Latar Belakang Penulisan Tafsîr As-Sa’dî

BAB III

A. Latar Belakang Penulisan Tafsîr As-Sa’dî

Allah menurunkan al-Quran dengan bahasa Arab dan diterjemahkan dan ditafsirkan oleh para ahlinya agar manusia dapat memahami dan mendalami al- Quran, Allah juga memerintahkan manusia untuk merenungkan, memikirkan isi al-Quran dan menyimpulkan segala ilmu, dan semua hal tersebut tidaklah demikian kecuali karena penelaahannya merupakan kunci dari segala kebaikan, jalan menuju pengetahuan dan rahasia, oleh karena itu milik Allah segala pujian dan rasa syukur, yang telah menjadikan al-Quran sebagai petunjuk, penyembuh, rahmat, cahaya, pencerahan, peringatan, keberkahan, hidayah, dan berita gembira bagi kaum Muslim, maka sangatlah pantas bagi seorang hamba untuk berusaha keras, mengeluarkan segala dayanya dalam mempelajari, dan mendalamnya dengan metode yang paling dekat, yang dapat menyampaikannya kepada hal tersebut. Banyak sekali para ulama yang menafsirkan kitabullah ini yaitu al-Quran, ada mufassir yang panjang lebar, hingga tarsir tersebut keluar pada sebagian besar pembahasan dari yang dimaksudkan. Ada pula yang menafsirkan dengan sangat sederhana sekali, yang hanya mencukupkan dengan menyelesaikan makna bahasa saja, terlepas dari makna yang dikehendaki, seharusnya untuk menjadikan makna yang dimaksudkan, sedangkan lafaz-lafaz hanyalah sebagai jembatan kepadanya, maka harus memperhatikan konteks pembicaraan, dan apa gunanya konteks tersebut dipakai, lalu membandingkan dengan hal yang serupa objek pembahasan tempat yang lainnya, sehingga penafsir mengetahui, bahwa hal tersebut dipakai untuk memberikan petunjuk kepada seluruh makhluk, yang berilmu atau tidak berilmu. 24 Orang-orang yang diberi taufik dengan segala hal itu, maka wajiblah baginya mulai merenungkan, mendalami, memikirkan lafaz-lafaz, makna-makna- Nya, segala perkara yang terdapat didalamnya, dan segala hal yang dimaksudkan oleh konteks maupun teksnya, karena Allah akan membuka baginya dari ilmu- ilmu Allah yang berupa perkara yang mungkin dapat diperoleh hanya dari pencarian. Allah menganugerahkan kepada Syaikh Abdurrahman bin Nashir As-Sa’dî dan saudara-saudara untuk menyibukkan diri dengan kitab-Nya yang mulia, sesuai dengan kondisi yang ada pada kami, Syaikh senang sekali dalam menguraikan Tafsîr As-Sa’dî ini dengan segala sesuatu yang dianugerahkan kepadanya, agar menjadi kenang-kenangan bagi orang-orang yang berusaha, alat bantu bagi para cendekiawan, penolong bagi para penjelajah, dan Syaikh akan menulis Tafsîr As- Sa’dî ini, karena takut akan hilang dan tujuan Syaikh menulis tafsir ini hanya untuk menjelaskan makna ynag dimaksud. Syaikh tidak hanya memfokuskan pada permasalahan lafaz-lafaz tata bahasa, bagi makna yang telah Syaikh sebutkan, karena penafsiran al-Quran telah cukup bagi orang-orang setelahnya dalam hal seperti itu, kepada Allah Syaikh mengharap dan bersandar, agar Allah memudahkan semua yang Syaikh inginkan, agar menjadikan usaha ini ikhlas hanya untuk Allah semata. 24 Syaikh Abdurrahman bin Nashir As-Sa’dî, Tafsîr As-Sa’dî Jakarta: Pustaka Sahifa, 2006, Cet. 1. h. 49. Ilmu tafsir al-Quran adalah sebaik-baiknya ilmu secara mutlak, paling penting dan pang patut untuk diteliti makna-maknanya, serta dipahami pola- polanya, karena al-Quran merupakan perkara yang diturunkan dari Zat Yang MahaBijaksana dan MahaTerpuji. Allah menurunkan al-Quran sebagai petunjuk dan rahmat bagi manusia, pemberi keterangan bagi seluruh perkara yang manusia butuhkan dalam agama, dunia, atau akhirat. 25 Para sahabat Syaikh, meminta agar Syaikh menyebarluaskan Tafîir As- Sa’dî ini secara keseluruhan, dan mereka mendasar untuk itu karena melihat faedah-faedah yang begitu besar, namun Syaikh mohon maaf kepada para sahabatnya akan hal itu, karena apa yang para sahabat Syaikh pinta sangatlah sulit sekali, karena panjang sekali dan juga pada masa-masa sekarang ini kecenderungan masyarakat sangat minim terhadap tulisan-tulisan yang panjang lebar, dengan demikian Syaikh bahagia sekali untuk memenuhi beberapa keinginan mereka untuk menerbitkan tafsir tersebut, Syaikh hanya menerbitkan satu jilid dari tafsir ini, akhirnya terpilih jilid pertengahan dari surah al-Kahfi hingga akhir surah an-Naml, karena hal yang tidak dapat dihasilkan semuanya, tidaklah harus ditinggalkan semuanya. 26 Syaikh juga memohon dan berharap kepada Allah, agar Allah menjadikan usaha ini semata-mata hanya karena Allah, semoga tafsir ini berguna bagi semua orang. Syikh juga mencantumkan dalam Tafsîr As-Sa’dî ini dengan hal-hal umum kulliyat tafsir agar mengusulkan sesuatu yang mungkin saja tertinggal bagi pembaca yang budiman, pada jilid-jilid buku selain jilid ini, Syaikh berharap agar 25 Ibid., h. 50. 26 Ibid., h. 51. tafsir ini dapat memberi faedah, walaupun dengan penjelasan yang singkat, di mana faedah atau manfaat tidak diperoleh pada penjelasan yang panjang.

B. Penulis Tafsîr As-Sa’dî