Penentuan dosis hepatotoksin karbontetraklorida Penentuan waktu pencuplikan darah hewan uji

karena berdasarkan penelitian yang pernah dilakukan menunjukkan penyarian biji Persea americana Mill. dengan menggunakan cairan penyari metanol : air 70:30 dapat memiliki khasiat sebagai antioksidan. Dari penelitian tersebut diharapkan penyarian biji Persea americana Mill. dengan penyari metanol : air 70:30 juga memiliki efek sebagai hepatoprotektif. Parameter standarisasi ekstrak metanol-air biji Persea americana Mill. dilihat dari bobot tetap pengeringan yaitu selisih penimbangan 0,5 mg tiap gram zat sisa dari 2 penimbangan berturut-turut. Ekstrak dalam cawan ditimbang setiap satu jam hingga bobot tetap. Selisih bobot antara 2 penimbangan pada penetapan bobot tetap ekstrak metanol-air biji Persea americana Mill. sebesar 0 menunjukkan pelarut penyari ekstrak sudah tidak ada. Hasil menunjukkan bahwa sebanyak 200 g serbuk kering biji Persea americana Mill. menghasilkan 53,1 g ekstrak kental, dengan rendemen 26,55 .

B. Uji Pendahuluan

1. Penentuan dosis hepatotoksin karbontetraklorida

Pada penelitian ini digunakan karbontetraklorida sebagai hepatotoksin. Tujuan dari penentuan dosis hepatotoksin karbon tetraklorida adalah untuk menentukan dosis karbon tetraklorida yang dapat menyebabkan kerusakan hati tikus yang ditunjukkan dengan peningkatan aktivitas ALT-AST yang tertinggi. Peningkatan ALT yang dapat menyebabkan kerusakan hati steatosis mencapai tiga kali lipat terhadap kontrol, sedangkan peningkatan aktivitas GPT mencapai empat kali lipat terhadap kontrol Zimmerman, 1999. Dosis yang digunakan pada penelitian ini mengacu dari penelitian Janakat dan Al-Merie 2002, yaitu pada dosis 2 mlkgBB tikus yang mana sudah menimbulkan efek hepatotoksik.

