BMT Ta’awun melakukan monitoring kepada pengusaha yang merupakan nasabah pembiayaan mudharabahnya. Kegiatan ini
dilakukan dalam bentuk pemeriksaan atau pemantauan terhadap biaya, apakah biaya yang dihabiskan sudah dilakukan dengan
seefisien mungkin. Ini perlu dilakukan karena perhitungan bagi hasilnya menggunakan profit and lost sharing. Dan pada
pembiayaan mudharabah
yang hitungan
bagi hasilnya
menggunakan revenue sharing, maka monitoring tetap dilakukan pada aktifitas bisnis nasabah untuk menghindari kerugian. Setiap
perkembangan yang terjadi dicatat oleh BMT Ta’awun untuk kemudian dievaluasi dan dinilai seberapa jauh keberhasilan yang
telah dicapai oleh nasabahnya.
C. Kriteria Usaha yang Didampingi
BMT Ta’awun merupakan salah satu lembaga mikro yang cukup besar. Hingga tahun 2009 aset BMT Ta’awun mencapai Rp. 4.366.505.695,- dengan
realisasi pembiayaan sebesar Rp. 4.398.781.000,-. Dari jumlah pembiayaan yang terealisasi tersebut porsi pembiayaan mudharabah dan musyarakah adalah kurang
dari Rp. 200.000.000,- Kebanyakan pembiayaan yang dilakukan adalah murabahah sedang sisanya adalah ijaroh dan qord. Dan pada tahun 2010 jumlah
realisasi pembiayaan ini meningkat.
Tabel 3.1 Plafon Produk Pembiayaan
TAHUN PLAFON
PLAFON
MURABAHAH MUDHAROBAH
MUSYAROKAH IJARAH
QORD
2009 Rp.4.398.781.000
Rp.3.934.443.000 Rp .130.000.000 Rp. 35.000.000
Rp. 285.850.000 Rp.13.488.000
2010 Rp.8.225.772.500
Rp.7.119.642.200 Rp. 254.165.800 Rp. 36.200.000
Rp. 810.003.500 Rp. 5.761.000
Kenaikan 53,4
55,2 51
68 21,6
32,9
Sumber: BMT TA’AWUN
Perputaran keuangan yang sangat cepat ini harus diimbangi dengan manajemen yang baik dalam rangka mengurangi resiko yang dapat saja terjadi.
Salah satu usaha yang dilakukan untuk meminimalisasi resiko adalah melakukan pendampingan pada usaha mikro yang dibiayai.
Hingga bulan Januari 2011 tercatat ada 16 pembiayaan mudharabah dengan total plafon sebesar Rp. 344.165.800,-. Semua pembiayaan tersebut didampingi
oleh pihak BMT Ta’awun dengan memenuhi syarat sebagai berikut:
47
1. Usaha Karyawan Test Case Product
Pembiayaan mudharabah awalnya diberikan pada karyawan BMT, ini adalah sebagai bentuk test case product sebelum nantinya dilakukan
pembiayaan mudharabah pada pihak luar atau masyarakat sekitar. Pembiayaan ini ini selalu dipantau oleh pihak BMT Ta’wun. Setiap
perkembangan dicatat dan dievaluasi oleh BMT. Pendampingan yang dilakukan pada usaha milik karyawan BMT Ta’awun sendiri akan lebih
mudah dilakukan. Karena dapat setiap saat meantau perkembangan yang terjadi pada usaha karyawan BMT yang dibiayai.
2. Usaha yang bukan temporary Continue
Usaha yang didampingi haruslah usaha yang sifatnya berkesinambung, bukan usaha sementara, mengingat ada beberapa tahapan yang dilakukan
dalam pendampingan. Pola pendampingan yang sifatnya monitoring
47
Hasil Wawancara pribadi dengan Bagian Marketing BMT Ta’awun, Bpk. Irwansyah. Tanggal 17 Desember 2010
laporan keuangan harus dilakukan pada usaha yang terus mnerus. Usaha yang sifatnya temporary hanya dilakukan pada waktu tertentu dan tidak
memungkinkan untuk dimonitoring secara terus menerus. 3.
Pendanaan yang sesuai dengan apa yang dimiliki BMT usaha mikro. Pembiayaan BMT Ta’awun yang sebagian besar digulirkan pada
pembiayaan murabahah, ijaroh dan selebihnya pada musyarakah dan mudharabah. Jika dibandingkan dengan bank maka jumlah pembiayaan
yang digulirkan jauh leih sedikit, segmentasinya pun hanya pada pengusaha menengah ke bawah. Karenanya BMT Ta’awun hanya
memberikan pendampingan pada usaha yang dibiayai dengan akad mudharabah yang kebanyakan merupakan usaha mikro.
4. Mudharib bekerjasama kooperatif dan bertanggung jawab dalam
akuntabilitas laporan. Pembiayaan mudharabah digulirkan dengan studi kelayakan pembiayaan.
Karakter mudharib sangat mempengaruhi pada digulirkan atau tidaknya suatu pembiayaan. Tercapainya target dan tujuan dari pendampingan
sangat dipengaruhi juga oleh karakter mudharib. Pendampingan yang dilakukan pada pembiayaan mudharabah akan berjalan lancar dan
maksimal dengan karakter mudharib yang bertanggung jawab. 5.
Usaha informal yang minim manajemen Tujuan utama dari pedampingan adalah sebagai pemberdayaan dan
penguatan. Usaha-usaha kecil menengah kebawah yang mendominasi
usaha di Indonesia adalah sasaran utama dari pendampingan. Usaha- usaha ini kebanyakan bersifat informal yang minim manajemen.
Manajemen yang berlaku bersifat sangat tradisional dan tidak terstruktur. Pendampingan dilakukan untuk membuat manajemen mereka lebih
teratur yang akhirnya dapat memperkuat dan meningkatkan kinerja.
D. Biaya Operasional yang disebabkan Adanya Pendampingan