Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pembelajaran

Lingkungan masyarakat dan teman-teman sepermainan di sekitar tempat tinggal siswa. Syah menjelaskan bahwa kondisi masyarakat di lingkungan kumuh yang serba kekurangan dan anak-anak pengangguran, misalnya akan sangat mempengaruhi aktifitas belajar siswa karena mereka tidak menemukan teman belajar atau berdiskusi. Lingkungan yang mempengaruhi kegiatan belajar adalah orang tua dan keluarga siswa itu sendiri, sifat-sifat orang tua, praktek pengelolaan keluarga, ketegangan keluarga dan letak demokrasi keluarga letak rumah semua akan memeberikan dampak baik atau buruk terhadap kegiatan belajar dan hasil yang dicapai siswa, sedangkan yang terakhir adalah faktor lingkungan sekolah di mana siswa itu dididik. 17 Sedangkan Alisuf Sabri menambahkan faktor-faktor yang mempengaruhi belajar yaitu: a. Faktor- Faktor Instrumental faktor instrumental ini terdiri dari gedungsarana fisik kelas, saranaalat pengajaran, media pengajaran, guru dan kurikulummateri pelajaran serta strategi belajar mengajar. b. Faktor- Faktor Kondisi Internal Siswa Faktor kondisi siswa diuraikan atas dua macam yaitu kondisi fisiologis siswa dan kondisi psikologis siswa. Faktor kondisi fisiologis siswa terdiri dari kondisi kesehatan dan kebugaran fisik dan kondisi panca inderanya terutama pengelihatan dan pendengarannya. Adapun faktor psikologis adalah faktor minat, bakat, intelegensi, motivasi dan kemampuan- kemampuan kognitif, kemampuan persepsi dan dasar pengetahuan yang dimiliki siswa. 18 17 Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2002, cet ke- 7, h. 135. 18 M. Aliusuf Sabri, Psikologi Pendidikan Berdasarkan Kurikulum Nasional, Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1995, h. 59- 60. Setelah melihat penjelasan diatas maka penulis dapat menyimpulkan bahwa faktor yang mempengaruhi belajar ada tiga yaitu faktor internal dan eksternal serta faktor instrumental yang berupa gedung sekolah, media yang digunakan, kurikulum serta strategi dalam mengajar.

