemahkannya dengan makna “khusyu”, tapi
tidak membuat pembaca bingung dalam memahami terjemahannya. Ayat di atas, lebih menekannkan pada seseorang yang melaksnakan “salat malam,” dalam
salatnya mereka menangis karena terlalu khusyu dan tunduk kepada Allah. 3.
Kata
J l
. m
Q]enH MO
+enH .
5 F.o H
9 p
; H
q Y
. P
Q r
s
5 `
ttu7 . vS:- w
xx
“Kepunyaan Allah-lah Timur dan Barat, maka kemanapun kamu menghadap di situlah wajah Allah. Sesungguhnya Allah MahaLuas rahmat-Nya lagi
MahaMengetahui. QS. Al-Baqarah [2]: 115. Penulis menemukan kata yang mengandung makna hmonim musytarak
lafzi pada kata
J .
Penulis melihat makna kata tersebut di dalam Al-Mu’jam al- Wasit
, yaitu:
V J
OP 1
NQ ﺽ 7T
N -
EA OP
ی Q
? P
bD; VN
61
61
Ibrahim Anîs, Al-Mu’jam al-Wasit Mesir: Dâr al-Ma’ârif , 1972, h. 1013.
Jadi, kata
J
berarti: 1 wajah bagian anggota tubuh;2 nampak jelas kelihatan; 3 kedatangan.
Penulis melihat makna kata
J
di dalam Al-Mu’jam al-Lughah al-Arabî al-Asâsî
yaitu:
V J
P ,
ی uT
9, 7
J.A 3.
B+ vﻥc
N 2.ﺱ
: VN
62
Jadi, kata
J
berarti: 1wajah bagian anggota tubuh; 2 pemimpin suatu kaum; 3 nampak.
Penulis juga melihat makna tersebut di dalam Kamus Hans Wehr, kata tersebut bermakna 1 face wajah; 2 façade tampak; 3 surface permukaan;
4 dail memutar; 5 purpose tujuan; 6 side bagian; 7 objective tujuan, sasaran; 8 way jalan.
63
Penulis menemukan ayat-ayat yang terdapat kata
J
di antaranya: 1 Surah al-Baqarah ayat 149; 2 Surah ar-Rûm ayat 30.
Penulis mengelompokkan ayat-ayat yang terdapat kata
J
sesuai dengan makna yang terdapat di dalamnya.
Kata
J
yang bermakna menghadap yaitu: 1. Surah al-Baqarah: 149
1y H
g zQP.
QMK {1|+
F ;
“Palingkanlah wajahmu ke arah Masjidil Haram...”
62
Ahmad al-Aid dkk, Al-Mu’jam al-Lughah al-Arabî al-Asâsî Tunisia: Departemen Pendidikan Arab dan Ilmu Kebudayaan, 2003, h. 1294.
63
Hans Wehr, A Dictionary of Modern Written Arabic ”Arabic-English” Libraire du Liban, 1980, h. 486.
Berdasarkan ayat di atas, kata
J
diterjemahkan dengan ”menghadap”, dengan melihat kata sebelumnya yaitu kata
H
yang menjadi penjelas makna
kata
g zQP.
1y H
selain itu
juga menerjemahknanya harus melihat kalimat”dari mana saja kamu keluar” sehingga
maka yang dimaksud di sini adalah menghadap kiblat ketika melaksanakan salat. Hal ini menjelaskan bahwa dalam memahami makna kata
J
dapat menggunakan penerjemahan semantik, yaitu dengan bahasa tersirat dari kata
J
tersebut adalah menghadap.
64
Berkaitan dengan kata
J
yang terdapat pada ayat di atas, ayat ini ditutup dengan peringatan halus kepada siapapun, baik orang Yahudi, maupun Munafik
“Allah sekali-sekali tidak lengah dari apa yang kamu kerjakan, untuk lebih menekankan dan menghilangkan kesalah pahaman yang dapat ditimbulkan dari
ayat 149, maka ayat 150 ini mengulani perintah ayat 194 yaitu ”maka palingkanlah wajah-wajahmu ke arahnya”, dengan demikian ayat ini mencakup
semua tempat dan keadaan, dari mana saja engkau keluar wahai Muhammad dan umatnya dari Madinah menuju Makkah atau kemana saja, maka arahkan wajahmu
ke Kiblat.
65
Kata
J
yang bermakna tegakkan yaitu: 1. Surah ar-Rûm ayat 30
H o
. S
+ .
P Q
z g
y c,
r 5
…
“Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah...”
64
M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah Jakarta: Lentera hati, 2002, h. 356.
65
Ibid., h. 357.
Maksud dari ayat di atas, yaitu manusia diciptakan Allah mempunyai naluri beragama yaitu agama tauhid, kalau ada manusia tidak beragama tauhid,
maka hal itu tidaklah wajar. Mereka tidak beragama tauhid itu hanyalah lantaran pengaruh lingkungan.
