Nabawi. Dia bekerja di Pustaka Sahifa, mulai hari senin-jumat, jam 08:15-17:00 WIB. Dia suka mengedit buku yang bertema Sejarah dan Akidah.
34
2.
Pendidikan Abdurrahman Nuryaman, Lc. Dia sekolah selama enam tahun di Pondok-Pesantren Nurul Hakim, di
daerah Lombok, lalu Dia kuliah di LIPIA di Jakarta, yang merupakan cabang dari
Jâmiatul Imam di Saudi Arabia, selama tiga tahun, jurusan Idad al-Lughawi dan
At-Tatmili .
35
3. Karya-karya Abdurrahman Nuryaman, Lc.
Berdasarkan hasil wawancara Penulis kepada Dia bahwa beliau tidak dapat menghitung jumlah buku yang telah Dia edit, karena menurut Dia, terlalu
banyak buku yang sudah beliau edit, dan karena tugas dan tanggung jawab Dia di Penerbit Pustaka Sahifa, adalah mengedit naskah yang diajukan oleh direktur atau
atasan di Penerbit Pustaka Sahifa, jam kerja beliau setiap hari Senin-Jumat adalah mengedit naskah-naskah.
36
E. Sekilas Tafsîr As-Sa’dî
Tafsîr As-Sa’dî adalah salah satu di antara sekian banyak kitab-kitab tafsir
yang merupakan kekayaan ilmiah dunia Islam; memiliki keunggulan sebagai kitab tafsir paling simple; padat makna, dan tidak banyak menyuguhkan ikhtilaf
perbedaan pendapat dari sisi penafsiran. Tafsir ini memiliki keistimewaan diantaranya; gaya bahasa yang sederhana dan jelas yang dapat langsung
dimengerti oleh orang yang berilmu maupun orang yang tidak berilmu,
34
Wawancara Pribadi dengan Abdurrahman Nuryaman, Bekasi, 7 Mei 2009.
35
Ibid.,
36
Ibid.,
keistimewaan lainya adalah menghindari kalimat-kalimat sisipan dan kata-kata yang hanya nyulitkan pembaca untuk memahaminya, menghindari penyebutan
perselisihan pendapat kecuali perselisihan yang mendasar yang harus disebutkan, tafsir ini berjalan di atas Manhâj Salaf pada ayat-ayat sifat yang tidak ada
penyimpangan dan tidak ada tawil yang bertentangan dengan maksud Allah di dalam firman-Nya.
37
Pendapat ini didukung pula oleh salah satu editor yang Penulis wawancarai, yaitu Bapak Abdurrahman Nuryaman, Lc. Dia mengatakan
bahwa Tafsîr As-Sa’dî ini adalah tafsir yang paling ringkas yang ada di dunia Islam, sekaligus tafsir yang paling selamat dari unsur-unsur tangan manusia
penafsiran yang tidak bertanggung jawab, tafsir yang lebih dekat dengan Manhâj Salafu Salih
.
38
Tafsîr As-Sa’dî ini memiliki keistimewaan yang paling penting bagi
pembaca yaitu; keterincian pengambilan kesimpulan yang ditunjukkan oleh ayat- ayat yang berupa faedah, hukum-hukum dan hikmah-hikmahnya, hal ini sangatlah
nampak jelas, dalam beberapa ayat, seperti ayat wudhu dalam surah Al-Maidah, di mana Syaikh mengambil kesimpulan darinya sebanyak lima puluh hikmah,
sebagaimana juga dala kisah daud dan Sulaiman dalam surah Shad. Keistimewaan lainnya, dalam buku tafsir ini ada panduan pendidikan
terhadap akhlak-akhlak yang luhur.
39
37
Syaikh Abdurrahman bin Nashir As-Sa’dî, Tafsîr As-Sa’dî Jakarta: Pustaka Sahifa, 2006, Cet. 1. h. 9.
38
Wawancara pribadi dengan Abdurrahman Nuryaman, Lc.
39
Ibid., h.10.
Manuskrip Tafsîr As-Sa’dî ini terdiri dari dua manuskrip, yaitu: Naskah pertama
adalah naskah yang dikirim oleh Penulis sebagai acuan dalam penerbitan
buku tersebut, naskah ini terdiri atas sembilan jilid, yang merupakan dasar acuan
Syaikh dan Syaikh berikan tanda A. Naskah ini menjadi naskah dasar acuan bagi Syaikh dalam menerbitkan buku ini. Naskah kedua terdiri atas sembilan jilid,
yang merupakan naskah yang berada pada Syaikh dan Beliau menjaganya, kemudian setelah itu dibawa ke Universitas al-Imâm lewat Syaikh Muhammad
bin Shalih al-Utsaimin. Naskah ini ditulis dengan tulisan tangan Syaikh Abdurrahman bin Nashir As-Sa’dî, kecuali jilid keenam dengan tukisan tangan
Muhammad bin Manshur bin Ibrahim bin Zamil, dan naskah ini Syaikh berikan dengan tanda B.
