Teori Belajar Piaget Kajian Teori

11

BAB II LANDASAN TEORI

Bab kedua dari penelitian ini membahas 3 sub bab utama yaitu kajian teori, penelitian yang relevan, kerangka berpikir, dan hipotesis tindakan. Materi yang dibahas dalam bab ini merupakan dasar teori dan dasar berpikir peneliti melakukan penelitian.

2.1. Kajian Teori

Pada sub bab ini membahas teori-teori yang berhubungan dengan penelitian seperti teori belajar Piaget, perhatian, prestasi belajar, media, IPS, dan Penelitian Tindakan Kelas.

2.1.1. Teori Belajar Piaget

Teori belajar Piaget banyak dikenal dengan teori perkembangan kognitif atau teori perkembangan intelektual. Teori ini berkenaan dengan kesiapan anak untuk belajar yang dikemas dalam tahap-tahap perkembangan sejak lahir hingga dewasa Suyono, 2011: 82. Teori perkembangan kognitif Piaget Suyono, 2011: 83-84 dibagi dalam 4 periode utama. Tahap pertama adalah tahap sensori motor. Tahap ini berlangsung sejak lahir sampai sekitar usia 2 tahun. Mereka mengandalkan kemampuan sensorik dan motoriknya. Kemampuan yang dimiliki anak antara lain melihat dirinya sendiri sebagai makhluk yang berbeda dengan objek disekitarnya, suka memperhatikan sesuatu lebih lama, dan mendefinisikan sesuatu dengan memanipulasinya. Tahap kedua adalah pra-operasional. Tahap ini berlangsung sekitar 2-7 tahun. Saat ini kecenderungan anak untuk selalu mengandalkan dirinya pada persepsinya tentang realitas sangatlah menonjol. Pada tahap ini anak memiliki sikap egosentris yang menonjol. Tahap ketiga adalah operasional konkret. Tahap in berlangsung sekitar 7- 11 tahun. Pada kurun waktu ini pikiran logis anak mulai berkembang. Dalam usahanya mengerti tentang alam sekelilingnya mereka tidak terlalu menggantungkan diri pada informasi yang datang dari panca indera. Anak sudah mampu berpikir secara operasi konkret. Anak sering kali sudah dapat mengikuti logika atau penalaran, tetapi jarang mengetahui jika membuat kesalahan. Sesungguhnya anak telah dapat melakukan klasifikasi, pengelompokkan, dan pengaturan masalah tetapi belum sepenuhnya menyadari adanya prinsip-prinsip yang terkandung didalamnya. Tahap yang terakhir adalah tahap operasional formal. Tahap ini berlangsung mulai 11 tahun dan seterusnya. Sejak tahap ini anak sudah mampu berpikir abstrak, yaitu berpikir mengenai ide dan memikirkan alternative pemecahan masalah. Anak sudah dapat bekerja secara efektif dan sistematis, proporsional, serta menarik generalisasi secara mendasar. Umur 11 tahun adalah saat perpindahan dari operasional konkret menuju operasional formal, sehingga pada umur ini anak sudah mulai bisa menerima pembelajaran yang abstrak namun masih memerlukan bantuan dari benda yang konkret untuk pemahaman lebih mendalam. Setiap tahap dilalui oleh anak dengan cara yang tidak serempak. Terdapat anak yang lebih cepat melewati tahap-tahap tersebut atau bahkan lebih lambat. Kecepatan tersebut dipengaruhi oleh kematangan organis, sistem saraf, fisik, pengalaman anak dengan lingkungan, interaksi sosial, dan cara anak mengembangkan self-regulasi untuk mencapai keseimbangan dalam pemikiranya Suparno, 2012: 111. Penelitian ini dilakukan pada siswa kelas V sekolah dasar. Siswa kelas V sekolah dasar kurang lebih berumur 11 tahun, umur tersebut masuk pada tahap operasional konkret. Ciri-ciri lain pada tahap operasional konkret juga dijelaskan oleh Suparno 2012: 25 yaitu pakai aturan yang jelas atau logis, memahami konsep reversible atau kekekalan. Pada tahap ini anak sudah bisa berpikir dengan logis namun masih terbatas pada benda-benda yang konkret, pemikiran itu belum diterapkan pada kalimat verbal, hipotesis, dan abstrak Suparno, 2012; 87.

2.1.2. Perhatian