Peningkatan perhatian dan prestasi belajar siswa kelas VB SD Negeri Denggung pada mata pelajaran IPS menggunakan media bagan

(1)

i

PENINGKATAN PERHATIAN DAN PRESTASI BELAJAR

SISWA KELAS VB SD NEGERI DENGGUNG PADA MATA

PELAJARAN IPS MENGGUNAKAN MEDIA BAGAN

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.) Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD)

Disusun Oleh:

Primandani Kartika Dewi NIM. 091134044

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2013


(2)

(3)

(4)

iv

MOTTO DAN HALAMAN PERSEMBAHAN

Motto

“Yang Terus Menerus Kita Kerjakan Akan Menjadi Semakin Mudah—Bukan Karena Secara Alamiah Hal Itu Berubah, Tetapi Karena Kemampuan Untuk

Melakukannya Telah Meningkat”

—Ralph Waldo Emerson— “Semua Yang Terjadi Padaku Adalah Sebuah Pesan Yang Allah SWT Ingin

Sampaikan, Aku Hanya Perlu Membacanya”

Karya ilmiah Sederhana ini peneliti persembahkan kepada:

1. Allah SWT atas semua anugerah, kesempatan, dan segalanya yang telah Ia berikan;

2. Ibuku Sumiyati dan Ayahku Priyo Sejati tercinta kalianlah api semangat ku;

3. Kakakku Megawati Setyaningrum dengan pesan-pesannya; 4. Adikku Kurnia Destri Fajarriyanti yang selalu mengingatkanku;

5. Ibu Catur Rismiati dan Ibu Eny Winarti yang telah membantu hingga terciptanya skripsi ini;


(5)

v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 1 Juli 2013 Penulis

(Primandani Kartika Dewi) NIM: 091134044


(6)

vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma nama : Primandani Kartika Dewi

NIM : 091134044

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:

PENINGKATAN PERHATIAN DAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS VB SD NEGERI DENGGUNG PADA MATA PELAJARAN IPS

MENGGUNAKAN MEDIA BAGAN

Dengan demikian saya memberikan kepada perpustakaan Univesitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan, dalam bentuk media lain, mengelola dalam bentuk pengkajian data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikan di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta izin dari saya maupun memberikan royalty kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya.

Dibuat di Yogyakarta Pada tanggal1Juli 2013 Yang menyatakan,


(7)

vii ABSTRAK

PENINGKATAN PERHATIAN DAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS VB SD NEGERI DENGGUNG PADA MATA PELAJARAN IPS

MENGGUNAKAN MEDIA BAGAN

Primandani Kartika Dewi Universitas Sanata Dharma

2013

Setelah melakukan penelitian awal dengan menyebarkan kuesioner dan mempelajari dokumen terkait dengan siswa kelas VB SD Denggung, peneliti mengidentifikasi bahwa ada masalah perhatian dan prestasi belajar siswa. Masalah tersebut merupakan alasan untuk melakukan penelitian. Rumusan masalah pada penelitian ini adalah bagaimana penggunaan media bagan dalam upaya meningkatkan perhatian dan prestasi belajar siswa kelas VB SD Negeri Denggung pada mata pelajaran IPS.

Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas. Subjek penelitian adalah siswa kelas VB SD Negeri Denggung tahun ajaran 2012/2013. Objek penelitian ini adalah perhatian dan prestasi belajar siswa. Instrumen yang digunakan untuk mengukur perhatian pada penelitian ini adalah kuesioner dan lembar pengamatan. Instrumen yang digunakan untuk mengukur prestasi belajar adalah soal pilihan ganda dan rubrik pengamatan. Penelitian dilaksanakan dalam 2 siklus.

Media bagan digunakan sebagai media untuk meningkatkan perhatian siswa melalui pelibatan siswa dalam pembuatannya. Setelah penggunaan media bagan, terjadi kenaikan jumlah siswa yang tertarik pada suatu objek (dari kondisi awal 67.57% menjadi 83.78% dari jumlah total siswa 37); kenaikan jumlah siswa yang mengarahkan reseptor sensori yang sesuai ke arah objek (dari 55.56% siswa menjadi 70.91% dari total siswa 36); dan kenaikan jumlah siswa yang memusatkan pikiran pada objek (dari 56.76% menjadi 83.78% dari total siswa 37). Untuk meningkatkan prestasi belajar siswa, siswa dilibatkan dalam membuat materi dalam bentuk bagan. Setelah menggunakan media bagan yang sudah dibuat siswa, ada kenaikan rata-rata kelas siswa sebesar 67.52 menjadi 78.33. Jumlah siswa yang mencapai KKM juga meningkat dari kondisi awalnya 52.71 menjadi 70.27% dari total siswa 37.


(8)

viii ABSTRACT

IMPROVING STUDENTS’ ATTENTION AND LEARNING ACHIEVEMENT IN SOCIAL SCIENCES FOR GRADE V STUDENTS VB OF SD NEGERI

DENGGUNG USING CHART AS A LEARNING MEDIA Primandani Kartika Dewi

Sanata Dharma University 2013

After conducting preliminary studies by distributing questionnaires and studying documents related with grade V students of SD Denggung, the researcher indicated that the students were struggling for their attention and learning achievement. These challenges became the rationale for doing this research. The research formulation for this study was: how to use chart as a learning media to improve the attention and learning achievement of grade V students of SD Denggung.

