22
organisasi yang lemah lessweak organized. Demikian juga dengan intitusi dikatakan kuat more institutionalized jika dapat berjalan dengan baik, well
enforeced, respected, dan effective. Dan, dikatakan institusi yang lemah, kurang melembaga less institutioalized jika menunjukan keadaan sebaliknya
10
. Berangkat dari teori inilah kita bisa melihat BK sebagai organisasi penegak
etik anggota dewan. Berdasarkan beberapa teori yang dikemukan oleh ahli tersebut, penulis mencoba untuk melakukan sebuah penelitian yang berlandaskan
pada teori dengan berupaya melakukan sinkronisasi hipotesis penulis terhadap teori-teori tersebut, terkhusus mengenai lembaga penegak etika seperti Badan
Kehormatan DPR.
B. Teori Etika Politik
Dalam tradisi pemikiran politik, etika dipahami sebagai sebuah refleksi kritis dan rasional mengenai nilai dan norma moral yang menentukan dan
terwujud dalam sikap dan pola perilaku hidup manusia, baik secara pribadi dan maupun secara kolektif
11
. Pada tataran yang lain, etika juga dipahami sebagai
sebuah landasan normatif yang meliputi segala perbuatan yang timbul dari orang yang melakukannya, sehingga ia menyadari apa yang ia perbuat
12
.
10
Uphoff, Norman.T. Building Partnership with Rural Institutions in Developing Local Capacity for Agricultural R D. In Capacity Development for Participatory Research.
International Potato Center. Los Banos, Philippines. 2002 dalam Aceng Hidayat Modul Kelembagaan Ekonomi. IPB.
11
Burhanuddin Salam. Etika Sosial dan Asas Moral dalam Kehidupan Manusia. Jakarta. PT Rineka Cipta. 2002. 1.
12
Neneng Nur Awaliah. Etika Politik: Pemikiran Komarrudin Hidayat. Jakarta. 2012. 16.
23
Tujuan etika politik adalah mengarahkan kehidupan politik yang lebih baik, baik bersama dan untuk orang lain, dalam rangka membangun institusi-institusi
politik yang adil. Etika politik membantu untuk menganalisa korelasi antara tindakan individual, tindakan kolektif, dan struktur-struktur politik yang ada.
Penekanan adanya korelasi ini menghindarkan pemahaman etika politik yang diredusir menjadi hanya sekadar etika individual perilaku individu dalam
bernegara. Dalam penulisan landasan teori mengenai etika politik penulis akan menjelaskan etika legislatif.
B.1 Etika Legislatif
Pelanggaran etika mayoritas terjadi di wilayah legislatif, karena di area politik tersebut banyak menyangkut kepentingan dari sekelompok orang maupun
partai, meskipun seseorang atau kelompok partai memperjuangkan suatu kebenaran atau keadilan. Para legislator menghadapi konflik antara kewajiban
demi kebaikkan orang-orang tertentu kolega, partai dan kewajiban demi kebaikkan publik atau konsituennya. Dibandingkan dengan para administrator dan
pejabat eksekutif, para legislator menikmati lebih banyak independensi dari kolega mereka. Para legislator sama sekali tidak bisa membuat keputusan UU
tanpa kerja sama kolega mereka. Hubungan mereka lebih kolegial daripada hubungan hirarkis yang biasa ada di eksekutif
13
. Masalah etika legislatif jauh berbeda dengan jenis etika yang berorientasi
pada peran, yakni etika profesi. Khususnya hukum dan kedokteran. Salah satu perbedaannya adalah legislator tidak mengontrol orang untuk menjadi legislator,
13
Dennis Thompson. Etika Politik Pejabat Negara, ed: Terjemahan. Jakarta. Yayasan obor Indonesia. 2002.141-140.
