cawan porselen di atas waterbath sehingga didapatkan ekstrak kental dengan bobot tetap. Pembuatan ekstrak dilakukan replikasi tiga kali. Menurut Farmakope
Herbal Indonesia, ekstrak kental diperoleh ketika bobot tetap tercapai, yakni apabila perbedaan dua kali penimbangan berturut-turut setelah dikeringkan selama
1 jam tidak melebihi 0,5 mg pada penimbangan dengan menggunakan timbangan analitik.
6. Uji tabung kandungan polifenol
Uji kandungan polifenol dilakukan pada Serbuk daun jarong yang telah diuji kadar airnya. Uji dilakukan dengan menambahkan beberapa tetes larutan
FeCl
3
pada ekstrak cair. Terbentuknya warna hijau-biru menunjukkan hasil positif
adanya polifenol Simaremare, 2014.
7. Penetapan dosis ekstrak etanol daun jarong.
Dasar penetapan peringkat dosis adalah bobot tertinggi tikus dan pemberian secara peroral separuhnya yaitu 2,5 mL. Penetapan dosis tertinggi
ekstrak etanol daun jarong. adalah: D x BB = C x V
D x BB tertinggi tikus kgBB = C ekstrak mgmL x 0,5 Vmax 2,5 mL D = x mgkg BB
Keterangan: D= Dosis ekstrak
C= Konsentrasi ekstrak V= Volume pemberian
Terdapat tiga peringkat dosis, dua dosis didapatkan dengan menurunkan 2 kalinya dari dosis tertinggi.
8. Pembuatan CMC-Na 1
CMC-Na 1 dibuat dengan mendispersikan lebih kurang 1,0 g CMC-Na yang telah ditimbang secara saksama, kemudian dilarutkan dengan 100 mL
aquadest. CMC-Na yang dibuat digunakan untuk melarutkan ekstrak kental etanol 90 daun jarong.
9. Pembuatan larutan karbon tetraklorida konsentrasi 50
Larutan karbon tetraklorida dibuat dengan melarutkan cairan karbon tetraklorida p.a dalam olive oil dengan perbandingan volume karbon tetraklorida
dan olive oil yakni 1:1 atau konsentrasi 50. Pembuatan karbon tetraklorida mengacu pada penelitian Janakat dan Al-Merie 2002.
10. Uji pendahuluan
a. Penetapan dosis hepatoksik. Penetapan dosis hepatotoksin
dilakukan mengacu penelitian yang dilakukan oleh Janakat dan Al-Merie 2002 yang menyebutkan bahwa dosis hepatotoksin karbon tetraklorida
pada perbandingan CCl
4
dengan volume olive oil 1:1 yang digunakan untuk menginduksi kerusakan hati tikus jantan galur Wistar adalah 2
mLkgBB. b.
Penetapan waktu
pencuplikan darah.
Penetapan Waktu
pencuplikan darah dilakukan dengan cara orientasi pada tiga kelompok perlakuan waktu, yakni pada waktu ke- 0, 24, dan 48 jam. Kemudian
diukur kenaikan kadar AST-ALT. Menurut Janakat dan Al-Merie 2002, terjadi peningkatan kadar ALT pada tikus yang terinduksi karbon
tetraklorida yang dilarutkan dalam olive oil dengan perbandingan 1:1, yakni dengan dosis 2 mLkgBB.
11. Pengelompokan dan perlakuan hewan uji