3. Kontrol perlakuan ekstrak etanol 90 daun jarong 400 mgkgBB
Tujuan dari dilakukan kontrol perlakuan ekstrak etanol perlakuan ekstrak etanol 90 daun jarong 400 mgkgBB adalah untuk melihat apakah pemberian
ekstrak berpengaruh terhadap kadar ALT dan AST tanpa diberikan karbon tetraklorida. Dosis yang diberikan sebesar 400 mgkgBB yang merupakan dosis
tertinggi dari ketiga peringkat dosis dipilih karena mampu mewakili kelompok perlakuan dari dosis terendah 100 mgkgBB, dosis tengah 200 mgkgBB, hingga
dosis tertinggi 400 mgkgBB. Pengukuran kadar ALT dan AST Kontrol ekstrak etanol 90 daun
jarong secara berturut-turut sebesar 46,40 ± 0,75 UI dan 124,20 ± 5,51 UI. Secara statistik, lewat uji One Way Anova diperoleh bahwa kadar ALT dan AST
pada kontrol ekstrak memiliki perbedaan yang tidak bermakna terhadap kadar ALT dan AST pada kelompok kontrol negatif olive oil dengan nilai kedua
siginfikansi p 0,05. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa pemberian ekstrak etanol 90 daun jarong 0,4 gkgBB perlakuan enam jam tidak
memberikan pengaruh terhadap kadar ALT maupun AST.
4. Kelompok praperlakuan ekstrak etanol 90 daun jarong pada tikus
jantan galur Wistar terinduksi karbon tetraklorida
Tujuan dari pengukuran kelompok praperlakuan ekstrak etanol 90 daun jarong untuk melihat efek hepatoprotektif ekstrak etanol 90 daun jarong
pada tikus jantan galur Wistar terinduksi karbon tetraklorida. Evaluasi efek hepatoprotektif ekstrak etanol 90 daun jarong dilihat didasarkan pada penurunan
kadar ALT dan AST. Semakin besar efek hepatoprotektif maka penurunan kadar ALT dan AST semakin besar.
Hasil kadar serum ALT pada kelompok praperlakuan ekstrak etanol 90 daun jarong dosis 100 mgkgBB sebesar 175,60 ± 3,57 UI. Hasil uji statistik
menunjukkan kelompok praperlakuan dosis 100 mgkgBB memiliki perbedaan tidak bermakna p=0,998 dengan kontrol hepatotoksin karbon tetraklorida dosis 2
mLkgBB 178,80 ± 7,47 UI, artinya ekstrak tidak dapat menurunkan kadar ALT akibat CCl
4
. Hasil uji statistik kelompok praperlakuan dosis 100 mgkgBB menunjukkan perbedaan bermakna p=0,000 dengan kontrol olive oil, artinya
ekstrak tidak dapat menurunkan kadar ALT hingga kisaran normal. Hasil analisis statistik kadar AST dosis 100 mgkgBB ekstrak etanol 90 daun jarong yang
menunjukkan perbedaan tidak bermakna p=0,465 dengan kontrol hepatotoksin, artinya ekstrak tidak dapat menurunkan kadar AST akibat CCl
4
. Namun, berbeda bermakna p=0,009 dengan kontrol olive oil, artinya ekstrak tidak dapat
menurunkan kadar AST hingga kisaran normal. Dapat disimpulkan bahwa dosis 100 mgkgBB ekstrak etanol 90 daun jarong tidak memiliki efek
hepatoprotektif. Persen efek hepatoprotektif dari kadar ALT praperlakuan dosis 100 mgkgBB ekstrak etanol 90 daun jarong sebesar 2,47.
Hasil kadar ALT pada kelompok praperlakuan ekstrak etanol 90 daun jarong dosis 200 mgkgBB sebesar 70,80 ± 1,28 UI. Hasil uji statistik
perbandingan kelompok dosis 200 mgkgBB ekstrak etanol 90 daun jarong menunjukkan berbeda bermakna p=0.001 dengan kontrol hepatotoksin karbon
tetraklorida dosis 2 mLkgBB 178,80 ± 7,47 UI, artinya ekstrak dapat menurunkan kadar ALT akibat CCl
4
. Perbandingan kadar ALT ekstrak dosis 200 mgkgBB terhadap kontrol olive oil menunjukkan adanya perbedaan bermakna
p=0,000, artinya ekstrak tidak dapat menurunkan kadar ALT hingga kisaran normal. Hasil analisis statistik kadar AST kelompok praperlakuan ekstrak dosis
200mgkgBB yang menunjukkan perbedaan bermakna p=0,009 dengan kontrol hepatotoksin, artinya ekstrak dapat menurunkan kadar AST akibat CCl
4
. Jika dibandingkan dengan kontrol olive oil menunjukkan perbedaan bermakna juga
p=0,009, artinya ekstrak tidak dapat menurunkan kadar AST mencapai kisaran normal. Dapat disimpulkan bahwa dosis 200 mgkgBB ekstrak etanol 90 daun
jarong memiliki efek hepatoprotektif. Persen efek hepatoprotektif kadar ALT dari dosis 200 mgkgBB ekstrak etanol 90 daun jarong sebesar 83,33.
