Sejarah Singkat MTs’N Parung Bogor

25 Melati nur fajriani 24 Baik 26 Pedrik 10 kurang 27 Derriyan R.K 25 Baik 28 Ahmad F 20 Cukup 29 Andini maulida R 20 Cukup 30 Safitri R 24 Baik 31 Farihah M 25 Baik 32 Khoirul hakim 27 Baik 33 Anggit prastiwi G 20 Cukup 34 Amel 25 Baik 35 Nanda wigun agustia 10 kurang 36 Burhanudin 18 Cukup 37 Dini Safitri 24 Baik 38 Yusuf noval assidiq 30 Amat Baik 39 Mustaqim al farisi 26 Baik 40 Irma fatmawati 20 Cukup Keterangan 1. 40-30 : Amat Baik 2. 30-20 : Baik 3. 20-10 : Cukup 4. 10-0 : Kurang Tabel di atas memberikan informasi bahwa jumlah siswa yang berprilaku baik mendapat peringkat tertinggi dengan jumlah 24 yaitu 50 peringkat ke dua yaitu siswa yang berprilaku cukup dengan jumlah 12 siswa yaitu 30, dan peringkat ke tiga yaitu siswa yang berprilaku amat baik dan kurang dengan jumlah masing-masing 2 siswa yaitu 5. Gambaran prilaku siswa dapat mengindefikasikan bahwa tujuan pembelajaran aqidah akhlak sudah tercapai. Hal ini terlihat dari kemauan yang kuat untuk mengamalkan akhlak yang baik, dan menjauhi akhlak yang buruk, baik hubungan dengan Allah, dengan dirinya sendiri, dengan sesama manusia maupun dengan alam lingkungannya. Corak hubungan antara guru dengan murid atau antara murid dengan murid akan banyak mempengaruhi aspek-aspek kepribadian, termasuk nilai- nilai moral yang masih mengalami perubahan. Ajaran agama islam tegas menyuruh orang untuk menuntut ilmu, guna mengembangkan potensi-potensi yang ada, karena Allah SWT telah memberikan seperangkat alat yang dapat mendukung pendidikan. Pendidikan ini dapat diperoleh diantaranya melalaui pendidikan formal dalam hal ini adalah lingkungan sekolah. Lingkungan sekolah hendaknya dipandang tidak hanya tempat untuk menambah ilmu yang digunakan sebagai modal hidup dikemudian hari, akan tetapi juga sebagai tempat pembinaan sikap mental dan tingkah laku sosial yang baik Prilaku siswa dipengaruhi oleh faktor genetik dan faktor lingkungan. Faktor genetik merupakan bawaan atau turunan dari orang tuanya, kemudian faktor lingkungan yang merupakan kondisi seseorang di dalam rumah dan lingkungan terutama lingkungan sekolah dan masyarakat. Jika seseorang dibesarkan dalam rumah tangga yang bahagia, maka pola tingkah laku seseorang akan besifat baik, misalnya dalam pembentukan sifat. Sifat yang positif seperti ramah, gembira, sabar, toleran, mudah diajak kerjasama dengan orang lain, tidak egoistis dan memiliki rasa simpatik. Sebaliknya, jika seseorang dibesarkan dalam keluarga yang tidak bahagia, sukar diharapkan orang tersebut menumbuhkan kepribadian yang positif. Kemungkinan besar orang itu akan bersifat egoistis, tingkat toleransinya rendah, memandang dunia sekelilingnya dengan perasaan curiga dan mudah memperlakukan orang lain dengan sikap yang antipati. Oleh karena itu peran orang tua sangat penting sekali di mana orang tua harus bisa menciptakan keadaan yang kondusif agar anak bisa berkembang dalam suasana ramah, ikhlas, jujur dan kerjasama yang diperhatikan masing-masing anggota keluarga dalam hidup mereka setiap