saluran empedu mengangkut empedu sedangkan kandungan empedu menyimpan dan mengeluarkan empedu ke dalam usus halus sesuai kebutuhan Price dan
Wilson, 2005. Fungsi metabolisme hati yang lain adalah metabolisme lemak;
penimbunan vitamin, besi dan tembaga; konjugasi dan ekskresi steroid adrenal dan gonad, serta detoksifikasi sejumlah zat endogen dan eksogen. Fungsi
detoksifikasi sangat penting dan dilakukan oleh enzim hati melalui oksidasi, reduksi, hidrolisis, atau konjugasi zat-zat yang dapat berbahaya, dan
mengubahnya menjadi zat yang secara fisiologis tidak aktif Price dan Wilson, 2005. Untuk menjalankan fungsi tersebut, hati dilengkapi dengan sistem vaskuler
hepatika Guyton, 1983. Sistem vaskuler hepatika memungkinkan hati sebagai tempat utama metabolisme biotransformasi obat induk menjadi metabolitnya
Donatus, 1992. Hati yang normal mempunyai kapasitas cadangan yang besar untuk
melakukan fungsinya. Dalam keadaan normal, 80 bagian dari hati dapat dihentikan aktivitasnya tanpa harus mengurangi fungsinya Chandrasoma dan
Taylor, 1995.
B. Kerusakan Pada Hati
Kerusakan hati dapat berupa perlemakan hati, nekrosis, kolestatis dan sirosis hati Price dan Wilson, 2005.
1. Perlemakan hati
Perlemakan hati adalah penumpukan lemak lebih dari 5 pada organ hati. Penyebab perlemakan hati terdiri dari dua faktor utama. Pertama
berhubungan dengan peningkatan kadar asam lemak bebas dalam plasma yang terjadi akibat mobilisasi lemak dari jaringan adiposa atau dari hidrolisis
triasilgliserol lipoprotein oleh lipase sensitif hormone di jaringan ekstrahepatik. Pembentukan Very Low Density Lipoprotein VLDL tidak dapat mengimbangi
meningkatnya influx dan esterifikasi asam lemak bebas sehingga terjadi penumpukan triasilgliserol yang menyebabkan perlemakan hati. Kedua, karena
adanya penghambatan metabolik dalam produksi lipoprotein plasma sehingga terjadi penimbunan triasilgliserol Muray, Daryl, dan Victor, 2009.
2. Nekrosis hati
Nekrosis merupakan kematian sel hati yang ditandai dengan rusaknya struktur lobulus hati. Manifestasi dari toksikan yang berbahaya dapat
menimbulkan nekrosis. Perubahan biokimia yang terjadi bersifat kompleks dan berbagai hepatotoksikan bekerja melalui berbagai mekanisme. Mekanisme
terjadinya nekrosis diantaranya hepatotoksikan secara kovalen mengikat protein dan lipid tidak jenuh dan menyebabkan peroksidasi lipid Price dan Wilson,
2005. Nekrosis biasanya didahului oleh perubahan morfoligik sel-sel hati, seperti rusaknya inti sel, homogenisasi sitoplasma, dan pecahnya membran plasma Lu,
1995.
3. Kolestasis
Kolestatis merupakan kerusakan hati yang bersifat akut dan disebabkan karena aktifitas ekskresi empedu pada membran kanalikuli biliaris. Penyakit
kolestatis lebih jarang ditemukan dibandingkan dengan perlemakan hati dan nekrosis Lu, 1995.
4. Sirosis hati
Sirosis yaitu suatu keadaan berupa penggantian hepatosit yang rusak secara permanen oleh jaringan ikat. Sirosis ditandai dengan adanya septa kolagen
yang tersebar di sebagian besar hati. Peradangan hati yang berkepanjangan atau berulang umumnya berkaitan dengan alkoholisme kronik dapat menyebabkan
sirosis. Hepatosit memiliki kemampuan untuk beregenerasi cukup cepat untuk menggantikan sel-sel yang rusak Price dan Wilson, 2005.
Ada banyak tipe sirosis, berkaitan dengan berbagai sebab : portal, nutrisional, dan sirosis alkoholis. Kerusakan hati ini disebabkan oleh salah gizi,
kesenjangan protein makanan dan peminum berat pada periode yang panjang. Gejala permulaan tidak jelas, pada penderita sirosis biasanya mempunyai
gangguan lambung, kehilangan nafsu makan, gangguan pencernaan, mual, muntah, sembelit atau diare dan sakit perut berkepanjangan Cooper, 1996.
C. Hepatotoksin