Berdasarkan ayat di atas, Penulis melihat penjelasan di dalam Tafsîr Al- Azhar
yang berarti”tegakkanlah wajahmu,” maksudnya tetap berjalan di atas jalan agama yang telah dijadikan syari’at oleh Allah untuk manusia. Agama itu adala
agama yang lurus, tidak membelok ke kiri ataupun ke kanan. Agama disebut juga dengan “hanif” yang disebut juga dengan agama Nabi Ibrahim, bahkan dijelaskan
bahwa yang ditegakkan oleh Muhammad sekarang ini, sesudah banyak diselewengkan dari tujuan semula oleh anak cucunya, baik anak cucu keturunan
bani israil lalu mereka beri nama Yahudi, kemudiaan mereka menyelewengkan kagi dengan memesukkan ajaran mythos agama-agama kuno “trimurti” atau
“trinitas.”
66
Penulis juga melihat penjelasan ayat tersebut di dalam Tafsîr al-Misbâh. Kata
J
diterjemahkan dengan makna ”hadapkanlah wajah”, maksudnya adalah perintah untuk mempertahankan dan meningkatkan upaya menghadapkan diri
kepada Allah, secara sempurna, karena selama ini kaum Muslimin apalagi Nabi Muhammad Saw telah menghadapkan wajahnya kepada tuntunan agama-Nya.
Maksudnya mengikuti semua perintah Allah yang terdapat di dalam agama Islam. Berdasarkan hal itu, perintah di atas tersirat juga perintah tidak menghiraukan
gangguan kaum Musyrikin yang ketika turun ayat ini di makkah, makna tersirat
66
Hamka, Tafsîr Al-Azhar Jakarta, Pustaka Panjimas, 1984, h. 77.
itu dipahami dari redaksi ayat di atas yang memerintahkan untuk menghadapkan wajah.
67
Hal ini memerintahkan kita untuk selalu berjalan normal di jalan Allah sesuai dengan hukum-hukum yang ditetapkan-Nya.
68
Kata
J
dijelaskan di dalam Taisîr al-Karîm ar-Rahman fi Tafsîr Kalâm al-Mannân
sebagai berikut:
V 5HL
ﺡ X
5R:;ﺱ A -T
9, TD
X - ﺥ
94 uK,
JL X
V J.3A
Rﺙh J
_ Y
X YK4
J wxK
JL Y
X _
T d
JR1 j
X -
Y -
oﺱ 5[+
+= T.e4
X B.K4
BH Rﻥ`7n 7L V
9A J;ﺱ
JK4 X
oﺱ BH
7,d X
5RU BH3,
,b X
JKA 2?
7H1 V
,
69
Penulis melihat penjelasan di atas, di dalam Tafsîr As-Sa’dî, menerjemahkan makna kalimat tersebut, secara harfiyah, yaitu semua kata-kata
yang terdapat di dalam Taisîr al-Karîm ar-Rahman fi Tafsîr Kalâm al-Mannân langsung diterjemahkan di dalam Tafsîr As-Sa’dî. Penjelasan ayat di bawah ini:
l .
m Q]enH
MO +enH
. 5
F.o H 9
p ;
H q
Y .
P Q
r
s 5
` ttu7 .
vS:- w xx
di situlah wajah Allah, sesungguhnya Allah MahaLuas rahmat-Nya lagi MahaMengetahui.
Di dalam Tafsîr As-Sa’dî Ayat tersebut dijelaskan bahwa merupakan dalil tentang penetapan akan wajah Allah, hal ini menunjukkan bahwa Tafsîr As-Sa’dî
67
Ibid., h. 52.
68
Ibid., h. 43.
69
Syaikh Abdurrahman bin Nashir As-Sadî, Taisîr al-Karîm ar-Rahman fi Tafsîr Kalâm al-Mannân
Riyadh: Dârul al-Manâr, 1999, h. 59.
dalam menerjemahkan kata
J
di dalam ayat ini sangat tidak pas, karena apabila orang awam yang membacanya akan menjadi bingung, karena mereka akan
beranggapan Allah memiliki wajah seperti manusia biasa, padahal dalam ayat tersebut maksud dari kata
J
”kekuasaan Allah”, maka di manapun manusia berada Allah pasti ada dan maha melihat apa yang manusia lakukan. Dalam
menerjemahkan sebuah kata, Penerjemah harus pintar dalam mengambil makna dari suatu kata, agar pesan yang ingin disampaikan dapat diterima pembaca
dengan baik. Penulis mengambil kesimpulan bahwa kata
J
memiliki makna “wajah bagian dari anggota tubuh, menghadap, tujuan, nampak jelas, kelihatan,
pemimpin, kedatangan.
B. Kata-kata yang Mengandung Makna Homonim musytarak lafzi,