oleh pengarang aslinya, menerjemahkannya secara kata-per-kata, sehingga tidak terlihat suatu hasil terjemahan.
2. Metode tafsiriah. Metode ini dalam menerjemahkan sebuah teks tidak
terpaku oleh susunan bahasa Sumber atau teks Sumber, sehingga hasilnya tidak terlihat kaku, metode ini lebih mementingkan isi atau pesan yang ingin
disampaikan oleh pengarang asli, seghingga hasil terjemahannya menjadi lebih ringkas daripada penerjemahan harfiah, karena penerjemahannya tidak kata-per-
kata.
B. Wawasan Homonim dan Polisemi dalam Bahasa Indonesia
1. Pengertian Polisemi dalam Bahasa Indonesia
Sebelumnya, Penulis telah menjelaskan mengenai pengertian polisemi dan homonimi, serta contoh-contoh kata yang mengandung makna polisemi dan
homonimi. Polisemi adalah kata-kata yang maknanya lebih dari satu, sebagai akibat terdapatnya lebih dari sebuah komponen konsep makna pada kata-kata
tersebut.
13
Hal tersebut dapat kita simak dari pendapat Palmer 1976: 45 mengatakan:... its also the case that same word may have a set of different
meaning ,” demikian juga ada yang mengatakan bahwa, “ a word which have two
or more related meaning ” adalah Polisemi Simpson, 1979:79. Karena makna
ganda itulah maka pendengar atau pembaca ragu akan makna kata kalimat.
14
13
Abdul Chaer, Tata Bahasa Praktis Bahasa Indonesia Jakarta: Rineka Cipta, 2000, Cet. 1, h. 386.
14
Fatimah Djajasudarma, Semantik 1 Bandung: Refika Aditama, 1999, Cet. 2, h. 45.
Polisemi juga merupakan satu ujaran dalam bentuk kata-kata yang mempunyai makna berbeda-beda, tetapi masih ada hubungan dan kaitannya antara
makna-makna yang berlainan tersebut, maksudnya masih daalm satu bidang. Analisis hubungan makna secara himonim harus bersifat sinkronis, maksudnya
bersangkutan dengan peristiwa yang terjadi dalam suatu masa terbatas atau tertentu, dan tidak mengakibatkan perkembangan historis atau disebut juga
deskriptif. Pengertian polisemi bertumpang tindih dengan pengertian homonimi, yaitu
kesamaan kata-kata yang berbeda. Homonimi dan polisemi tumbuh oleh faktor kesejarahan dan faktor perluasan makna.
Pada dasarnya Polisemi dapat terjadi karena beberapa faktor, yaitu: a.
Ketepatan melafalkan kata, misalnya, [ban tuan] atau [bantuan] apakah ban
kepunyaan tuan, atau pertolongan]. b.
Faktor gramatikal, misalnya, “pemukul” dapat bermakna “alat yang digunakan untuk memukul” atau bermakna “orang yang memukul”, orang-tua “ibu-
bapak” atau “ orang yang sudah tua.” c.
Faktor leksikal, yang dapat bersumber dari: 1
Sebuah kata yang mengalami perubahan penggunaan, sehingga memperoleh makna baru, misalnya kata makan yang berhubungan dengan
kegiatan manusia atau binatang, kini dapat berhubungan dengan benda tak bernyawa misalnya, makan angin, makan riba, dimakan api, remnya
tidak makan , makan batu, makan kawan, makan keringat orang, makan
malam , makan sogokan, makan tangan dan sebagainya.
2 Sebuah kata yang digunakan pada lingkungan yang berbeda, misalnya kata
operasi bagi dokter “bedah”, “bedel” untuk mengobati penyakit; bagi
militer misalnya, “ Jendral Suharto memimpin operasi penumpasan G-30- S, sekarang muncul “operasi kebersihan”, “operasi sapu jagat.”
15
d. Faktor pengaruh bahasa asing. Misalnya’ kata butir digunakan untuk
mengganti kata unsur atau dari bahasa inggris item, dan butir bermakna “barang yang kecil-kecil, seperti: beras, intan, pemotong bilangan untuk barang yang
bulat-bulat atau kecil-kecil “salah satu bagian dari keseluruhan.” Dengan demikian yang digunakan adalah makna yang terakhir, yang berpadanan dengan
item point.
2. Contoh Kata-kata yang Mengandung Makna Polisemi