This study was a classroom action research. The subject of the research was grade V students of SD Negeri Denggung in the academic year of 2012/2013.

The object of this research was students’ attention and students’ learning

achievement. The research instruments used were questionnaires and observation

checklists. The research instruments used to measure the students’ learning

achievement were multiple choice tests and observation rubrics. This classroom action research was conducted in two cycles.

Charts were used as a learning media to increase students’ attention by means of involving the students in developing the media. After the charts were used as a learning media, the number of the students who were interested in objects increased from 67.57% to 83.78% of 37 students; the number of the students who responded to the objects increased from 55.56% to 70.91% of 36 students; and the number of the students who focused on the objects increased

from 56.76% to 83.78% of 37 students. To increase students’ learning

achievement, the students were involved in developing learning materials in the

form of charts. After using the students’ charts, the grade average of the class

increased from 67.52 to 78.33. The number of the students who could pass the benchmark also increased from 57.71% to 70.27 of 37 students.


(9)

ix

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur peneliti ucapkan kepada Allah SWT atas semua anugrah serta kesempatan yang diberikan sehingga peneliti dapat menyelesaikan Skripsi yang berjudul ”Peningkatan Perhatian dan Prestasi Belajar Siswa Kelas VB SD Negeri Denggung pada Mata Pelajaran IPS Menggunakan Media Bagan”. Skripsi ini dibuat sebagai salah satu syarat kelulusan untuk memenuhi gelar Sarjana Pendidikan.

Peneliti menyadari bahwa skripsi ini lahir dengan adanya dukungan dan bantuan dari berbagai pihak, oleh karena itu peneliti mengucapkan terimakasih kepada:

1. Rohandi, Ph.D., selaku dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma.

2. Gregorius Ari Nugrahanta, S.J., S.S., BST., M.A., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Sanata Dharma.

3. Catur Rismiati, S.Pd., MA., Ed.D., selaku Wakil Ketua Program Studi Pendidikan Sekolah Guru Dasar Universitas Sanata Dharma dan dosen pembimbing I yang telah memberikan waktu, bimbingan dan motivasi sehingga terciptanya skripsi ini.

4. Eny Winarti, S.Pd., M.Hum., Ph.D., selaku dosen pembimbing II yang telah memberikan bimbingan, pesan, dan motivasi sehingga terciptanya skripsi ini.

5. Elga Andriana, S.Psi., M.Ed., selaku dosen PGSD yang sedari awal memberikan dukungan kepada peneliti untuk melakukan penelitian.

6. Dra. Sri Susilowati, M.Pd., selaku kepala sekolah SD Negeri Denggung yang telah memberikan ijin untuk melakukan penelitian.

7. Ari Trisnawati, S.Pd., selaku wali kelas VB SD Negeri Denggung yang telah memberikan kesempatan untuk melakukan penelitian.

8. Siswa kelas VB dan VA SD Negeri Denggung tahun ajaran 2012/2013 yang telah mau bekerja sama dengan baik sehingga penelitian ini dapat berjalan dengan lancar.


(10)

x

9. Ibu, Bapak, Kakak, dan Adikku yang tiada habisnya memberi semangat dan dukungan kepada peneliti untuk menyelesaikan tugas-tugas yang harus diselesaikan.

10. Teman-teman seperjuangan dalam menyelesaikan skripsi Leli, Uswa, Vita, Ii’, Puje, Handoko, Mas Wahyu, Ipin, Dien, Vivin, Hema, Laura, Endah, Prima, Lia, Galih, Nurvita, Novita, Eka.

11. Teman-teman ku di PGSD Nila, Lusia, Melani, Helmi, Ika, Mbak Rani, Sindy, Okti dan semuanya yang tidak bisa di sebutkan satu-persatu khususnya kelas B angkatan 2009.

12. Sahabat-sahabatku yang selalu mendukungku Enri, Fitri, Kristina, Mb Tri, Mb Sri, Mb Ami, Olip, dan masih banyak lagi.

Peneliti menyadari bahwa masih ada kesalahan dalam skripsi yang dibuat ini. Namun peneliti berharap karya ilmiah ini dapat bermanfaat bagi pembaca khususnya mahasiswa Sanata Dharma yang akan melakukan penelitian ilmiah.


(11)

xi

DAFTAR ISI

Halaman

Halaman Judul ... i

Halaman Persetujuan Pembimbing ... ii

Halaman Pengesahan ... iii

Motto dan Halaman Persembahan ... iv

Halaman Pernyataan Keaslian Karya ... v

Halaman Persetujuan Publikasi ... vi

Abstrak ... vii

Abstract ... viii

Kata Pengantar ... ix

Daftar Isi... xi

Daftar Tabel ... xiii

Daftar Gambar ... xv

Daftar Lampiran ... xvi

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Pembatasan Masalah ... 7

1.3. Rumusan Masalah ... 8

1.4. Tujuan Penelitian ... 8

1.5. Manfaat Penelitian ... 8

1.6. Batasan istilah ... 9

BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Kajian Teori ... 11

2.1.1. Teori Belajar Piaget ... 11

2.1.2. Perhatian ... 13

2.1.3. Prestasi Belajar ... 18

2.1.4. Media ... 21

2.1.5. Hakikat IPS ... 25

2.1.6. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ... 29

2.2. Penelitian Yang Relevan... 33

2.3. Skema Penelitian Yang Relevan ... 39

2.4. Kerangka Berpikir ... 39

2.5. Hipotesis Tindakan ... 41

BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian ... 42

3.2. Setting Penelitian ... 44

3.3. Rencana Tindakan ... 45

3.3.1. Persiapan ... 45

3.3.2. Rencana Setiap Siklus... 46


(12)

