73
3. Sanksi Kasus Upaya Pemerasan
Setelah melakukan pemanggilan dan pemeriksaan, akhirnya BK memberikan hasil final dari kasus upaya pemerasan BUMN. Dalam pemeriksaan
yang dilakukan BK terungkap telah terjadi pertemuan di luar gedung DPR antara direksi BUMN dengan anggota dewan. PT. PAL misalnya, mengakui telah
melangsungkan beberapa pertemuan pada bulan Maret, Juli dan Agustus. Sedangkan PT. Garam melaporkan pertemuan diluar agenda resmi DPR itu tejadi
pada bulan Maret. Dari hasil penyelidikan yang dilakukan BK, terdapat beberapa fakta yang
terungkap. Pada kasus dugaan pemerasan yang dilakukan Sumaryoto, BK mencatat setidaknya ada sekitar tiga kali pertemuan di luar forum resmi DPR yang
dilakukan Sumaryoto seorang diri dengan direksi Merpati. Direksi Merpati mengaku saat itu dimintai jatah oleh Sumaryoto terkait penyertaan modal negara
PMN Merpati tahun 2012 sebesar Rp 200 miliar. Namun, hal ini dibantah Sumaryoto yang menuding bahwa direksi Merpati yang menginisiasi pertemuan-
pertemuan di luar DPR itu. Sumaryoto juga menuturkan dirinya ketika itu hanya aktif menanyakan soal business plan dirut Merpati yang baru sebagai bentuk
kecintaannya terhadap Merpati. Sementara itu, dalam kasus dugaan pemerasan yang dilakukan lima anggota
Komisi XI pada pertemuan 1 Oktober 2012 dengan direksi Merpati, juga terjadi perbedaan pandangan. Direksi Merpati mengaku ada salah seorang anggota DPR
yang sempat menanyakan komitmen terkait PMN Merpati. Pada pertemuan 1 Oktober itu, hanya ada dua orang anggota DPR yang aktif berbicara. Mereka
74
adalah Wakil Ketua Komisi XI dari Fraksi PKS Zulkieflimansyah dan anggota Komisi XI dari Fraksi Partai Demokrat Achsanul Qosasi. Namun, lagi-lagi
tudingan Merpati kembali dibantah para anggota Komisi XI yang mengaku pertemuan hanya membahas business plan.
Adapun dalam kasus dugaan pemerasan yang dilakukan Idris Laena, BK menemukan adanya pertemuan lebih dari 20 kali yang dilakukan Laena dengan
direksi PT PAL Indonesia dan satu kali dengan direksi PT Garam. Laena mengakui adanya pertemuan-pertemuan itu, tetapi ia juga membantah disebut
memeras. Untuk mengambil keputusan final dari kasus upaya pemerasan BUMN ini BK menggelar rapat diluar gedung DPR. BK menggelar rapat tertutup yang
akan diadakan di Wisma DPR Griya Sabha Kopo Puncak Bogor pada Rabu 5 Desember 2013 pukul 19:00 WIB. Setelah melakukan penelusuran selama hampir
satu bulan, BK akhirnya memutuskan ada empat anggota Dewan yang melanggar kode etik. Dua orang di antaranya mendapat sanksi sedang, sedangkan dua orang
lainnya mendapat sanksi ringan. Hasil itu didapat setelah menelusuri tiga kasus dugaan pemerasan yang dilakukan anggota DPR terhadap direksi BUMN.
Jum’at 4 Desember 2013, Pimpinan DPR membacakan hasil keputusan Badan Kehormatan terkait kasus dugaan pemerasan terhadap direksi badan usaha
milik negara BUMN pada rapat paripurna. Beberapa anggota dewan yang tak terbukti melakukan upaya pemerasan BUMN dilakukan rehabilitasi. Pembacaan
nama-nama anggota dewan yang direhabilitasi itu dilakukan Marzuki sesaat sebelum memulai agenda rapat paripurna, yakni pengesahan tujuh Undang-
75
Undang Daerah Otonom Baru DOB dan pidato penutupan masa sidang tahun 2012
36
. Mereka adalah Linda Megawati F-PD, Saidi Butar-butar F-PD, I Gusti
Agung Wirajaya F-PDIP, M Hatta F-PAN dinyatakan tidak terbukti melanggar kode etik DPR. para politisi itu tidak terbukti melanggar Undang-Undang tentang
MPR, DPR, dan DPD MD3 Pasal 39 ayat 2 terkait kode etik dan tata acara. Anggota-anggota tersebut diberikan rehabilitasi. Sedangkan empat anggota DPR
sisanya yang mendapatkan sanksi ringan adalah Zulkiflimansyah F-PKS dan Achsanul Qasasi F-PD. Idris Lena F-PG dan Sumaryoto F-PDIP
mendapatkan sanksi sedang
37
. Selama ini produk sanksi BK tidak bisa keluar dari UU No.27 Tahun 2009
tentang MD3, Peraturan DPR RI No.1 Tahun 2009 mengenai Tata-tertib DPR, Peraturan DPR RI No.1 Tahun 2011 tentang Kode Etik, dan Peraturan DPR RI
No.2 Tahun 2011 mengenai Tata Beracara BK. Sidang pelanggaran kode etik DPR yang tertutup demikian membuat rakyat menduga BK DPR hanya
“bersidang-sidangan” untuk menutupi kejelekan etik angggota dewan. BK seharusnya memposisikan diri bukan lagi bagian dari partai politik di DPR, karena
kedudukan anggota partai politik di dalam tubuh BK sangat rentan dibajak oleh pihak parpol yang anggotanya bermasalah di BK.
36
http:nasional.kompas.comread2012120613593284Tak.Ada.Sanksi.Berat.untuk.An ggota.DPR.Pelanggar.Etika. diakses pada 27 September 2013.
37
www.dpr.go.idberita.bkBK.Putuskan.empat.anggota.dewan.diberi.sangsi.Diakses pada 27 September 2013.
76
C. Dilema Badan Kehormatan DPR