Untuk menjaga hubungan keluarga dan menghindari suatu pertengkaran yang terjadi terus menerus maka agama Islam mensyari`atkan perceraian, akan tetapi
bukan berarti bahwa Agama Islam menyukai perceraian, agama Islam tetap memandang perceraian sebagai suatu yang mustahil sesuatu yang tidak diharapkan
akan terjadi karena bertentangan dengan asas-asas hukum Islam.
17
Adapun dasar hukum perceraian menurut hukum Islam terdapat dalam firman Allah SWT:
Artinya: ―Talak yang dapat dirujuki dua kali. setelah itu boleh rujuk lagi dengan cara yang
maruf atau menceraikan dengan cara yang baik. tidak halal bagi kamu mengambil kembali sesuatu dari yang Telah kamu berikan kepada mereka, kecuali kalau
keduanya khawatir tidak akan dapat menjalankan hukum-hukum Allah. jika kamu khawatir bahwa keduanya suami isteri tidak dapat menjalankan hukum-hukum
Allah, Maka tidak ada dosa atas keduanya tentang bayaran yang diberikan oleh isteri untuk menebus dirinya. Itulah hukum-hukum Allah, Maka janganlah kamu
melanggarnya. barangsiapa yang melanggar hukum-hukum Allah mereka Itulah orang-orang yang zalim. [Al-Baqarah:229].
18
3. Macam-macam Perceraian
Menurut hukum Islam, putusnya hubungan perkawinan perceraian dapat terjadi karena Talaq, khulu
’, Syiqaq, Fasakh, Ta’lik, Dzihar, Ila’, Li’an, dan Riddah
17
Muhtar, hal 156
18
Dr. Ade Dedi Rohayana, Ilmu Qowaid Fiqhiyyah, Kaidah-Kaidah Hukum Islam Jakarta: Gaya Media Pratama, 2008, hal. 216
Murtad.
19
Berikut ini akan penulis jelaskan secara ringkas macam-macam perceraian tersebut.
1. Talak
Talak adalah melepas tali perkawinan dan mengakhiri hubungan suami isteri. Dalam Kompilasi Hukum Islam menjelaskan talak adalah ikrar suami di hadapan
sidang Pengadilan Agama. Adapun macam-macam talak menurut Kompilasi Hukum Islam adalah sebagai
berikut : a.
Talak Raj’i adalah talak kesatu atau kedua dimana suami berhak rujuk selama isteri masih dalam masa Iddah.
b. Talak Ba’in, talak Ba’in ada dua macam antara lain :
1 Talak Ba’in Sughra adalah talak yang tidak boleh dirujuk tetapi boleh akad
nikah baru dengan mantan suaminya. 2
Talak Ba’in Kubra adalah talak yang terjadi untuk ketiga kalinya. Talak ini tidak boleh dan tidak dapat dinikahkan kembali kecuali apabila pernikahan
itu dilakukan setelah mantan isterinya menikah dengan orang lain dan kemudian terjadi perceraian
ba’da dukhul dan telah habis masa iddahnya. c.
Talak Suni adalah talak yang diperbolehkan, yaitu talak yang dijatuhkan terhadap isteri yang sedang suci dan tidak dicampuri pada waktu sucinya tersebut.
19
Chatib Rasyid, Hukum Acara perdata dalam Teori dan Praktek pada Peradilan Agama, Yogyakarta : UII, 2009, hal 17.
d. Talak Bid’i adalah talak yang dilarang, yaitu talak yang dijatuhkan terhadap isteri
pada saat isteri sedang haid atau isteri dalam keadaan suci tetapi sudah dicampuri pada waktu suci tersebut.
20
2. Khulu’
Talak Khulu’ atau talak tebus adalah bentuk perceraian atas persetujuan suami
isteri yaitu dengan jatuhnya talak satu dari suami kepada isteri dengan tebusan harta atau uang dari pihak isteri yang menginginkan cerai dengan
khulu’ tersebut.
21
Dasar kebolehan talak khulu’ terdapat dalam surat Al-Baqarah ayat 229:
Artinya:‖Talak yang dapat dirujuki dua kali. Setelah itu boleh rujuk lagi dengan cara yang ma’ruf atau menceraikan dengan cara yang baik. Tidak halal bagi
kamu mengambil kembali sesuatu dari yang Telah kamu berikan kepada mereka. Kecuali kalau keduanya khawatir tidak akan dapat menjalankan
hukum-hukum Allah. Jika kamu khawatir bahwa keduanya suami isteri tidak dapat menjalankan hukum-hukum Allah, Maka tidak ada dosa atas
keduanya tentang bayaran yang diberikan oleh isteri untuk kamu melanggarnya. Barang siapa yang melanggar hukum-hukum Allah mereka
Itulah orang-
orang yang zalim‖. [Q.S. Al-Baqarah: 229]
22
20
Inpres No 1 tahun 1974 Tentang Kompilasi Hukum Islam KHI Departemen Agama, pasal2
21
Syayuti Talib, Hukum Keluarga Indonesia, jakarta: UI Pres, 1974, cet ke 2, hal 115
22
Quraish, Shihab. Tafsir Al-Misbah, Kesan-Kesan dan Keserasian Al-Qur`an, Jakarta:Lentera Hati, 2002hal. 492. vol.1