Metode Penerjemahan Al-Quran Teori Penerjemahan Al-Quran

terjemahan tersebut, yaitu bahwa menerjemahkan berarti menjelaskan dan menerangkan tuturan, baik penjelasan itu sama dengan tuturan yang dijelaskannya maupun berbeda. Adapun secara istilah, menerjemahkan didefinisikan sebagai mengungkapkan makna tuturan suatu bahasa di dalam bahasa lain dengan memenuhi seluruh makna dan maksud tuturan tersebut. Kata terjemahan dalam bahasa Arab juga umum diartikan dengan biografi riwayat hidup seseorang. Misalnya, dalam ungkapan “Tarjamah Al-Imâm Al- Bukhârî dan Tarjamah Al-Imâm Hanafî ,” yang masing-masing berarti “biografi Imâm Bukhârî dan Imâm Hanafi.”

2. Metode Penerjemahan Al-Quran

Metode penerjemahan berarti cara penerjemahan yang digunakan oleh penerjemah dalam mengungkapkan makna nas sumber secara keseluruhan di dalam bahasa penerima. Jika sebuah nas, misalnya al-Quran, diterjemahkan dengan metode harfiah, maka makna yang terkandung dalam surah pertama hingga surah terkhir diungkapkan secara harfiah, yaitu kata-per-kata hingga selesai. Dalam khazanah penerjemahan di dunia Arab, metode terjemahan terbagi dua macam di antaranya: Pertama , Metode harfiah yaitu menerjemahkan dengan cara mengalihkan kata-kata dari bahasa sumber ke dalam kata-kata yang serupa, dari bahasa lain sedemikian rupa, sehingga sususnan bahasa pertama dalam menerjemahkan kata- per-kata atau disebut juga penerjemahan leksikal atau metode lafziyah atau musaawiyah, yang menjadi sasaran penerjemahan harfiah ialah kata. 9 Metode harfiyah ini, hasilnya terlihat kaku, karena hasil terjemahannya masih terlihat dari makna dan susunan kata yang terdapat di dalam sebuah terjemahan., karena masih mementingkan susunan Bahasa Sumber, tanpa mementingkan pesan yang ingin disampaikan oleh pengarang aslinya. Metode harfiah ini, memiliki kelemahan dengan dua alasan, yaitu: pertama, tidak seluruh kosa kata bahasa Arab berpadanan dengan bahasa lain, sehingga banyak dijumpai kosa kata asing. Kedua, struktur dan hubungan antar unit linguistik dalam bahasa berbeda dengan struktur bahasa lain. 10 Kedua , Metode tafsiriyah yaitu metode penerjemahan yang dalam mengungkapkan makna tidak terlihat dengan susunan kata-per-kata yang terdapat dalam bahasa pertama. Metode ini lebih mengutamakan pengungkapan pesan yang ingin disampaikan oleh pengarang asli, kepada pembaca dengan bahasa yang mudah dipahami oleh pembaca, maka yang menjadi sasaran metode ini ialah “makna” yang ditunjukkan oleh struktur bahasa Sumber. Dalam menerapkan metode ini, dengan cara memahami makna bahasa Sumber, kemudian menuangkan kata-kata tersebut ke dalam stuktur bahasa lain sesuai dengan tujuan penulis, jadi hasil terjemahannya bukan seperti hasil terjemahan lagi dan bahasanya tidak terlihat kaku, karena menerjemahkannya tidak kata-per-kata. 11 9 Manna Khalil Qattan, Studi Ilmu-ilmu Quran Bogor: Pustaka Litera AntarNusa, 2004, Cet. 8. h. 433 10 Shihabuddin, Penerjemahan Arab-Indonesia :Teori dan Praktek Bandung: Humaniora, 2005, Cet. 1. h. 69. 11 M. Ali HAsan dan Rif’at Syauqi Nawawi, Pengantar lmu Tafsîr Jakarta: Bulan Bintang, 1988, Cet. 1. h. 173. Menurut Adz-Zhahaby mengenai terjemahan tafsiriah untuk Al-Quran mengemukakan syarat sebagai berikut: 1 Terjemah harus menurut persyaratan tafsir dengan bersandarkan kepada hadis-hadis nabi, ilmu-ilmu bahasa Arab dan prinsi-prinsip syariat Islam. 2 Penerjemah tidak berkecenderungan pada akidah yang justru berlawanan dengan al-Quran. 3 Penerjemah mengetahui benar dengan mendalam tentang asal-usul kedua bahasa. 4 Ayat-ayat al-Quran ditulis dahulu, lalu difahami maksu makna tafsirnya. 12 Berkenaaan dengan terjemahan tafsiriyah ini perlu ditegaskan bahwa, terjemahan tafsiriyah adalah terjemahan bagi pemahaman pribadi yang terbatas. Terjemahan tersebut tidak mengandung semua aspek penta’wilan yang dapat diterapkan pada makna al-Quran, tetapi hanya sebagai penta’wilan yang dapat dipahami penafsiran tersebut. Dengan cara inilah akidah Islam dan dasar-dasar syari’atnya diterjemahkan sebagaimana dipahami dari al-Quran. Berdasarkan penjelasan keduanya, dapat diambil kesimpulan tentang perbedaan antara keduanya yaitu: 1. Metode harfiah, metode ini dalam menerjemahkan sebuah teks akan terlihat kaku, karena masih mementingkan susunan kata-kata yang terdapat di dlam teks sumber, tidak mementingkan isi atau pesan yang ingin disampaikan 12 Muhammad Ali Hasan dan Rif’at Syauqi Nawawi, Pengantar Ilmu Tafsir Jakarta: Bulan Bintang, 1988, Cet. 1. h. 174. oleh pengarang aslinya, menerjemahkannya secara kata-per-kata, sehingga tidak terlihat suatu hasil terjemahan. 2. Metode tafsiriah. Metode ini dalam menerjemahkan sebuah teks tidak terpaku oleh susunan bahasa Sumber atau teks Sumber, sehingga hasilnya tidak terlihat kaku, metode ini lebih mementingkan isi atau pesan yang ingin disampaikan oleh pengarang asli, seghingga hasil terjemahannya menjadi lebih ringkas daripada penerjemahan harfiah, karena penerjemahannya tidak kata-per- kata.

B. Wawasan Homonim dan Polisemi dalam Bahasa Indonesia