xii

3.5. Teknik Pengumpulan Data ... 50

3.6. Instrumen Pengumpulan Data... 51

3.6.1. Non Tes ... 52

3.6.2. Tes... 56

3.7. Tabel Instrumen Pengumpulan Data dan Teknik Pengumpulan Data ... 58

3.8. Validitas dan Reliabilitas Instrumen ... 59

3.8.1. Validitas ... 59

3.8.2. Reliabilitas ... 76

3.9. Teknik Analisis Data ... 78

3.10. Jadwal Penelitian ... 82

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Penelitian... 84

4.1.1. Siklus I ... 86

4.1.2. Siklus II ... 92

4.2. Hasil Penelitian ... 97

4.2.1. Kualitas Proses... 97

4.2.2. Kualitas Hasil... 114

4.3. Pembahasan ... 125

BAB V KESIMPULAN, KETERBATASAN, DAN SARAN 5.1. Kesimpulan ... 147

5.2. Keterbatasan Penelitian ... 149

5.3. Saran ... 149

DAFTAR REFERENSI ... 151


(13)

xiii

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1 Indikator dan pengukurannya ... 50

Tabel 2 Kisi-Kisi Kuesioner ... 52

Tabel 3 Lembar Pengamatan Perhatian ... 53

Tabel 4 Rubrik Penilaian Afektif Siklus I ... 54

Tabel 5 Rubrik Penilaian Afektif Siklus II ... 54

Tabel 6 Rubrik Penilaian Psikomotorik Siklus I ... 55

Tabel 7 Rubrik Penilaian Psikomotorik Siklus II ... 55

Tabel 8 Kisi-Kisi Soal Evaluasi Pilihan Ganda Siklus I ... 57

Tabel 9 Kisi-Kisi Soal Evaluasi Pilihan Ganda Siklus II ... 58

Tabel 10 Instrumen Pengumpulan Data dan Teknik pengumpulan Data ... 59

Tabel 11 Validitas Secara Rasional Pada Silabus Siklus I ... 61

Tabel 12 Validitas Secara Rasional Pada RPP dan Perangkatnya Siklus I ... 62

Tabel 13 Validitas Secara Rasional Pada Silabus Siklus II... 63

Tabel 14 Validitas Secara Rasional Pada RPP dan Perangkatnya Siklus II .... 64

Tabel 15 Validitas Rasional Item Pernyataan Kuesioner Indikator Tertarik Pada Suatu Objek ... 65

Tabel 16 Validitas Rasional Item Pernyataan Kuesioner Indikator Memusatkan pikiran pada suatu objek ... 66

Tabel 17 Deskripsi lembar pengamatan Sebelum dan Sesudah Validitas Rasional ... 67

Tabel 18 Hasil Uji Validitas Soal Pilihan Ganda Siklus I ... 69

Tabel 19 Hasil Validasi Soal Pilihan Ganda Siklus I ... 71

Tabel 20 Hasil Uji Validitas Soal Pilihan Ganda Siklus II ... 72

Tabel 21 Hasil Validasi Soal Pilihan Ganda Siklus II... 74

Tabel 22 Hasil Uji Validitas Kuesioner ... 75

Tabel 23 Hasil Validasi Kuesioner ... 76

Tabel 24 Item Kuesioner yang Valid Setelah Validasi Empiris ... 76

Tabel 25 Makna Korelasi ... 77

Tabel 26 Hasil Uji Reliabilitas Soal Evaluasi Siklus I ... 77

Tabel 27 Hasil Uji Reliabilitas Soal Evaluasi Siklus II... 78

Tabel 28 Hasil Uji Reliabilitas Kuesioner ... 78

Tabel 29 Tingkat Penguasaan Kompetensi ... 80

Tabel 30 Batas Nilai Perhitungan Tertarik Pada Suatu Objek ... 81

Tabel 31 Batas Nilai Perhitungan Mengarahkan Reseptor Sensori Terhadap Objek ... 81

Tabel 32 Batas Nilai Perhitungan Memusatkan Pikiran Terhadap Suatu Objek ... 82

Tabel 33 Jadwal Penelitian ... 83

Tabel 34 Jadwal Pelaksanaan Penelitian ... 85

Tabel 35 Peningkatan Perhatian dan Prestasi Belajar Siklus I ... 90

Tabel 36 Kendala dan Strategi Pemecahan Masalah Siklus I ... 91

Tabel 37 Peningkatan Perhatian dan Prestasi Belajar Siklus II... 95


(14)

xiv

Tabel 39 Hasil Kuesioner Tertarik pada Suatu Objek Siklus I ... 98

Tabel 40 Hasil Observasi Mengarahkan Reseptor Sensori yang Sesuai ke Arah Objek Pertemuan Pertama Siklus I... 100

Tabel 41 Hasil Observasi Observasi Mengarahkan Reseptor Sensori yang Sesuai ke Arah Objek Pertemuan Kedua Siklus I ... 102

Tabel 42 Hasil Kuesioner Memusatkan Pikiran pada Suatu Objek Siklus I ... 104

Tabel 43 Perhatian Siswa Siklus I ... 105

Tabel 44 Hasil Kuesioner Tertarik pada Suatu Objek Siklus II ... 106

Tabel 45 Hasil Observasi Mengarahkan Reseptor Sensori yang Sesuai ke Arah Objek Pertemuan Pertama Siklus II ... 108