Hasil kadar ALT pada kelompok praperlakuan ekstrak etanol 90 daun jarong dosis 400 mgkgBB sebesar 117,60 ± 8,18 UI. Hasil analisis statistik
perbandingan kelompok praperlakuan dosis 400 mgkgBB dengan kontrol hepatotoksin karbon tetraklorida dosis 2 mLkgBB 178,80 ± 7,47 UI
menunjukkan perbedaan bermakna p=0.003, artinya ekstrak dapat menurunkan kadar ALT akibat CCl
4
. Perbandingan kadar ALT ekstrak dosis 400 mgkgBB terhadap kontrol negatif olive oil menunjukkan adanya perbedaan bermakna
p=0,000, artinya ekstrak tidak dapat menurunkan kadar ALT mencapai kisaran normal. Hasil analisis statistik kadar AST ekstrak dosis 400 mgkgBB yang
menunjukkan perbedaan bermakna p=0,009 dengan kontrol hepatotoksin, artinya ekstrak dapat menurunkan kadar AST akibat CCl
4
. Jika dibandingkan dengan kontrol olive oil menunjukkan perbedaan bermakna p=0,009, artinya
ekstrak tidak menurunkan kadar AST mencapai kisaran normal. Dapat
disimpulkan bahwa ekstrak dosis 400 mgkgBB memiliki efek hepatoprotektif. Persen efek hepatoprotektif dari kadar ALT dosis 400 mgkgBB sebesar 47,22.
Menurut Shivaraj 2009, kadar AST lebih sering dijadikan sebagai data pendukung karena tidak spesifik untuk menandakan terjadinya kerusakan hati.
Enzim AST tidak hanya terdapat di dalam hati, melainkan juga ditemukan pada rangka, otot jantung, ginjal, otak, pankreas, paru, lekosit, dan eritrosit Pratt and
Kaplan, 2000. Kadar ALT dijadikan sebagai patokan utama untuk melihat efek hepatoprotektif. Pada hasil uji statistik kadar ALT pada ketiga peringkat dosis
ekstrak etanol 90 daun jarong, persen efek hepatoprotektif yang paling besar pada dosis 200 mgkgBB, sehingga dosis 200 mgkgBB adalah dosis efektif.
Apabila dilihat dari kekerabatan dosis, pada dosis 100 mgkgBB dibandingkan dengan 200 mgkgBB menunjukkan perbedaan bermakna
p=0,009, perbedaan bermakna ini menunjukkan pada dosis 200 mgkgBB terjadi peningkatan efek hepatoprotektif. Jika kelompok dosis 200 mgkgBB
dibandingkan dengan 400 mgkgBB menunjukkan perbedaan bermakna p=0,009, perbedaan bermakna ini menunjukkan adanya penurunan efek
hepatoprotektif pada dosis 400 mgkgBB. Dapat disimpulkan bahwa tidak ada kekerabatan dosis karena dengan meningkatnya dosis maka persen efek
hepatoprotektif tidak semakin meningkat. Pada penelitian ini, diduga adanya kandungan senyawa flavonoid dalam
ekstrak etanol 90 daun jarong. Pada dosis 400 mgkgBB terjadi penurunan efek hepatoprotektif, hal ini diakibatkan flavonoid dapat menyebabkan pro-oxidant.
Menurut Anzenbacer dan Zanger 2013, flavonoid pada dosis yang lebih tinggi
dapat memicu aktivitas pro-oxidant. Pro-oxidant terbentuk karena adanya senyawa flavonoid yang teroksidasi setelah menangkap radikal bebas. Senyawa
inilah yang menyebabkan penurunan efek hepatoprotektif karena senyawa ini memicu terjadinya reaksi oksidasi yang menyebabkan kerusakan sel.
Kandungan dalam ekstrak etanol 90 daun Stachytarpheta indica adalah senyawa polifenol. Menurut Arts dan Hollman 2005, senyawa polifenol
berperan sebagai antioksidan. Mekanisme kerja antioksidan adalah penangkapan radikal bebas CCl
3
yang merupakan metabolit reaktif sehingga serangkaian peristiwa yang akan menyebabkan steatosis pada hati akan terhenti, hal ini
ditunjukkan dengan penurunan kadar ALT dan AST. Diduga mekanisme penangkapan radikal bebas oleh senyawa polifenol flavonoid dalam daun jarong
pada penelitian ini yang bertanggungjawab sebagai efek hepatoprotektif. Penelitian selanjutnya disarankan untuk melakukan uji kadar dan jenis
flavonoid untuk mengetahui secara spesifik nama senyawa dalam golongan flavonoid yang bertanggungjawab terhadap efek hepatoprotektif. Dilakukan juga
histopatologis pada hati tikus, hasil uji histopatologis dapat dijadikan sebagai data pendukung dalam melihat kondisi sel hati yang mengalami kerusakan dan
recovery sel hati pada penelitian efek hepatoprotektif. Uji toksisitas dari ekstrak
etanol 90 daun jarong diperlukan untuk mengetahui adanya kemungkinan efek toksik dari ekstrak tersebut. Uji toksisitas dilakukan dengan meningkatkan dosis
dari dosis 400 mgkgBB ekstrak hingga dosis tertinggi, kemudian dilihat apakah terjadi efek toksik yang ditimbulkan. Selain itu juga dapat dilakukan penelitian
lebih lanjut terkait perhitungan ED
50
dari ekstrak etanol 90 daun jarong dengan
memperbanyak variasi dosis pada range dosis 100 mgkgBB hingga 200 mgkgBB. Penelitian ini tidak dapat dilakukan perhitungan ED
50
karena apabila dibuat persamaan regresi dosis vs efek hepatoprotektif, persamaan regresi yang
dihasilkan tidak linear. Hal ini disebabkan pada dosis 100 mgkgBB dihasilkan efek hepatoprotektif kecil kemudian pada dosis 200 mgkgBB mengalami
peningkatan dan pada dosis 400 mgkgBB efek hepatoprotektifnya mengalami penurunan.
E. Rangkuman Pembahasan