d. Berdasarkan  sifat  toksisitas  selektif,  ada  antibiotika  yang  bersifat
menghambat pertumbuhan mikroba, aktivitas bakteriostatik, dan ada yang bersifat  membunuh  mikroba,  dikenal  sebagai  aktivitas  bakterisid.  Kadar
minimal  yang  diperlukan  untuk  menghambat  pertumbuhan  mikroba disebut  Kadar  Hambat  Minimal  KHM.  Kadar  minimal  yang  diperlukan
untuk  membunuh  mikroba  disebut  Kadar  Bunuh  Minimal  KBM Setiabudi, 2007.
3. Prinsip Penggunaan Antibiotika
Prinsip  penggunaan  antibiotika  didasarkan  pada  dua  pertimbangan utama, yaitu:
a. penyebab  infeksi.  Pemberian  antibiotika  yang  paling  ideal  adalah
berdasarkan  hasil  pemeriksaan  mikrobiologis  dan  uji  kepekaan  kuman. Hanya  saja  dalam  praktek  sehari-hari,  tidak  mungkin  melakukan
pemeriksaan  mikrobiologis  untuk  setiap  pasien  yang  dicurigai  menderita suatu  infeksi.  Di  samping  itu,  untuk  infeksi  berat  yang  memerlukan
penanganan  segera,  pemberian  antibiotika  dapat  segera  dimulai  setelah pengambilan  sampel  bahan  biologik  untuk  biakan  dan  pemeriksaan
kepekaan kuman. Pemberian antibiotika tanpa pemeriksaan mikrobiologis dapat didasarkan pada educated guess.
b. faktor  pasien.  Diantara  faktor  pasien  yang  perlu  diperhatikan  dalam
pemberian antibiotika antara lain fungsi ginjal, fungsi hati, riwayat alergi, daya tahan terhadap infeksi status imunologis, daya tahan terhadap obat,
beratnya  infeksi,  usia,  untuk  wanita  apakah  sedang  hamil  atau  menyusui, dan lain-lain Anonim, 2013.
4. Mekanisme Kerja Antibiotika
Berdasarkan mekanisme aksinya, yaitu mekanisme kerja antibiotika secara selektif meracuni sel kuman, antibiotika dikelompokkan sebagai berikut ini.
a. Mengganggu sintesis dinding sel. Jika sintesis dinding sel terganggu maka
dinding kuman menjadi kurang sempurna dan tidak tahan terhadap tekanan osmosis  dari  plasma  akibatnya  sel  pecah.  Contohnya:  kelompok  penisilin
dan sefalosporin. b.
Mengganggu  fungsi  membran  sel.  Antibiotika  mengganggu  sintesis molekul  lipoprotein  dari  membran  sel  plasma  di  dalam  dinding  sel
sehingga  membran  menjadi  lebih  permeabel.  Contohnya:  polipeptida  dan polyen  nistatin,  amfoterisin  dan  imidasol  mikonazol,  ketokonazol,  dan
lain-lain. c.
Mengganggu  sintesis  protein  kuman,  seperti  kloramfenikol,  tetrasiklin, aminoglikosida, dan makrolida.
d. Mengganggu  sintesis  deoxyribonucleic  acid  DNA  dan  ribonucleic  acid
RNA,  seperti  rifampisin  RNA,  asam  nalidiksat  dan  kinolon,  dan asiklovir DNA.
e. Sebagai antagonisme saingan, obat menyaingi zat-zat yang penting untuk
metabolisme kuman sehingga pertukaran zat menjadi terhenti. Contohnya: sulfonamida, trimetoprim, dan isoniazid Tjay, 2007.
B. Apendiks 1. Anatomi Usus Besar
Gambar 1. Anatomi Usus Besar
Doherty, 2006. Usus  besar  atau  kolon  yang  panjangnya  kira-kira  satu  setengah  meter,
adalah sambungan dari usus halus dan mulai di katup ileokolik atau ileoseka, yaitu tempat sisa makanan lewat, dimana normalnya katup ini tertutup dan akan terbuka
untuk  merespon  gelombang  peristaltik  dan  menyebabkan  defekasi  atau pembuangan. Usus besar terdiri atas empat lapisan dinding yang sama seperti usus
halus.  Serabut  longitudinal  pada  dinding  berotot  tersusun  dalam  tiga  jalur  yang memberi  rupa  berkerut-kerut  dan  berlubang-lubang.  Dinding  mukosa  lebih  halus
dari  yang  ada  pada  usus  halus  dan  tidak  memiliki  vili.  Di  dalamnya  terdapat