Tabel 46 Hasil Observasi Mengarahkan Reseptor Sensori yang Sesuai ke Arah Objek Pertemuan Kedua Siklus II ... 110

Tabel 47 Hasil Kuesioner Memusatkan Pikiran pada Suatu Objek Siklus II ... 112

Tabel 48 Perhatian Siswa Siklus II... 113

Tabel 49 Hasil Ulangan Siswa atau Nilai Kognitif ... 115

Tabel 50 Nilai Psikomotorik Siswa Siklus I dan Siklus II ... 117

Tabel 51 Nilai Afektif Siswa Siklus I dan Siklus II ... 119

Tabel 52 Hasil Prestasi Belajar Siswa Kelas VB Siklus I ... 121

Tabel 53 Hasil Prestasi Belajar Siswa Kelas VB Siklus II... 123

Tabel 54 Data Peningkatan Perhatian dan Prestasi Belajar siswa kelas VB SD N Denggung ... 126

Tabel 55 Daftar Jumlah Nilai Pernyataan Kuesioner Indicator Tertarik Pada Suatu Objek ... 129

Tabel 56 Daftar Jumlah Nilai Deskriptor Indikator Mengarahkan Reseptor Sensori yang Sesuai Ke Arah Objek ... 131

Tabel 57 Daftar Jumlah Nilai Pernyataan Indikator Memusatkan Pikiran (Mental) Pada Suatu Objek ... 135


(15)

xv

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1 Ilmu Pendukung IPS... 26

Gambar 2 Skema Penelitian yang Relevan ... 39

Gambar 3 Siklus PTK model Kemmis dan Taggart... 43

Gambar 4 Grafik Peningkatan Ketertarikan Siswa Terhadap Objek ... 127

Gambar 5 Bagan Siswa ... 128

Gambar 6 Grafik Peningkatan Mengarahkan Reseptor Sensori yang Sesuai ke Arah Objek ... 129

Gambar 7 Ruang Perpustakaan ... 133

Gambar 8 Grafik Peningkatan Memusatkan Pikiran Terhadap Objek ... 134

Gambar 9 Grafik Peningkatan Rata-rata Kelas ... 138

Gambar 10 Grafik Peningkatan Jumlah Siswa Yang Mencapai KKM ... 138

Gambar 11 Bagan Siklus I ... 140

Gambar 12 Bagan Siklus II ... 140

Gambar 13 Bagan Buatan Siswa pada Siklus I ... 142

Gambar 14 Bagan Buatan Siswa pada Siklus II... 142

Gambar 15 Komentar Siswa Bagan BPUPKI dan PPKI ... 143

Gambar 16 Komentar Siswa pada Bagan Perumusan Dasar Negara ... 144 Gambar 17 Refleksi Siswa Menghormati Perjuangan Para Tokoh Pejuang (1) . 144 Gambar 18 Refleksi Siswa Menghormati Perjuangan Para Tokoh Pejuang (2) . 145


(16)

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 Surat Ijin Penelitian dari FKIP USD ... 154

Lampiran 2 Surat keterangan Telah Melakukan Penelitian ... 155

Lampiran 3 Silabus Sebelum Validasi ... 156

Lampiran 4 Silabus Setelah Validasi ... 161

Lampiran 5 RPP dan Perangkatnya Sebelum Validasi ... 167

Lampiran 6 RPP dan Perangkatnya Setelah Validasi ... 196

Lampiran 7 Validasi RPP dan Silabus Oleh Ahli ... 254

Lampiran 8 Soal Evaluasi Siklus I ... 256

Lampiran 9 Soal Evaluasi Siklus II ... 264

Lampiran 10 Kuesioner ... 270

Lampiran 11 Data Awal Siswa ... 274

Lampiran 12 Hasil Siklus I ... 280

Lampiran 13 Hasil Siklus II ... 287


(17)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pasal 1 ayat 1 undang-undang sistem pendidikan nasional No.20 tahun 2003 menyebutkan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara (Depdiknas, 2003). Dengan kata lain, pendidikan merupakan tempat bagi para peserta didik untuk mengembangkan dirinya secara optimal.

Salah satu jalur pendidikan yang dapat dilalui peserta didik untuk mengembangkan potensi mereka adalah melalui pendidikan formal. Pendidikan formal adalah jalur pendidikan yang terstruktur dan berjenjang yang terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi. Jenjang pendidikan formal yang pertama adalah pendidikan dasar. Salah satu bentuk pendidikan dasar adalah sekolah dasar. Sekolah dasar adalah tempat bagi peserta didik khususnya umur 7-12 tahun untuk mengembangkan potensinya secara optimal bersama warga sekolah lainnya (Depdiknas, n.d.)