Naskah ini sesuai dengan naskah pertama, kecuali jilid terakhir dari surah Al-Baqarah pada akhir tafsir ayat 238 hingga akhir tafsir naskah pertama, bahwa
penulis telah mengoreksi kembali jilid ini di sela-sela penerbitan terhadap naskah tersebut, dan selain itu kebanyakan hanya perbedaan-perbedaan kecil saja yang
telah Syaikh jelaskan pada catatan kaki di dalam tafsir ini.
40
Naskah acuan ini terdiri atas, delapan jilid di antaranya:
41
Jilid Pertama:
Dimulai dengan pendahuluan dan diakhiri pada akhir tafsir ayat 129 surah Ali Imran, jilid ini ditulis dengan tulisan pengarangnya, dan sebagian dari naskah
ini ditulis dengan tulisan orang lain, pengarangnya dapat menyelesaikannya pada
40
Ibid., h. 39.
41
Ibid., h. 41.
akhir jilid ini ada tambahan sebagai koreksi, jilid ini memiliki catatan-catatan kaki dan koreksi-koreksi dengan tulisan Syaikh pengarangnya.
Jilid kedua:
Dimulai dengan tafsir ayat 130 surah Ali-Imrân dan berakhir pada tafsir surah al-An’am, dalam jilid ini ada catatan kaki dari tulisan Syaikh pengarangnya
atas aslinya.
Jilid Ketiga:
Dimulai dengan tafsir surah al-A’raf dan berakhir surah Hûd, dalam jilid ini ada catatan kaki dengan tulisan Syaikh pengarang dan diselesaikan salinannya
pada hari sabtu 21 Rabi’ul Awwal tahun1347 H.
Jilid Keempat:
Dimulai dengan surah Yusuf dan berakhir dengan akhir dari tafsir surah al- Isra’. Pada akhir jilid ini ada tambahan sebagai perbandingan atas aslinya.
Jilid Kelima:
Dimulai dengan tafsir surah al-Kahfi dan berakhir pada akhir tafsir surah an-Naml, pada akhir jilid ini ada tulisan yang dimasukkan oleh pengmpulnyadan
pengejanya Abdurrahman bin Nashir bin Abdullah as-Sa’dî. Pada awal jilid ini ada pendahuluan dengan tulisan pengarangnya,dan
ditambah dengan kaidah kaidah-kaidah dari tafsir ini dengan tulisan beliau sendiri.
Jilid Keenam:
Dimulai dengan tafsir surah al-Qashash dan berkhir pada tafsir surah ash- Shafat, pada akhir jilid ini tertulis “Telah sempurna tafsir surah ash-Shaffat pada
tanggal 6 Syawwal tahun 1343 H.
Jilid Ketujuh:
Dimulai dari tafsir surah Shad dan berakhir pada tafsir akhir surah al-Fath.
Jilid Kedelapan:
Dimulai dari tafsir surah al-Hujurat hingga akhir tafsir, yang pada akhir jilid ini tertulis “Tertulis sempurna tafsir kitabullah dengan pertolongan-Nya dan
kebaikan bimbingan-Nya terhadap pengumpulan dan penulisannya Abdurrahman bin Nashir bin Abdullah yang terkenal dengan sebutan Ibnu Sa’di. Pada catatan
kakinya tertulis tambahan perbandingan, dan pada catatan kakinya banyak tambahan dan koreksian dengan tulisan pengarangnya.
Keistimewaan lain Tafsîr As-Sa’dî ini di antaranya:
42
Pertama, Kesungguhan Penulis dalam membuat tafsirnya ringkas hanya
sebatas makna global, di mana mayoritas penafsir al-Quran itu tidak terlepas membahas panjang lebar, bahkan hingga menyimpang dari topik tafsirnya dari
kitabullah, atau mereka membatasi diri membahas makna-makna bahasa atau fiqhiyyah
saja. Kedua,
Syaikh menggunakan kecerdikan akal, kejernihakn hati, kecepatan pikiran terhadap perkataan-perkataan para salaf dari para sahabat, tabîn dan para
ulama uamat yang disebut dalam tafsir, sehingga Syaikh mengumpulkan perkataan dan pendapat yang muncul dalam tafsir makna ayat kemudian beliau
mengungkapkannya dengan gaya bahasa yang telah diketahui. Ketiga,
Tafsîr As-Sa’dî ini diistimewakan juga dengan kata-kata yang sederhana, penjelasan yang mudah dimengerti, dan tidak memanjangkan bahasa,
42
Ibid., 19.
yaitu dengan suatu gaya yang dapat dipahami oleh orang yang berilmu ataupun tidak berilmu.