2. Penentuan waktu pencuplikan darah hewan uji

Penentuan waktu pencuplikan darah bertujuan untuk mengetahui selang waktu karbon tetraklorida dosis 2 mlkg BB mencapai efek hepatotoksin yang paling maksimal. Hal ini ditunjukkan dengan peningkatan aktivitas ALT-AST serum tertinggi pada selang waktu tertentu. Karbon tetraklorida dosis 2 mlkg BB diujikan pada tikus jantan, kemudian dilakukan pengambilan cuplikan darah melalui sinus orbitalis mata dengan selang waktu tertentu yaitu jam ke-0, 24, dan 48. Hasil uji ini berupa aktivitas ALT yang tersaji pada Tabel. III, IV dan Gambar 2. Tabel. III Rata-rata aktivitas serum ALT tikus setelah induksi karbon tetraklorida dosis 2 mlkgBB pada selang waktu pencuplikan darah jam ke-0, jam ke-24, dan jam ke-48 n = 3 Selang waktu pencuplikan jam Purata aktivitas serum ALT ± SE UL 68,0±9,6 24 203,3±15,9 48 54,7±5,5 Gambar 2. Diagram batang rata-rata aktivitas serum ALT tikus setelah induksi karbon tetraklorida dosis 2 mlkg BB pada pencuplikan darah jam ke-0, jam ke- 24, dan jam ke-48 Data serum ALT hasil dari analisis pola searah One Way ANOVA setelah terinduksi karbon tetraklorida dosis 2 mlkg BB menunjukkan nilai signifikansi 0,000 p0,05. Hasil ini menunjukkan bahwa antara ketiga kelompok terdapat perbedaan, sehingga dapat dilanjutkan ke uji Scheffe agar dapat diketahui kebermaknaan perbedaan antar kelompok. Data tersaji pada Tabel IV. Tabel IV. Hasil uji Scheffe aktivitas serum ALT tikus setelah induksi karbon tetraklorida dosis 2 mlkg BB pada pencuplikan darah jam ke-0, jam ke-24, dan jam ke-48 Waktu pencuplikan Jam ke-0 Jam ke-24 Jam ke-48 Jam ke-0 - B TB Jam ke-24 B - B Jam ke-48 TB B - Keterangan : B = Berbeda bermakna P ≤ 0,05 TB = Berbeda tidak bermakna p0,05 Nilai normal serum ALT pada tikus normal adalah 29,8-77,0 Ul sedangkan nilai normal serum AST sebesar 19,3-68,9 Ul Hastuti, 2008. Pada tabel III, terlihat aktivitas ALT yang paling tinggi pada jam ke 24, yakni 203,3±15,9 Ul yang memberikan peningkatan ALT yang signifikan dan berbeda bermakna dibandingkan dengan jam ke 0 dan 48 Tabel III. Aktivitas tersebut mengalami penurunan pada jam ke 48 54,7±5,5 Ul, yang berbeda tidak bermakna terhadap jam ke 0. Ini berarti aktivitas ALT pada jam ke 48 sudah kembali normal. Hasil uji aktivitas AST setelah pemberian karbon tetraklorida dosis 2 mlkg BB diujikan pada tikus jantan, kemudian dilakukan pengambilan cuplikan darah melalui sinus orbitalis mata dengan selang waktu tertentu yaitu jam ke-0, 24, dan 48 tersaji pada tabel V, VI, dan gambar 3. Tabel. V Rata-rata aktivitas serum AST tikus setelah induksi karbon tetraklorida dosis 2 mlkgBB pada selang waktu pencuplikan darah jam ke-0, jam ke-24, dan jam ke-48 Selang waktu pencuplikan jam Purata aktivitas serum AST ± SE UL 88,3±3,8 24 446,3±19,3 48 147,3±7,5 Gambar 3. Diagram batang rata-rata aktivitas serum AST tikus setelah induksi karbon tetraklorida dosis 2 mlkg BB pada pencuplikan darah jam ke-0, jam ke- 24, dan jam ke-48 Hasil analisis statistik serum AST dengan uji Kolmogorov Smirnov setelah terinduksi karbon tetraklorida dosis 2 mlkg BB menunjukkan bahwa distribusi normal dengan nilai signifikansi p0,05 sehingga dapat dilanjutkan ke analisis variansi pola searah One Way ANOVA dan memiliki nilai signifikansi 0,000 p 0,05. Hasil ini menunjukkan bahwa antara ketiga kelompok terdapat perbedaan. Untuk mengetahui kebermaknaan perbedaan antar kelompok digunakan uji Scheffe. Hasil analisis dari uji Scheffe dapat dilihat pada tabel VI. Tabel VI. Hasil uji Scheffe aktivitas serum AST tikus setelah induksi karbon tetraklorida dosis 2 mlkg BB pada pencuplikan darah jam ke-0, jam ke-24, dan jam ke-48 n=3 Waktu pencuplikan Jam ke-0 Jam ke-24 Jam ke-48 Jam ke-0 - B B Jam ke-24 B - B Jam ke-48 B B - Keterangan : B = Berbeda bermakna P ≤ 0,05 TB = Berbeda tidak bermakna p0,05 Dari tabel V dan gambar 3, terlihat aktivitas AST paling tinggi terjadi pada jam ke 24, yakni 446,3±19,3 Ul, yang memberikan adanya peningkatan AST yang signifikan menunjukkan adanya perbedaan bermakna antara jam ke 0 dan 48 Tabel V. Seperti halnya aktivitas ALT, aktivitas AST pada jam ke 48 juga mengalami penurunan dan memberikan perbedaan bermakna terhadap jam ke 0 dan 24. Hal ini berarti aktivitas AST pada jam ke 48 sudah mengalami penurunan 147,3±7,5 Ul walau belum sampai keadaan normal. Berdasarkan hasil tersebut maka pada penelitian ini menggunakan waktu pencuplikan darah pada jam ke 24 setelah pemberian karbon tetraklorida.

3. Penetapan lama pemejanan ekstrak metanol-air biji

Dokumen yang terkait

Efek hepatoprotektif jangka panjang dekok biji Persea americana Mill. terhadap aktivitas ALT-AST serum pada tikus terinduksi karbon tetraklorida.

0 3 127

Efek hepatoprotektif jangka panjang dekokta kulit buah persea americana Mill. terhadap aktivitas ALT-AST pada tikus jantan galur wistar terinduksi karbon tetraklorida.

0 2 8

Efek hepatoprotektif pemberian jangka pendek ekstrak etanol kulit buah Persea americana Mill. terhadap aktivitas ALT-AST pada tikus terinduksi karbon tetraklorida.

0 0 112

Efek hepatoprotektif pemberian jangka panjang ekstrak etanol biji persea americana mill. terhadap aktivitas alt dan ast serum pada tikus terinduksi karbon tetraklorida.

1 2 117

Efek hepatoprotektif jangka pendek dekok biji persea americana mill. terhadap aktivitas ALT-AST pada tikus terinduksi karbon tetraklorida.

0 0 115

Efek hepatoprotektif jangka pendek ekstrak metanol biji persea americana mill. terhadap tikus terinduksi karbon tetraklorida.

0 12 130

Efek hepatoprotektif jangka pendek dekok biji persea americana mill. terhadap aktivitas ALT-AST pada tikus terinduksi karbon tetraklorida - USD Repository

0 0 113

Efek hepatoprotektif jangka panjang ekstrak metanol-air biji persea americana mill. terhadap aktivitas alt-ast serum pada tikus jantan wistar terinduksi karbon tetraklorida - USD Repository

0 0 153

Efek hepatoprotektif pemberian jangka panjang ekstrak etanol biji persea americana mill. terhadap aktivitas alt dan ast serum pada tikus terinduksi karbon tetraklorida - USD Repository

0 0 115

Efek hepatoprotektif jangka panjang ekstrak etanol kulit Persea americana Mill. terhadap aktivitas ALT-AST pada tikus terinduksi karbon tetraklorida - USD Repository

0 0 121