Sekolah dasar merupakan awal bagi para peserta didik untuk memperoleh pendidikan. Pendidikan di sekolah dilakukan melalui proses pembelajaran. Proses pembelajaran merupakan awal untuk meningkatkan mutu pendidikan (Gora, 2010: 1). Mutu pendidikan dapat dicapai salah satunya dengan penggunaan


(18)

pembelajaran inovatif. Pembelajaran inovatif dapat diciptakan melalui prinsip Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan atau biasa disebut PAKEM. PAKEM berasal dari konsep bahwa pembelajaran harus berpusat pada anak (student centered learning) dan menyenangkan (learning is fun) agar mereka termotivasi untuk terus belajar sendiri tanpa di perintah dan tidak merasa terbebani atau takut (Rusman, 2010: 321). PAKEM dirancang sedemikian rupa untuk membuat siswa menjadi aktif dan suasana belajar yang menyenangkan. Pembelajaran yang menyenangkan bukan hanya suatu kesenangan semata tanpa memiliki makna didalamnya. Kesenangan dalam pembelajaran yang lebih kepada rasa menikmati setiap kegiatan pembelajaran yang dilakukan. Menyenangkan menurut Rusman (2010: 13) adalah suasana belajar-mengajar yang membuat siswa memusatkan perhatiannya secara penuh pada belajar sehingga curah waktu perhatiannya tinggi. Rusman juga menjelaskan bahwa pembelajaran yang menyenangkan ditandai dengan besarnya perhatian siswa terhadap tugas sehingga hasil belajar (tujuan pembelajaran) meningkat.

Proses pembelajaran yang menyenangkan dapat terlihat dari tingkat perhatian siswa saat pembelajaran. Proses pembelajaran yang menyenangkan belum tercipta pada kelas VB SD Negeri Denggung. Jumlah siswa kelas VB SD Negeri Denggung tahun ajaran 2012/2013 berjumlah 37 siswa. Hasil observasi yang dilakukan pada 21 Februari 2013 menunjukan bahwa siswa kurang mencurahkan perhatiannya pada pelajaran IPS. Pada saat observasi, guru menggunakan metode ceramah, penugasan, dan tanya jawab. Tugas yang diberikan kepada anak adalah mengerjakan lembar kerja siswa (LKS). Selain


(19)

observasi peneliti juga memberikan kuesioner kepada siswa pada tanggal 16 Maret 2013. Hasil observasi dan penyebaran angket menunjukkan kurangnya perhatian siswa pada pelajaran IPS. Siswa dikatakan memiliki perhatian yang kurang karena dalam satu kelas hanya sebagian siswa yang menunjukan indikator seseorang yang memperhatikan. Indikator dari seseorang yang memperhatikan yaitu, 1) orang yang tertarik pada suatu objek; 2) mengarahkan reseptor sensori fisik yang sesuai ke arah objek; dan 3) memusatkan pikiran (mental) pada objek. Objek perhatian dalam hal ini adalah pelajaran IPS.

Hasil observasi dan penyebaran angket menunjukkan bahwa pada indikator yang pertama perhatian yaitu tertarik pada suatu objek, sebanyak 32.43% dari 37 siswa tidak menunjukkan ketertarikan terhadap mata pelajaran IPS. Sebanyak 44.44% siswa tidak mengarahkan reseptor sensori yang sesuai ke arah objek dan sebanyak 43.24% siswa tidak memusatkan pikiran (mental) terhadap pelajaran IPS ketika pelajaran IPS berlangsung. Siswa tersebut sibuk dengan kegiatan sendiri seperti mengobrol, bermain-main dengan temannya, dan ada pula yang melamun saat pembelajaran berlangsung. Saat guru mengajukan pertanyaan, hanya 1- 3 murid yang menjawab pertanyaan guru. Data yang diperoleh peneliti diperkuat oleh informasi dari wali kelas bahwa siswa memang memiliki perhatian yang kurang. Wali kelas menyatakan bahwa perhatian murid kurang karena murid banyak berbincang dengan teman sebangku dan wajahnya terlihat tidak konsentrasi. Wali kelas menyebutkan terkadang ada anak yang mengganggu temannya saat pelajaran berlangsung. Selain itu, wali kelas juga menyebutkan bahwa anak-anak itu jika sekarang diajari, besok sudah lupa.


(20)

Peneliti melakukan pengumpulan data dengan dokumentasi data yang ada di kelas VB SD Negeri Denggung. Data tersebut menunjukkan bahwa Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) pelajaran IPS tahun ajaran 2010/2011 dan 2011/2012 adalah 70. Siswa dikatakan tuntas jika nilainya lebih dari atau sama dengan 70. Berdasarkan dokumentasi data nilai IPS tahun ajaran 2010/2011 dan 2011/2012 siswa kelas VB memiliki prestasi belajar yang rendah. Siswa yang tidak mencapai KKM pada semester 1 tahun ajaran 2010/2011 adalah 55.56% dan pada semester 2 sebanyak 27.04%. Pada semester 1 tahun 2011/2012 sebanyak 55.18% siswa tidak mencapai KKM dan pada semester 2 sebanyak 41.38%. Rata-rata kelas VB SD Negeri Denggung tahun ajaran 2010/2011 semester 1 adalah 63.22 dan pada semester 2 adalah 70.54. Pada tahun 2011/2012 rata-rata kelas semester 1 adalah 66.54 dan pada semester 2 adalah 69.76. Hasil observasi, penyebaran angket, dan dokumentasi data menunjukkan bahwa terdapat masalah mengenai perhatian dan prestasi belajar siswa kelas VB SD Negeri Denggung pada mata pelajaran IPS. Berdasarkan pemaparan masalah yang telah disebutkan di atas, maka dapat dikatakan bahwa kelas VB SD Negeri Denggung tahun ajaran 2012/2013 memerlukan pembelajaran yang dapat meningkatkan perhatian dan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran IPS.