3. Pengertian Aqidah Akhlak

Dalam pendidikan formal, aqidah akhlak menjadi salah satu mata pelajaran yang merupakan rumpun mata pelajaran Pendidikan Agama Islam yang secara etimologi kata “Akhlak”. Kata aqidah berasal dari bahasa arab yaitu aqoda yang berarti kepercayaan atau keyakinan. 19 Dr. Ibrahim Muhammad membagi pengertian aqidah kepada tiga tahap perkembangan makna, yaitu sebagai berikut: 1 Tahap pertama, kata aqidah diartikan dengan: tekad yang bulat al-Azmul Muakkad, mengumpulkan al- jam’u, niat an-Niyah, menguatkan perjanjian at-tautsiq lil uqud, dan sesuatu yang diyakini dan dianut oleh manusia, baik itu benar atau batil ma yadiimu al-insan sawaun kaana haqqan au bathilan. 2 Tahap kedua, perbuatan hati, disinilah aqidah mulai diartikan sebagai perbuatan hati sang hamba. 3 Tahap ketiga, disini aqidah telah memasuki masa kematangan dimana ia telah terstruktur sebagai displin ilmu dengan ruang lingkup permasalahan tersendiri. Inilah tahap kemapanan dimana aqidah didefinisikan sebagai “ilmu tentang hukum-hukum syariat dalam bidang aqidah yang diambil dari dalil-dalil yaqiniyah mutlak dan menolak subhat serta dalil-dalil khilafiyah yang cacat. 20 Dalam Islam aqidah adalah pokok kepercayaan yang harus diyakini kebenarannya oleh semua orang Islam, berdasarkan dalil-dalil aqli dan dalil naqli serta bersih dari kebimbingan dan keraguan. Pokok-pokok kepercayaan itu meliputi iman kepada Allah, malaikat, kitab, rasul, dan hari akhir. 19 Ahmad Warson Munawir, Kamus Al-Munawir Bahasa Arab Indonesia. Surabaya: Pustaka Progresif, 1997, h. 1024 20 Ibrahim Muhammad bin Abdullah al-Buraikan, Pengantar Study Aqidah Islam, Jakarta: Robbani press, 2000, Cet ke II, h.4-5 Sedangkan pengertian akhlak menurut etimologi, kata akhlak berasal dari bahasa Arab, adalah bentuk jamak dari kata “khuluq” khuluq berarti “perangai”. 21 Secara terminology, kata akhlak mempunyai beberapa pengertian, menurut ibn Maskawih “akhlak adalah keadaan jiwa yang mendorong untuk melakukan perbuatan tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan. 22 ي ر ا ر فريغ م ل عف ىل يع سف ل ح ه قل ل Menurut Ahmad Amin “akhlak adalah kehendak yang dibiasakan maksudnya, jika kehendak tersebut membiasakan sesuatu, maka kebiasaan itu disebut akhlak. 23 Di dalam buku Ihya Ulumuddin di jelaskan bahwa Al-Khalqu artinya: ciptaan, makhluk dan Al-Khuluqu artinya: budi pekerti itu adalah dua ibarat yang dipergunakan bersama-sama. Diucapkan, fulan itu bagus ciptaannya dan budi pekertinya. Yang dimaksudkan dengan Al-Khalqu adalah bentuk lahiriyah dan yang dimaksudkan dengan Al-Khuluqu adalah bentuk batiniyah. Yang demikian itu karena manusia terdiri dari jasad yang dapat dilihat oleh mata dan dari ruh dan jiwa yang dapat dilihat dengan penglihatan hati. 24 Menurut Al-Ghazali sebagaimana dikutip oleh Moh Ardani dalam buku Al- Qur‟an dan Sufisme Mangkunegara IV, akhlak ialah ج حريغ مرسي ل سب عفا ر صت ع س ر سف ل ىف يه ع ر ع قل ل اقع ح ل لي جل عفا ع ر صت ثيحب ي ل ت ك ف ي ر ا ر ف ىل سح قلخ ي ل كلت تي س عرش ي ل تي س حي قل عفا ع ر صل ك يس قلخ ر ص ل ىتل 21 Mahmud Yunus, Kamus Arab Indonesia. Jkarta : Yayaysan Penyelenggaraan Penerjemah atau Penafsiran Al- Qur‟an, 1998, Cet ke II, h.4-5 22 Abu Ali Ahmad Ibnu Miskawih, Menuju Kesempurnaan Akhlak, Terjemah Helmi Hidayat, Bandung:Mizan, 1994 H.56 23 Moh. Ardani, AL- qur’an dan Sufisme Mangkunegara IV, Yogyakarta: indra Bayu Grafika, 1998 cet ke-2 h, 271 24 Imam Al-Ghazali, ihya ulumuddin, semarang: CV, Assyifa 1994 cet 1, juz, 5, h, 107- 108 Artinya: khuluq jama’nya akhlak ialah ibarat keterangan tentang keadaan dalam jiwa yang menetap didalmnya dari padanya terbit perbuatan- perbuatan dengan gampang dan mudah, tanpa memerlukan pada pemikiran dan penelitian. Kalau keadaan itu, dimana terbit padanya perbuatan-per buatan terpuji menurut akal dan syara’, keadaan itu dinamai akhlak yang baik. Dan kalau yang terbit itu perbuatan- perbuatan yang jelek, keadaan yang menerbitkannya dinamakan akhlak yang buruk. 25 Definisi-definisi yang telah di sebut diatas memperlihatkan bahwa akhlak adalah suatu keadaan yang tertanam dalam jiwa berupa keinginan kuat yang melahirkan perbuatan secara langsung dan berturut-turut tanpa memerlukan pemikiran-pemikiran. Keadaan jiwa itu, adakalanya merupakan sifat alami t habi‟i yang didorong oleh fitrah manusia untuk melakukan suatu perbuatan atau tidak melakukannya seperti rasa takut dan sebagainya. Sedangkan yang dimaksud dengan pengertian mata pelajaran aqidah akhlak adalah sub mata pelajaran pada jenjang Pendidikan Dasar yang membahas ajaran Agama Islam dalam segi Aqidah dan Akhlak. Mata Pelajara Aqidah Akhlak juga merupakan bagian dari mata pelajaran Agama Islam yang memberikan bimbingan kepada siswa agar memahami, menghayati, meyakini kebenaran ajaran Islam, serta bersedia mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari. Dari berbagai teori sebagaimana dipaparkan, maka dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan mata pelajaran aqidah akhlak adalah sejumlah materi tentang hubungan antara manusia dengan Allah, hubungan manusia dengan manusia, hubungan manusia dengan alam lingkungannya yang diajarkan pada sekolah yang berciri khas Islam dengan tujuan agar peserta didik dapat mengetahui dan memahami serta mengamalkan sifat-sifat terpuji, mengetahui dan menjauhkan diri dari sifat-sifat tercela serta memahami masalah-masalah keimanan dan berakhlak terpuji terhadap Allah, sesama manusia dan merasa bertanggung jawab terhadap lingkungan hidup. 25 Moh. Ardani…..h, 270

