kecil individu yang terpapar suatu obat, faktor lingkungan dan genetik sangat mempengaruhi Kaplowitz, 2005.
F. Alanin Aminotransferase ALT dan Aspartat Aminotransferase AST
Dua uji yang sering dilakukan untuk mengetahui penyakit hati adalah melihat peningkatan kadar ALT dan AST. Ketika sel hati mati, maka ALT dan
AST akan dilepaskan ke dalam aliran darah. Kadar ALT dan AST orang sehat adalah dibawah 30 Montanarelli, 2007.
Enzim ALT dan AST merupakan enzim pada serum yang dapat menjadi indikator untuk kerusakan hati, perubahan fungsi hati atau adanya toksisitas pada
hati Edem dan Akpanabiatu, 2006. AST menjadi perantara reaksi antara asam aspartat dan asam alfaketoglutamat sedangkan ALT memindahkan satu gugus
amino antara alanin dan asam ketoglutamat Sacher dan McPherson, 2004. Enzim ALT lebih spesifik untuk organ hati karena proporsinya paling banyak
berada pada organ ini dibanding organ tubuh lainnya Edem dan Akpanabiatu, 2006. Hastuti 2008 menyebutkan bahwa rentang nilai ALT tikus berada pada
kisara 29,8-77,0 UL.
G. Karbon Tetraklorida
Karbon tetraklorida
merupakan senyawa
model yang
dapat mengakibatkan perlemakan steatotis dan nekrosis pada hepar Timbrell, 2009.
Karbon tetraklorida CCl
4
merupakan senyawa kimia yang bersifat lebih ekstensif dalam merusak hepar jika dibandingkan senyawa kimia lainnya. CCl
4
dikonversi menjadi radikal triklormetil CCl
3
· dan kemudian diubah menjadi radikal triklorometilperoksi CC
3
O
2
· yang bersifat lebih reaktif. Nekrosis yang terjadi karena CCl
4
paling parah terjadi pada centrilobular sel hati yang banyak mengandung isozim CYP dalam konsentrasi tinggi yang bertanggung jawab
mengaktifkan CCl
4
Hodgson, 2010. Biotransformasi dan oksidasi dari karbon tetraklorida dapat dilihat pada gambar 3.
Gambar 3. Biotransformasi dan oksidasi karbon tetraklorida Duffus, 1996
H. Maserasi
Maserasi merupakan metode ekstraksi sederhana dengan cara merendam simplisia dari tanaman dalam pelarut yang sesuai dalam wadah tertutup dengan
suhu kamar. Pengadukan dalam maserasi dapat menggunakan shaker atau mixer untuk menjamin pencampuran yang homogen, selain itu dengan menggunakan
alat tersebut dapat mempercepat terjadinya eksraksi. Ekstraksi berhenti ketika terjadi kesetimbangan konsentrasi metabolit Sarker et al., 2006. Jika tidak
dinyatakan lain, maserasi menggunakan etanol 70 P. Semua hasil maserasi yaiut maserat diuapkan untuk mendapatkan ekstrak kental Badan POM, 2009.
Dalam proses ekstraksi, terjadi peristiwa difusi pelarut ke dalam sel bahan. Pelarut yang masuk ke dalam sel bahan tersebut akan melarutkan senyawa
bila kelarutan senyawa yang diekstrak sama dengan pelarut. Dengan cara tersebut akan tercapai kesetimbangan antara zat terlarut dan pelarut. Pengeluaran bahan
aktif dari serbuk bahan tergantung kepada laju difusi subtansi dari serbuk bahan ke dalam pelarut, waktu kontak dan laju pelarut menembus serbuk bahan
Bombardelli, 1991.
I. Landasan Teori
Organ hati merupakan organ sekaligus kelenjar terbesar didalam tubuh yang memproduksi empedu dan juga mengeluarkan hasil produksi dari makanan
yang sudah dicerna Wibowo dan Paryana, 2009. Tikus memiliki hati yang terdiri dari empat lobus utama yang saling berhubungan di sebelah belakang. Tikus tidak
mempunyai kantung empedu. Struktur dan komponen hati tikus mirip dengan manusia Hebel, 1989.
Beberapa kerusakan hati akibat efek toksik yaitu steatosis, nekrosis, kolestasis, dan Sirosis Lu, 1995. Klasifikasi hepatotoksisitas secara primer
didasarkan pada pola kejadian dan morfologi histopatologi. Hepatoksisitas intrinsik merupakan hepatotoksisitas yang umum terjadi, bergantung pada dosis,
dan dapat dilihat pada manusia serta hewan uji. Hepatotoksisitas idiosinkratik ditunjukkan pada perubahan metabolisme yang ditemukan pada gen
pemetabolisme Hodgson, 2010. Hepatotoksik idiosinkratik hanya dapat terjadi pada sebagian kecil individu yang terpapar suatu obat, faktor lingkungan dan
genetik sangat mempengaruhi Kaplowitz, 2005. Pada peneltian ini digunakan senyawa model CCl
4
. Senyawa model CCl
4
merupakan Salah satu senyawa hepatotoksin Sentra Informasi Keracunan Nasional, 2010. Karbon tetraklorida CCl
4
merupakan senyawa kimia yang bersifat lebih ekstensif dalam merusak hepar jika dibandingkan senyawa kimia
lainnya. CCl
4
dikonversi menjadi radikal triklormetil CCl
3
· dan kemudian diubah menjadi radikal triklorometilperoksi CC
3
O
2
· yang bersifat lebih reaktif Hodgson, 2010. Untuk mengetahui terjadinya penyakit hati adalah melihat
peningkatan kadar ALT dan AST. Ketika sel hati mati, maka ALT dan AST akan dilepaskan ke dalam aliran darah Montanarelli, 2007.
Metode ekstraksi yang digunakan pada penelitian ini adalah maserasi. Maserasi merupakan metode ekstraksi sederhana dengan cara merendam simplisia
yang berasal dari tanaman dengan pelarut yang sesuai. Metode ini bagus untuk senyawa yang tidak tahan suhu tinggi Sarker et al., 2006.
Oleh karena itu diperlukan suatu senyawa untuk melindungi hati dari senyawa yang toksik. Salah satu senyawa yang dapat digunakan adalah senyawa
flavonoid. Senyawa flavonoid hampir terdapat pada semua tanaman, salah satunya adalah tanaman jarong Chowdhury, 2003. Jarong memiliki efek hepatoprotektif
pada bagian daun Joshi et al., 2010 dan herbanya Gayatri et al., 2011 karena terdapat kandungan flavonoid didalamnya. Berdasarkan pemaparan diatas, perlu
dilakukan penelitian untuk mengetahui efek hepatoprotektif eksktrak etanol 90 daun jarong pada tikus terinduksi karbon tetraklorida.
J. Hipotesis