Selama proses observasi guru menggunakan metode yang bervariasi seperti ceramah, tanya jawab, penugasan, dan presentasi. Kegiatan pembelajaran juga banyak dilakukan secara kelompok. Meskipun guru sudah menggunakan metode yang bervariasi, tetapi guru belum menggunakan media pembelajaran. Pada teori belajar Piaget, siswa umur 11 tahun atau kelas V SD masuk pada tahap


(21)

operasional konkret (Suparno, 2012: 25). Tahap operasional konkret ditandai dengan adanya sistem operasi berdasarkan apa-apa yang kelihatan nyata atau konkret (Suparno, 2012: 70). Siswa belajar dengan hal-hal yang nyata atau konkret. Siswa membutuhkan media dalam pembelajaran IPS karena materi IPS kelas V abstrak. Media mampu mengurangi tingkat keabstrakan materi IPS.

Selain membantu dalam proses pemahaman materi belajar, media juga mampu meningkatkan perhatian siswa. Hal tersebut dikatakan oleh Sudjana dan Riva’I (Kustandi, 2011: 25) yang menjelaskan bahwa media bermanfaat untuk menarik perhatian siswa, sehingga dapat menumbuhkan motivasi belajar dan bahan pembelajaran akan lebih jelas maknanya sehingga dapat lebih dipahami oleh siswa dan memungkinkan menguasai dan mencapai tujuan pembelajaran.

Kompetensi dasar kelas V sekolah dasar membahas tentang kisah perjuangan kemerdekaan masa lalu, peninggalan tokoh sejarah, keragaman kenampakan alam dan suku bangsa, serta kegiatan ekonomi di Indonesia. Materi- materi tersebut membutuhkan media untuk membantu pemahaman siswa. Munadi (2010: x-xii) membagi media menjadi 4 yaitu media audio, media visual, media audio visual, dan multimedia. Pemilihan media harus sesuai dengan karakteristik media itu sendiri dengan tuntutan tujuan dan karakteristik siswa (Munadi, 2010: 186).

Materi IPS kelas V banyak membahas tentang masa lalu dan benda-benda yang sulit dilihat secara langsung oleh siswa. Miller (Munadi, 2010: 185) menyatakan tentang teori realisme yang menyatakan bahwa belajar yang sempurna hanya dapat tercapai jika digunakan bahan-bahan visual dan audio


(22)

visual yang mendekati realitas. Lebih banyak sifat bahan program media yang menyerupai realitas, makin mudah terjadi belajar. Mendasari pada materi IPS kelas V, peneliti melihat ada 3 media yang sesuai dengan materi IPS kelas V yaitu media gambar, media bagan, dan media mind map. Anitah (2010: 9) menjelaskan bahwa media gambar dapat membantu mempermudah pengertian peserta didik. Suatu penjelasan yang sifatnya abstrak dapat dibantu dengan gambar sehingga peserta didik lebih mudah memahami apa yang dimaksud. Anitah (2010: 14) juga menjelaskan bahwa media bagan adalah gambaran dari sesuatu yang dilukiskan dengan garis, gambar dan kata-kata. Sedangkan media mind map merupakan peta rute bagi ingatan yang mewakili pikiran-pikiran utama dalam proses pemikiran dan mewakili ide penting yang dapat membantu mempermudah dalam mengingat suatu pengetahuan (Buzan, 2008: 15).

Di dalam media bagan dan mind map di dalamnya terdapat media gambar. Media bagan memiliki kelebihan dibandingkan dengan mind map yaitu media bagan memiliki lebih banyak variasi. Anitah (2010: 14-20) menjelaskan ada 11 macam jenis bagan. Kegiatan membuat bagan yang bervariasi akan membuat siswa tidak merasa bosan. Alasan lain peneliti memilih media bagan adalah karena IPS banyak membahas tentang waktu, kejadian, dan tokoh-tokoh. Banyaknya materi IPS dapat diatasi dengan media bagan, media bagan dapat membantu melukiskan keadaan waktu tertentu terjadi suatu proses (Anitah, 2010: 18). Media bagan akan membantu materi menjadi lebih jelas dan tersruktur karena dapat menyingkat materi yang banyak menjadi lebih sederhana. Prestasi belajar dapat meningkat dengan meringkas materi menjadi lebih sederhana dan jelas.


(23)

Dengan alasan tersebut, peneliti menggunakan media bagan dalam usaha meningkatkan perhatian dan prestasi belajar siswa.

Dalam sebuah penelitian oleh Mas’udah (2009) terbukti bahwa media bagan mampu meningkatkan perhatian dan hasil belajar siswa. Selain itu Sudirman (2008) dalam penelitiannya yang menunjukan bahwa metode yang bervariasi mampu meningkatkan perhatian siswa. Penelitian lain yang telah dilakukan oleh Lailiyah (2011) dan Maryudani (2010) menyatakan bahwa terjadi peningkatan prestasi belajar siswa. Penelitian yang telah dilakukan tersebut menjadi alasan peneliti untuk melakukan penelitian peningkatan perhatian dan prestasi belajar siswa kelas VB SD Negeri Denggung tahun ajaran 2012/2013 pada mata pelajaran IPS menggunakan media bagan.