Keempat, Penyusunnan kalimat yang sangat rapi dan mengaitkan suatu
kalimat dengan kalimat lain yang sesuai tanpa ada kesusahan dalam merangkai ungkapanny.
Kelima, Tafsir ini mengandung banyak faedah ilmiah dan pendidikan yang
disarikan dari kitabullah yang dijelaskan oleh Penulis, ketika membahas tafsir ayat, faedah-faedah sangat bermacam-macam baik dari segi tauhid, fikih, sirah,
nasihat-nasihat, dan akhlak. Keenam,
Keistimewan yang terpenting adalah tafsir ini terhindar dari ta’wil
yang keliru, hawa nafsu, bid’ah dan Israiliyat. Syaikh bersandar kepada al- Quran dan ash-Sunah, dan beliau juga mengikuti riwayat-riwayat yang disebutkan
dari ash-Salaf ash-Salih. Di dalam Tafsîr As-Sa’dî ini, Syaikh memperhatikan hal-hal seperti,
harakat , menghindarkan dari kalimat yang hilang, menyimpang, dan kesalahan
cetak yang terdapat pada cetakan sebelumnya. Syaikh juga melakukan pengoreksian terhadap ayat-ayat yang dijadikan sebagai bukti penguat keterangan
dari Penulis, ada beberapa ayat yang tidak ditafsirkan, tetapi hal ini telah beliau jelaskan pada catatan kaki, dan yang terakhir Syaikh juga memberikan sandaran-
sandaran bagi hadis yang disebutkan dalam tafsir ini.
43
Tafsîr As-sa’dî ini memiliki kekurangan pula di antaranya: dalam
menerjemahkan sebuah kata, tafsîr ini menggunakan bahasa yang sanangat kaku
43
Ibid., h. 19.
atau dalam menerjemahkan sebuah ayat menggunakan metode terjemahan harfiyah
, dan tafsîr ini dalam menerjemahkan lebih mementingakan bahasa Sumber, sehingga hasil terjemahannya masih terlihat sebuah hasil terjemahan,
menerjemahknannya dengan cara kata-per-kata, tanpa membuang satu kata pun yang terdapat di dalam teks asli. Hal ini dapat membuat pembaca sulit untuk
memahami hasil terjemahannya.
BAB IV ANALISIS HOMONIM MUSYTARAK LAFZI TERHADAP
TERJEMAHAN TAFSîR AS-SA’Dî
Pada bab ini, Penulis akan menganalisis kitab versi Bahasa Arab yang berjudul “Taisîr Al-Karîm ar-Rahman fi Tafsîr Kalâm al-Mannân,” dan “Tafsîr
As-Sadî ” yang dikarang oleh Syaikh Abdurrahman bin Nashir As-Sa’dî, dan
diterjemahkan oleh tim penerjemah di penerbit “Pustaka Sahifa” di antaranya: Ahmad Zuhdi Amin, Lc, dkk.
Penulis juga membatasi analisis ini hanya pada surah al-Baqarah dan Ali Imran, yang terdapat pada jilid I. Penulis juga membatasi analisis ini, dengan
menganalisis ayat-ayat yang mengandung makna homonim Mustarak Lafzi yang terdapat di dalam “Tafsîr As-Sadî”, dengan cara melihat makna dari kata-kata
yang mengandung makna lebih yang berbeda-beda, lalu melihat makna kata-kata tersebut di dalam Kamus Arab –Indonesia, dan Kamus Besar Bahasa Indonesia,
Kamus Hans Wehr sebagai bahai untuk menganalisi, Penulis juga menggunakan Tafsîr Al-Mishbâh dan Tafsîr Al-Azhar
, dan Penulis juga melihat segi Penerjemahan Tafsir apakah makna yang digunakan di dalam Tafsîr As-Sadî
sudah tepat atau malah membuat pembaca menjadi tidak memahami terjemahannya. Berikut ini Penulis akan menganalisisnya.
Penulis mengkategorikan kata-kata yang mengandung makna homonim musytarak lafzidi antaranya: