1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor
20 Tahun
2001 mendefinisikan pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan
potensi dirinya
untuk memiliki
kekuatan spiritual
keagamaannya, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Hal ini
dimaksudkan untuk mengembangkan pengetahuan, keterampilan dan sikap peserta didik sehingga dapat mewujudkan potensi yang dimiliki dan dapat
diterapkan dalam lingkungan masyarakat, bangsa dan negara untuk mencapai tujuan pendidikan.
Tujuan pendidikan akan menentukan ke arah mana peserta didik itu di bawa. Kurikulum sebagai alat untuk mencapai tujuan harus disesuaikan dengan
tujuan pendidikan. Tujuan akan menjadi pedoman atau tolok ukur bagi seluruh kegiatan pendidikan, penetapan materi, metode, dan evaluasi yang akan
dilakukan. Dengan demikian, tujuan pendidikan merupakan salah satu faktor penting dalam pendidikan. Menurut Sahara tujuan pendidikan ialah memberikan
bantuan terhadap perkembangan seutuhnya. Dalam arti, supaya dapat mengembangkan potensi fisik, emosi, sikap, semaksimal mungkin agar menjadi
manusia dewasa.
Kurikulum merupakan salah satu alat untuk mencapai tujuan pendidikan, sekaligus merupakan pedoman dalam pelaksanaan pembelajaran pada semua jenis
dan jenjang pendidikan. Kurikulum mempunyai fungsi sebagai alat untuk mencapai tujuan pendidikan, yaitu alat untuk membentuk manusia seutuhnya
sesuai dengan visi, misi, dan tujuan pendidikan nasional termasuk berbagai tingkatan tujuan pendidikan yang ada dibawahnya. Kurikulum sebagai alat dapat
diwujudkan dalam bentuk program, yaitu kegiatan dan pengalaman belajar yang harus dilaksanakan oleh guru dan peserta didik dalam proses pembelajaran
Arifin, 2011:13. Guru memiliki andil yang sangat besar terhadap keberhasilan pembelajaran
disekolah terutama dalam proses pembelajaran. Rustaman mengatakan proses pembelajaran adalah proses yang di dalamnya terdapat kegiatan interaksi antara
guru-siswa dan komunikasi timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan belajar Hidayat, 2013:118. Guru sangat berperan dalam
membantu perkembangan peserta didik untuk mewujudkan tujuan hidupnya secara optimal. Didalam kelas guru melaksanakan dua kegiatan pokok yaitu
kegiatan mengajar dan kegiatan mengelola kelas. Dikelas juga segala aspek pendidikan pengajaran bertemu dan berproses. Guru dengan segala
kemampuannya, siswa dengan segala latar belakang dan sifat-sifat individualnya, kurikulum dengan segala komponennya, dan materi serta sumber pelajaran
dengan segala pokok bahasanya bertemu dan berpadu dan berinteraksi di kelas. Dalam dinamika proses pembelajaran guru tidak bisa lepas dari kurikulum.
Kurikulum memiliki dua sisi yang sama penting, yaitu kurikulum sebagai
dokumen dan kurikulum sebagai implementasi. Sebagai sebuah dokumen, kurikulum berfungsi sebagai pedoman bagi guru dan kurikulum sebagai
implementasi merupakan realisasi dari dokumen dalam bentuk kegiatan pembelajaran di kelas. Guru merupakan faktor penting dalam implementasi
kurikulum karena ia merupakan pelaksana kurikulum. Guru sebagai pelaksana kurikulum berarti guru harus dapat membimbing dan mendampingi siswa mulai
dari proses pembelajaran hingga proses penilaian. Setiap kurikulum mempunyai sistematika tersendiri dalam proses pembelajaran dan proses penilaian.
Sejak Indonesia merdeka kurikulum telah mengalami beberapa kali perubahan secara berturut-turut yaitu pada tahun 1947, tahun 1952, tahun 1964,
tahun 1968, tahun 1975, tahun 1984, tahun 1994, tahun 2004, dan tahun 2006. Pada saat ini telah dan sedang dilaksanakan Uji Publik Kurikulum 2013 sebagai
pengembangan dari kurikulum 2006 atau KTSP. Pengembangan kurikulum mempunyai makna yang cukup luas. Pengembangan kurikulum bisa berarti
penyusunan kurikulum yang sama sekali baru, bisa juga menyempurnakan kurikulum yang telah ada. Kegiatan pengembangan kurikulum ini perlu dilakukan
untuk menghadapi dan mengantisipasi keadaan, yaitu merespon perkembangan ilmu dan teknologi, perubahan sosial di luar sistem pendidikan, memenuhi
kebutuhan siswa dan merespons kemajuan-kemajuan dalam pendidikan Wahyudin, 2014:58. Perubahan atau pengembangan kurikulum tersebut
menunjukkan sistem pendidikan itu dinamis. Pengembangan kurikulum 2013 merupakan bagian dari strategi meningkatkan capaian pendidikan. Oleh karena itu
sistem kurikulum merupakan bagian yang tak terpisahkan dari sistem pendidikan, sistem persekolahan, dan sistem masyarakat.
Kurikulum 2013, mulai diberlakukan pada tahun ajaran 20132014 di sekolah-sekolah pilihan. Orientasi Kurikulum 2013 adalah terjadinya peningkatan
dan keseimbangan antara kompetensi sikap, keterampilan dan pengetahuan. Secara konseptual draft Kurikulum 2013 dicita-citakan untuk mampu melahirkan
generasi masa depan yang cerdas komprehensif yakni tidak hanya cerdas intelektualnya, tetapi juga cerdas emosi, sosial, dan spiritualnya. Kurikulum 2013
diharapkan mampu menjadi menjadi perubahan dalam sistem pendidikan yang dinilai masih kaku dan belum mampu meningkatkan kreatifitas peserta didik
dalam hal kognitif, psikomotorik, maupun afektif. Kurikulum 2013 di desain agar peserta didik lebih terlibat aktif dalam proses pembelajaran melalui kegiatan aktif
menanya, mengamati, mengeksplorasi, mengasosiasi, dan mengkomunikasikan hasil pembelajaran.
Sejalan dengan penerapan kurikulum baru ini terdapat kelebihan dan kekurangan dalam kurikulum 2013. Adapun kelebihan yang dimiliki dalam
kurikulum ini adalah memberikan kebebasan kepada peserta didik untuk dapat memperkaya pengetahuan dari berbagai sumber, seperti buku, internet, dan
lingkungan sosial masyarakat. Selain itu kurikulum baru tersebut diharapkan dapat menciptakan keseimbangan antara kemampuan kognitif dengan sikap dan
keterampilan peserta didik. Akan tetapi ada pula kelemahan yang dimiliki oleh kurikulum 2013 dalam penerapannya yakni yang pertama, Kurikulum 2013
bertentangan dengan Undang-Undang No 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional karena penekanan pengembangan kurikulum hanya didasarkan pada orientasi pragmatis. Selain itu, kurikulum 2013 tidak didasarkan
pada evaluasi dari pelaksanaan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan KTSP 2006 sehingga dalam pelaksanaanya bisa membingungkan guru dari pemangku
pendidikan. Kedua, Guru kurang dilibatkan secara langsung dalam proses pembelajaran. Pemerintah melihat seolah-olah guru dan siswa mempunyai
kapasitas yang sama. Ketiga, tidak adanya keseimbangan antara orientasi proses pembelajaran dan hasil dalam kurikulum 2013. Keseimbangan sulit dicapai karena
kebijakan ujian nasional UN masih diberlakukan. UN hanya mendorong orientasi pendidikan pada hasil dan sama sekali tidak memperhatikan proses
pembelajaran. Hal ini berdampak pada dikesampingkannya mata pelajaran yang tidak diujikan dalam UN. Padahal, mata pelajaran non-UN juga memberikan
kontribusi besar untuk mewujudkan tujuan pendidikan. Keempat, Pemerintah mengintegrasikan mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam IPA dan Ilmu
Pengetahuan Sosial IPS dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia untuk jenjang pendidikan dasar. Dewan Pendidikan DIY menilai langkah ini tidak tepat karena
rumpun ilmu
mata pelajaran-mata
pelajaran itu
berbeda http:aceh.tribunnews.com20141213kekurangan-dan-kelebihan-k13-menurut-
anies-baswedan. Penerapan Kurikulum 2013 diawal ajaran baru 20142015 tidak berjalan
mulus. Sejumlah persoalan mencuat terkait dengan implementasi kurikulum tersebut, mulai dari guru belum siap karena belum mendapatkan pelatihan hingga
keterlambatan buku teks siswa. Persoalan itu mengakibatkan kegiatan
pembelajaran disekolah terkendala Kompas.com. Melihat kelemahan-kelemahan dari kurikulum tersebut hingga mengakibatkan terkendalanya kegiatan proses
pembelajaran maka banyak pihak khususnya di kalangan pendidik ingin kembali di Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan KTSP dan ingin berhenti
menggunakan kurikulum baru yakni Kurikulum 2013. Menanggapi hal tersebut Anies Baswedan selaku Menteri Pendidikan dan Kebudayaan menginstruksikan
sekolah yang belum menggunakan Kurikulum 2013 selama tiga semester untuk kembali ke Kurikulum 2006. Sementara itu, sekolah yang telah menjalankan
selama tiga semester diminta tetap menggunakan kurikulum tersebut sembari menunggu evaluasi dari pihak yang berwenang.
Melihat fakta-fakta tersebut penulis tertarik melakukan penelitian mengenai proses pembelajaran dalam implementasi kurikulum 2013 maka, penulis lebih
fokus terhadap proses pembelajaran. Aspek tersebut dipilih karena proses pembelajaran merupakan elemen penting dalam mengimplementasikan suatu
kurikulum serta merupakan upaya untuk menempuh keberhasilan dalam belajar. Penulis memilih konsep Implementasi Kurikulum 2013, dimana konsep ini untuk
memberikan informasi mengenai pelaksanaan pengembangan dan pelaksanaan suatu kurikulum khususnya dalam proses pembelajaran sehingga dapat dijadikan
masukan bagi pengambil keputusan. Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul
“ Implementasi Proses Pembelajaran B
erdasarkan Kurikulum 2013 Menurut Persepsi Guru” Studi
Kasus Pada Guru Mata Pelajaran Akuntansi SMK Negeri dan Swasta Bidang
Keahlian Bisnis dan Manajemen Program Keahlian Akuntansi Se-Kabupaten Sleman.
B. Batasan Masalah