24
tidak mengatur pendidikan dan perizinan orang yang akan menjadi anggota legislatif pada peroide berikutnya. Berbeda dengan etika profesi seperti etika
kedokteran yang menerapkan kode etik bagi tiap calon dokter. Dennis F Thompson
14
dalam Political Ethics and Public Office yang dialih bahasakan menjadi Etika Politik Pejabat Negara menulis, setidak-tidaknya ada
tiga pendekatan untuk mengetahui etika legislatif anggota dewan. Pertama, etika minimalis. Etika ini memerintahkan diharamkannya beberapa tindakan yang
buruk, semisal korupsi, dengan membuat aturan internal objektif yang berlaku bagi anggota dewan. Contoh penerapan etika minimalis di tubuh dewan adalah
dibentuknya aturan tata tertib dan kode etik yang diterbitkan di internal parlemen serta dibentuknya sebuah badan kehormatan.
Kedua, etika fungsionalis. Thompson mencatat, etika fungsionalis menawarkan basis fungsional bagi para legislator. Etika tersebut mendefinisikan
tugas bagi anggota dewan dalam lingkup fungsi mereka sebagai wakil rakyat. Anggota dewan mesti paham kenapa mereka dipilih dan untuk apa mereka duduk
di kursi dewan perwakilan. Dalam pesta demokrasi yang baru saja digelar, potensi calon legislator maupun legislator yang mengalami gangguan jiwa lebih besar di
banding periode sebelumnya. Penyebabnya, mereka masih mempersepsikan menjadi anggota legislatif sebagai suatu pekerjaan dan mata pencaharian. Anggota
dewan belum mampu menempatkan diri bahwa menjadi legislator adalah amanah, bukan pekerjaan. Jika ditempatkan sebagai pekerjaan, tentunya mereka akan
bekerja kepada siapa saja yang mampu bayar tinggi. Akibatnya, mudah sekali
14
Dennis Thompson. Etika Politik Pejabat Negara, ed: Terjemahan. 142.
25
uang haram korupsi yang berupa ”sumbangan”, ”bantuan”, atau apa pun namanya, masuk ke gedung dewan
15
. Ketiga, etika rasionalis. Fondasi rasional menyandarkan para legislator,
setidaknya, harus bertugas pada prinsip-prinsip hakiki politik, seperti keadilan, kebebasan, atau kebaikan bersama bonum commune. Berdasarkan pendekatan
etika rasionalis, maka anggota legislatif diharamkan bertindak memperkaya diri dengan melawan hukum, baik atas nama kepentingan pribadi, golongan, maupun
partainya. Ssaat anggota dewan telah duduk di kursi parlemen, maka tuan mereka bukan lagi partai, bukan pula petinggi partai, melainkan rakyat dan konstituen.
Atas tiga pendekatan etika legislatif legislator tersebut, maka kebijakan untuk memberikan dana purna tugas atau uang pesangon wajib dikoreksi ulang
periode kedepan dan selanjutnya diurungkan, khususnya di tengah kondisi rakyat yang masih serba sulit seperti sekarang. Hal ini penting dilakukan untuk tetap
menjaga sikap etis anggota dewan. Meminimalisasi segala perilaku dan kebijakan yang tidak familiar di mata masyarakat
16
. Dalam dunia politik jadilah cerdik seperti ular namun etika menambahkan
jadilah seperti merpati yang tulus. Immanuel Kant mengatakan bahwa ular dan merpati dapat hidup berdampingan dan selanjutnya bahwa merpatilah yang akan
menang, namun seorang filsuf mengatakan lain “ular dan merpati akan berbaring bersama, tetapi merpati akan sulit untuk tidur”.
15
Hifidzi Alim. Merumuskan Etika Legislatif. Dalam www.suaramerdeka.com
. Diakses pada 28 Mei 2013.
16
Hifidzi Alim. Merumuskan Etika Legislatif. Dalam www.suaramerdeka.com
. Diakses pada 28 Mei 2013.
26
Etika legislatif mungkin jika tuntutan-tuntuannya diinterprestasikan dalam konteks proses legislator. Tuntutan-tuntuan itu membatasi perilaku legislator,
tetapi tidak dengan cara mencegah mereka menjalankan peran mereka sebagai wakil rakyat
17
.
17
Dennis Thompson. Etika Politik Pejabat Negara, ed: Terjemahan. Jakarta. Yayasan obor Indonesia. 2002.183.
27
BAB III BADAN KEHORMATAN DPR DALAM PARLEMEN INDONESIA