commit to user dan lebih lama membekas karena siswa dilibatkan dalam proses
menemukannya. Sementara itu kekurangannya adalah sebagai berikut:
a. Untuk materi tertentu, waktu yang tersita lebih lama. b. Tidak semua siswa dapat mengikuti pelajaran dengan cara ini. Beberapa
siswa masih terbiasa dengan metode ceramah. c. Tidak semua topik cocok disampaikan dengan model ini. Umumnya
topik-topik yang berhubungan dengan prinsip dapat dikembangkan dengan model penemuan terbimbing.
Markaban, 2008:18-19
3. Model Pembelajaran Kooperatif Cooperative Learning
Woods dan Chen 2010: 1 menyatakan “cooperative learning is an instructional in which students work together toward a common goal”. Hal
ini sejalan dengan pendapat Ozkan 2010:505 bahwa pembelajaran kooperatif adalah “a learning approach in which students in small mixed
groups try to achieve the aim of the groups at a classroom environment and help each other to learn, and which the groups success is awarded”.
Sehingga pembelajaran kooperatif merupakan proses pembelajaran dimana siswa-siswa bergabung dalam kelompok kecil dan masing-masing siswa
belajar satu sama lain sehingga kelompoknya dapat meraih keberhasilan. Model pembelajaran kooperatif terdiri dari kelompok-kelompok
commit to user kecil antara 4 sampai 6 siswa untuk mencapai tujuan bersama seperti yang
dinyatakan Slavin dalam Ozkan 2010:504 “cooperative learning covers learning methods in which students work in small groups generally 4 - 6
students”. Lebih lanjut Johnson Johnson 1994:1 mengungkapkan bahwa dalam pembelajaran ini siswa berada dalam satu meja untuk bekerja
sama, tetapi bebas berbicara satu samalain untuk mendiskusikan pekerjaannya.
Penjelasan para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif yaitu pembelajaran dengan kelompok-kelompok kecil 4-6 siswa
yang memungkinkan siswa berdiskusi, berinteraksi, memecahkan masalah, dan melaksanakan kewajibannya dalam kelompok sesuai tugasnya masing-
masing untuk mencapai tujuan bersama. Terdapat lima kondisi yang mendukung terciptanya pembelajaran
kooperatif, antara lain: a. Bebas berdiskusi dan berpendapat dalam kelompok.
b. Interaksi dengan bertatap muka satu sama lain. c. Bertanggung jawab baik secara individu maupun kelompok untuk
mencapai tujuan kelompok d. Seringnya
penggunaan dari
relevan hubungan
antar pribadi
interpersonal dan small-group skill. e. Pengolahan kelompok yang berfungsi untuk memperbaiki efektivitas
commit to user kelompok.
Johnson Johnson, 1994: 1 Kondisi di atas sejalan dengan pendapat Rachmadi Widdiharto,
2004:13-14 yaitu antara lain sebagai berikut: a. Setiap anggota dalam kelompok harus merasa sebagai bagian dari tim
dalam tujuan bersama. b. Setiap anggota dalam kelompok harus merasa masalah yang mereka
pecahkan merupakan masalah kelompok. Berhasil atau gagal merupakan keberhasilan atau kegagalan kelompok.
c. Untuk pencapaian tujuan kelompok harus bicara atau diskusi satu sama lain.
d. Harus jelas bahwa setiap kerja individu dalam kelompok mempunyai efek langsung terhadap keberhasilan kelompok.
Menurut Kasturiarachi 2004:55 menyatakan terdapat tiga aspek inti pembelajaran kooperatif sehingga sukses dalam penerapannya pada
pembelajaran matematika, antara lain: a. Formatted interactive lecture leaves: mengadopsi pembelajaran aktif
untuk lingkungan belajar yang interaktif. b. Student projects: membuat proyek-proyek tugas pada masing-masing
kelompok siswa. c. Program for Excellent in Mathematics: yang didasarkan pada
pembelajaran kolaboratif untuk memotivasi siswa untuk bekerja lebih
commit to user baik.
Menurut Anderson, Mitchell, dan Osgood 2005:388 terdapat tujuh prinsip pembelajaran kooperatif antara lain:
a. Belajar dengan memahami pengetahuan baru dan pengetahuan baru akan terbentuk dari unsur atau prinsip kedisiplinan.
b. Pelajar menggunakan apa yang mereka ketahui untuk membangun dan memahami pengetahuan baru.
c. Belajar adalah alat atau strategi metakognitif yang meliputi mengidentifikasi, memonitor, dan mengatur proses-proses dari teori.
d. Pelajar mempunyai strategi berbeda, pendekatan, pola-pola dari kemampuan-kemampuan, dan gaya-gaya yang merupakan suatu fungsi
interaksi antara mereka dan pengalaman-pengalaman mereka pada masa lampau.
e. Motivasi pelajar untuk belajar dan mawas diri yang berpengaruh pada yang akan dipelajari, seberapa banyak yang dipelajari, seberapa banyak
usaha yang akan mendukung kegiatan pembelajaran. f. Praktek dan aktivitas di mana orang-orang terlibat selagi belajar bentuk
apa yang dipelajari g. Belajar dapat meningkat didukung oleh interaksi sosial.
Langkah-langkah dalam model pembelajaran kooperatif adalah sebagai berikut:
commit to user Tabel 2.2
Langkah-Langkah Model Pembelajaran Kooperatif Fase Indikator
Tingkah laku guru 1
Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa.
Guru menyampaikan tujuan pelajaran yang ingin dicapai dan memotivasi siswa.
2 Menyajikan informasi. Guru menyajikan informasi melalui
demonstrasi ataupun lewat bahan bacaan. 3
Mengorganisasikan siswa kedalam
kelompok-kelompok belajar.
Guru menjelaskan
kepada siswa
bagaimana caranya
membentuk kelompok belajar dan membantu setiap
kelompok agar melakukan transisi secara efisien.
4 Membimbing
kelompok bekerja dan belajar.
Guru membimbing kelompok-kelompok belajar saat mereka mengerjakan tugas.
5 Evaluasi.
Siswa mempresentasikan hasil kerja dan guru mengevaluasi hasil belajar tentang
materi yang telah dipelajari. 6
Memberikan penghargaan.
Guru mencari
cara-cara untuk
menghargai upaya atau hasil belajar individu atau kelompok.
Ismail, 2003: 21
commit to user Kelebihan dari pembelajaran kooperatif, antara lain:
a. Melatih siswa mengungkap atau menyampaikan gagasanidenya. b. Melatih siswa menghargai pendapat orang lain.
c. Menumbuhkan rasa tanggung jawab-sosial. Menurut
banyak keluhan-keluhan guru tentang pembelajaran kooperatif yang sudah dilakukan, diantaranya:
a. Pemborosan waktu; b. Siswa tidak dapat bekerjasama dengan teman secara efektif dalam
kelompok; c. Siswa yang rajin dan pandai merasa pembagian tugas dan penilaiannya
tidak adil; d. Siswa yang kurang pandai dan kurang rajin akan merasa minder
bekerjasama dengan teman-temannya yang lebih mampu; e. Terjadi situasi kelas yang gaduh.
Rachmadi Widdiharto, 2004:19-20
4. Model Pembelajaran Konvensional