9
mengkaji lebih jauh tentang “Dilema Badan Kehormatan BK DPR RI Sebagai Penegak Etika Anggota Dewan dan Kepentingan studi kasus video pornografi
Karolina Margaret Natasa dan kasus upaya pemerasan BUMN.
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
Adapun perumusan masalah yang akan penulis kaji adalah: 1.
Bagaimanakah penanganan kasus pelanggaran kode etik anggota dewan oleh BK DPR khususnya kasus video pornigrafi Karolina
Margaret Natasa dan kasus upaya pemerasan Badan Usaha Milik Negara BUMN?
2. Apakah BK dalam penanganan kasus video pornografi Karolina
Margaret Natasa dan kasus upaya pemerasan Badan Usaha Milik Negara BUMN mengalami dilema?
C. Tujuan dan Manfaat penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk memahami dan mengetahui secara lebih dalam mengenai:
1. Fungsi, tugas dan wewenang Badan Kehormatan DPR RI.
2. Untuk melihat lebih jauh bagaimana penanganan kasus pelanggaran kode
etik anggota dewan. Sedangkan manfaat penelitian ini adalah:
1. Dapat mengetahui fungsi, peran, tujuan dan kinerja Badan Kehormatan
DPR dalam menegakkan kode etik anggota dewan.
10
2. Untuk manfaat akademik yaitu, mengembangkan dan menambah khasanah
ilmu politik terutama dalam kajian kelembagaan terkhusus lembaga penegak etik yaitu, Badan Kehormatan DPR.
D. Tinjauan Pustaka
Penulis tidak menemukan tinjauan pustaka dalam bentuk buku mengenai Badan Kehormatan DPR. Penulis menemukan sebuah artikel yang membahas
mengenai Badan Kehormatan dan UU yang mengaturnya, yaitu UU No. 4 Tahun 1999, UU No. 22 Tahun 2003 beserta Tartib DPR 2004 dan UU yang terbaru UU
No. 27 Tahun 2009 beserta Peraturan DPR Tahun 2011 mengenai skema tata beracara BK DPR.
Pada artikel yang penulis temukan yaitu “Penguatan Fungsi Pengawasan Badan Kehormatan DPR RI” yang ditulis oleh Ibrahim Z. Fahmy Badoh, seorang
peneliti dari Indonesia Corruption Watch ICW. Artikel ini membahas mengenai penguatan Badan Kehormatan DPR yang diangap tidak menjalankan fungsinya
sebagai mana penegak etika anggota dewan. Membahas juga mengenai saran untuk Badan Kehormatan DPR untuk lebih tegas dan tanpa pandang pilih untuk
menegakkan kode etik angota dewan. Pada UU No.4 Tahun 1999 ini, BK DPR tidak disebutkan secara jelas. Pada
pasal 37, BK DPR dimasukkan kedalam panitia-panitia yang lain ayat 3 atau yang bersifat sementara. Beralih ke UU No. 22 Tahun 2003, UU ini membahas
mengenai peraturan susunan dan kedudukan SUSDUK MPR, DPR, DPD dan DPRD tingkat I dan II. Pada UU ini BK DPR menjadi alat kelengkapan DPR yang
bersifat tetap dan peraturan lebih jauh mengenai skema tata cata beracara BK
11
DPR diatur pada tartib DPR Tahun 2004. UU mengenai SUSDUK yang terbaru yaitu UU No. 27 Tahun 2009 dan tartib DPR dan peraturan DPR No.2 Tahun
2011 juga membahas mengenai Skema Tata Beracara BK DPR.
E. Metodologi Penelitian