4. Ruang Lingkup dan Pendekatan Pembelajaran Aqidah Akhlak di MTs

a. Ruang Lingkup Sasaran perbuatan manusia pada hakekatnya terbagi dua, yaitu: sasaran Vertical yang bersifat Ilahiyah dan sasaran horizontal yang beraspek sosiologis. Dari dua sasaran tadi berkembanglah menjadi berbagai aspek hubungan manusia dengan Tuhan melalui Ibadah, dan hubungan manusia dengan manusia melalui muamalah, adapun hubungan manusia dengan dirinya sendiri melalui penjagaan diri dan ada hubungan manusia dengan binatang atau mahluk Allah lainnya melalui pelestarian. Maka ruang lingkup pelajaran aqidah akhlak pun tidak terlepas dari sasaran perbuatan tersebut. Ruang lingklup pendidikan aqidah akhlak di Madrasah Tsanawiyah cakupan pembahasan kurikulumnya dan hasil belajar meliputi: 1. Hubungan Manusia dengan Allah. Hubungan ini disebut juga dengan hubungan vertical, yaitu hubungan antara manusia dengan khaliqnya yang mencakup dari segi aqidah, yang meliputi: Iman kepada Allah, Iman kepada Malaikat-malaikatNya, Iman kepada kitab-kitabNya, Iman kepada Rasul-rasulNya, iman kepada hari Akhir, iman kepada Qadha dan QadarNya. Banyak cara yang dapat dilakukan dalam beribadah kepada Allah. Diantaranya dengan tidak menyekutukan-Nya, taqwa kepada,Nya mencintai- Nya, takwa kepada-Nya, beribadah, meniru sifat-Nya, dan selalu berusaha mencari keridhaan-Nya. 2. Hubungan Manusia dengan sesama manusia. Materi yang dipelajari meliputi akhlaq dalam pergaulan hidup sesama manusia, kewajiban membiasakan berakhlaq yang baik terhadap diri sendiri dan orang lain, serta menjauhi akhlaq yang buruk. Anjuran melakukan sifat terpuji terhadap sesama manusia, antara lain: 1 Berbakti kepada Orang tua, yaitu membantu orang tua merasa senang dan bahagia atas perbuatan yang kita kerjakan. 2 Menghormati tetangga dan tamu.