1.2. Pembatasan Masalah

Penelitian ini terbatas pada peningkatan perhatian dan prestasi belajar pada mata pelajaran IPS pada siswa kelas VB SD Negeri Denggung tahun ajaran 2012/2013. Standar kompetensi 2) menghargai peranan tokoh pejuang dan masyarakat dalam mempersiapkan dan mempertahankaan kemerdekaan Indonesia. Kompetensi dasar 2.2) menghargai jasa dan peranan tokoh perjuangan dalam mempersiapkan kemerdekaan Indonesia dan 2.4) menghargai perjuangan para tokoh dalam mempertahankan kemerdekaan. Materi persiapan kemerdekaan oleh BPUPKI, PPKI, perumusan dasar negara, tokoh pejuang kemerdekaan, mempertahankan kemerdekaan Indonesia melalui pertempuran, dan mempertahankan kemerdekaan Indonesia melalui perdamaian.


(24)

1.3. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan di atas, maka rumusan masalah yang dikaji adalah:

1.3.1. Bagaimana penggunaan media bagan dalam upaya meningkatkan perhatian IPS siswa kelas VB SD Negeri Denggung?

1.3.2. Bagaimana penggunaan media bagan dalam upaya meningkatkan prestasi belajar IPS siswa kelas VB SD Negeri Denggung?

1.4. Tujuan Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan untuk:

1.4.1. Mengetahui penggunaan media bagan dalam upaya meningkatkan perhatian IPS siswa kelas VB SD Negeri Denggung.

1.4.2. Mengetahui penggunaan media bagan dalam upaya meningkatkan prestasi belajar IPS siswa kelas VB SD Negeri Denggung.

1.5. Manfaat Penelitian

1.5.1. Bagi Guru

Penelitian ini diharapkan dapat membantu guru sekolah dasar dalam mengembangkan kegiatan pembelajaran menggunakan media bagan untuk meningkatkan perhatian dan prestasi belajar siswa pelajaran IPS.

1.5.2. Bagi Peneliti

Penelitian ini sebagai sarana untuk mengimplementasikan pengetahuan yang di dapat selama kuliah serta menambah pengetahuan dan pengalaman


(25)

peniliti, khususnya pada mata pelajaran IPS dengan menggunakan media bagan dalam peningkatan perhatian dan prestasi belajar siswa.

1.5.3. Bagi Siswa

Penelitian ini membantu siswa menjadi lebih perhatian pada sumber belajar saat kegiatan pembelajaran dan meningkatnya prestasi belajar khususnya pada mata pelajaran IPS.

1.5.4. Bagi Sekolah

Meningkatnya perhatian dan prestasi belajar sekolah maka akan memberikan sumbangan bagi perbaikan mutu sekolah. Laporan penelitian ini dapat memberikan masukan bagi para guru untuk menerapkan media bagan dalam proses pembelajaran.

1.6. Batasan Istilah

Seperti yang telah diuraikan di atas, berikut batasan istilah dari kegiatan penelitian ini:

1.6.1. Perhatian

Kemampuan memfokuskan pikiran pada satu hal dari berbagai rangsangan yang muncul.

1.6.2. Prestasi Belajar

Prestasi belajar adalah hasil evaluasi yang diberikan kepada siswa setelah kegiatan belajar mengajar dan data berupa angka.


(26)

Media bagan adalah gambaran dari sesuatu yang dilukiskan dengan garis, gambar, dan atau kata-kata.

1.6.4. Ilmu Pengetahuan Sosial

IPS adalah ilmu pengetahuan tentang manusia dalam kelompok yang disebut masyarakat yang didalamnya terdapat ilmu politik, ekonomi, sejarah, geografi, sosiologi, antropologi, dan sebagainya.


(27)

11

BAB II

LANDASAN TEORI

Bab kedua dari penelitian ini membahas 3 sub bab utama yaitu kajian teori, penelitian yang relevan, kerangka berpikir, dan hipotesis tindakan. Materi yang dibahas dalam bab ini merupakan dasar teori dan dasar berpikir peneliti melakukan penelitian.

2.1. Kajian Teori

Pada sub bab ini membahas teori-teori yang berhubungan dengan penelitian seperti teori belajar Piaget, perhatian, prestasi belajar, media, IPS, dan Penelitian Tindakan Kelas.

2.1.1. Teori Belajar Piaget

Teori belajar Piaget banyak dikenal dengan teori perkembangan kognitif atau teori perkembangan intelektual. Teori ini berkenaan dengan kesiapan anak untuk belajar yang dikemas dalam tahap-tahap perkembangan sejak lahir hingga dewasa (Suyono, 2011: 82). Teori perkembangan kognitif Piaget (Suyono, 2011: 83-84) dibagi dalam 4 periode utama. Tahap pertama adalah tahap sensori motor. Tahap ini berlangsung sejak lahir sampai sekitar usia 2 tahun. Mereka mengandalkan kemampuan sensorik dan motoriknya. Kemampuan yang dimiliki anak antara lain melihat dirinya sendiri sebagai makhluk yang berbeda dengan objek disekitarnya, suka memperhatikan sesuatu lebih lama, dan mendefinisikan sesuatu dengan memanipulasinya. Tahap kedua adalah pra-operasional. Tahap ini berlangsung sekitar 2-7 tahun. Saat ini kecenderungan anak untuk selalu


(28)

mengandalkan dirinya pada persepsinya tentang realitas sangatlah menonjol. Pada tahap ini anak memiliki sikap egosentris yang menonjol.

