Tabel VI . Distribusi jenis antibiotika yang digunakan sebagai profilaksis
tunggal pada pasien operasi apendisitis akut di RSUD Badung tahun 2011
N o
. Jenis Antibiotika
Jumlah Kasus n= 90
1.
Seftriakson 7
8 2.
Sefotaksim 83
92
2. Waktu pemberian
Antibiotika profilaksis pada pasien apendisitis akut di RSUD Badung hanya diberikan saat sebelum operasi. Dari hasil penelitian dapat dilihat bahwa 95
n=90 diberikan kurang dari 1 jam sebelum operasi. Namun, ada 5 yang diberikan lebih dari 1 jam sebelum operasi. Antibiotika profilaksis akan kurma
efektif jika diberikan terlalu awal. Sebaiknya antibiotika profilaksis diberikan 1 jam sebelum operasi karena jika diberikan terlalu awal akan menyebabkan konsentrasi
antibiotika profilaksis dalam darah kurang mencukupi untuk melindungi pasien dari risiko infeksi bakteri ASHP, 2013; Kanji,et al., 2008; Steinberg, et al., 2009.
Tabel VII . Distribusi waktu pemberian antibiotika sebelum operasi dan
setelah operasi di RSUD Badung tahun 2011
3. Cara pemberian
Semua pasien dalam penitian ini, pengaplikasian antibiotika profilaksisnya diberikan secara intravena IV agar konsentrasi antibiotika yang diberikan sesuai
No Antibiotika Profilaksis
Jumlah Kasus
≤ 1 jam sebelum operasi
1 jam sebelum operasi
1
Seftriakson 7
2
Sefotaksim 79
4 TOTAL
86 4
n=38 95
5
yang diinginkan pada lokasi operasi dan dalam waktu cepat. Bila lewat intravena IV, antibiotika langsung masuk ke sirkulasi sistemik setelah diadministrasikan
tanpa melalui proses absorpsi di gastrointestinal sehingga konsentrasi antibiotika dalam darah dan jaringan pun sesuai yang diinginkan dan dalam waktu cepat
Bryant, et al., 2010 dan Hessen, et al., 2004.
Tabel VIII . Distribusi cara pemberian antibiotika di RSUD Badung tahun
2011
No. Antibiotika Profilaksis
Cara Pemberian
Jumlah Kasus n= 90
1. Sefotaksim
intravena IV 83
92 2.
Seftriakson Intravena IV
7 8
4. Dosis pemberian
Antibiotika yang diberikan baik itu seftriakson maupun sefotaksim pada pasien operasi apendisitis akut di RSUD Badung adalah pada pasien dewasa dan
anak di atas 12 tahun adalah 1 gram hingga 2 gram sedangkan pasien anak-anak yang berusia kurang dari 12 tahun diberikan pada dosis 1 gram. Penelitian
menunjukkan bahwa pada sefotaksim yang diberi 2 gram sebesar 48 kasus atau 53 n=90 sedangkan pada seftriakson pemberian dosis 2 gram sebanyak 2 kasus atau
2 n=90. Pemberian dosis 1 gram menempati urutan kedua yaitu sefotaksim dengan 35 kasus atau 24 n=90 dan seftriakson sebesar 5 kasus atau 18 n=38.
Antibiotika sefalosporin, khususnya seftriakson, memiliki konsentrasi yang memadai dalam darah dan jaringan untuk melawan bakteri penyebab infeksi setelah
pemberian dalam dosis 1 gram maupun 2 gram.
Tabel IX. Distribusi dosis pemberian antibiotika profilaksis di RSUD Badung tahun 2011
5. Lama pemberian
Semua antibiotika profilaksis hanya diberikan dalam satu kali dibawah 24 jam. Antibiotika profilaksis yang diberikan kurang dari 24 jam sudah cukup untuk
mencegah infeksi dan pemberian lebih dari 24 jam tidak akan memberikan manfaat yang lebih baik dari pemberian kurang dari 24 jam serta hanya akan membebani
pasien karena menambah biaya yang harus dikeluarkan pasien Gordon, 2009;
Ward, et al., 2009; James, et al., 2008 .
Tabel X
.
Distribusi jumlah antibiotika profilaksis pada lama pemberian 24 jam dan lebih dari 24 jam di RSUD Badung tahun 2011
No Antibiotika Profilaksis
Jumlah Kasus
24 Jam
1 Seftriakson
7
2
Sefotaksim 83
TOTAL n=38
90 100
C. Kesesuaian Pemilihan dan Penggunaan Antibiotika Profilaksis
Setelah dilakukan pengambilan data, Standar Pelayanan Medik RSUD Badung tidak mengatur tentang antibiotika profilaksis pada pasien apendisitis akut
yang menjalani operasi. Standar pelayanan medik hanya berisikan tentang persiapan ruangan kamar operasi. Berdasarkan informasi kepala kamar bedah
RSUD Badung, pemberian antibiotika profilaksis dipilih sesuai pilihan dokter
No Antibiotika
Profilaksis Dosis
Pemberian Jumlah
Kasus n=90
1 Seftriakson
1 gram 5
6 2 gram
2 2
2
Sefotaksim 1 gram
35 39
2 gram 48
53