Tahap ketiga adalah operasional konkret. Tahap in berlangsung sekitar 7-11 tahun. Pada kurun waktu ini pikiran logis anak mulai berkembang. Dalam usahanya mengerti tentang alam sekelilingnya mereka tidak terlalu menggantungkan diri pada informasi yang datang dari panca indera. Anak sudah mampu berpikir secara operasi konkret. Anak sering kali sudah dapat mengikuti logika atau penalaran, tetapi jarang mengetahui jika membuat kesalahan. Sesungguhnya anak telah dapat melakukan klasifikasi, pengelompokkan, dan pengaturan masalah tetapi belum sepenuhnya menyadari adanya prinsip-prinsip yang terkandung didalamnya. Tahap yang terakhir adalah tahap operasional formal. Tahap ini berlangsung mulai 11 tahun dan seterusnya. Sejak tahap ini anak sudah mampu berpikir abstrak, yaitu berpikir mengenai ide dan memikirkan alternative pemecahan masalah. Anak sudah dapat bekerja secara efektif dan sistematis, proporsional, serta menarik generalisasi secara mendasar.

Umur 11 tahun adalah saat perpindahan dari operasional konkret menuju operasional formal, sehingga pada umur ini anak sudah mulai bisa menerima pembelajaran yang abstrak namun masih memerlukan bantuan dari benda yang konkret untuk pemahaman lebih mendalam. Setiap tahap dilalui oleh anak dengan cara yang tidak serempak. Terdapat anak yang lebih cepat melewati tahap-tahap tersebut atau bahkan lebih lambat. Kecepatan tersebut dipengaruhi oleh kematangan organis, sistem saraf, fisik, pengalaman anak dengan lingkungan,


(29)

interaksi sosial, dan cara anak mengembangkan self-regulasi untuk mencapai keseimbangan dalam pemikiranya (Suparno, 2012: 111).

Penelitian ini dilakukan pada siswa kelas V sekolah dasar. Siswa kelas V sekolah dasar kurang lebih berumur 11 tahun, umur tersebut masuk pada tahap operasional konkret. Ciri-ciri lain pada tahap operasional konkret juga dijelaskan oleh Suparno (2012: 25) yaitu pakai aturan yang jelas atau logis, memahami konsep reversible atau kekekalan. Pada tahap ini anak sudah bisa berpikir dengan logis namun masih terbatas pada benda-benda yang konkret, pemikiran itu belum diterapkan pada kalimat verbal, hipotesis, dan abstrak (Suparno, 2012; 87).

2.1.2. Perhatian

Suherman (2005: 40) menjelaskan bahwa perhatian adalah proses konsentrasi pikiran atau pemusatan aktivitas mental. Hal ini diperkuat oleh Santrock (2007: 313) yang menjelaskan perhatian adalah mengonsentrasikan dan memfokuskan sumber daya mental.

Sternberg (2008: 58) juga mejelaskan tentang perhatian, perhatian adalah cara-cara kita secara aktif memproses sejumlah informasi yang terbatas dari sejumlah besar informasi yang disediakan oleh indera, memori yang tersimpan dan oleh proses-proses kognitif kita yang lain. Stenberg menerangkan bahwa seseorang hanya akan memproses informasi tententu dari sekian banyak informasi yang dapat diterima oleh indera. Informasi yang terpilih akan diterima oleh indera, diingat, dan diproses oleh otak. Secara sederhana juga dijelaskan oleh Slameto (2010: 105) bahwa perhatian adalah kegiatan yang dilakukan seseorang dalam hubungannya dengan pemilihan rangsangan yang datang dari lingkungannya.


(30)

Sedangkan menurut Ormrod (2008: 277) perhatian adalah apa saja yang diperhatikan orang secara mental untuk dipindahkan ke memori kerja. Memori kerja adalah salah satu komponen memori yang menyimpan dan secara aktif memikirkan dan memproses sejumlah informasi yang terbatas.

Memori atau ingatan (Santrock, 2007: 312) adalah retensi informasi dari waktu ke waktu yang melibatkan encoding, penyimpanan, dan pengambilan kembali. Dalam kegiatan encoding seseorang membutuhkan perhatian. Encoding adalah proses memasukkan informasi ke dalam memori. Perhatian akan mempermudah proses memasukkan informasi ke dalam memori.

Perhatian membuat seseorang memfokuskan kemampuan mental kepada stimuli yang menarik perhatian. Fokus yang ditajamkan ini meningkatkan kemungkinan seseorang menyerap dan memahami, sehingga dapat merespon dengan cepat dan seakurat mungkin pada stimuli tersebut. Seseorang akan lebih mampu mengingat informasi yang kita beri perhatian dari pada informasi yang kita abaikan (Sternberg, 2008: 59).

Berdasarkan berbagai pengertian perhatian yang dipaparkan di atas, dapat dinyatakan bahwa perhatian adalah mengkonsentrasikan pikiran atau pemusatan aktivitas mental pada suatu rangsang dari sekian banyak rangsang yang ada di lingkungan sekitar yang dimasukkan ke memori kerja. Rangsang pada penelitian ini adalah guru, sumber belajar, atau hal-hal yang berhubungan dengan kegiatan pembelajaran yang sedang berlangsung.

Alport (1933) dalam Kuswana (2011: 222) mengungkapkan ada 2 macam perhatian, yaitu perhatian yang terfokus (selektif) dan perhatian terbagi. Perhatian


(31)

yang terfokus adalah kemampuan untuk memilih beberapa data informasi dari suatu waktu. Perhatian terbagi adalah kemampuan untuk mengalokasikan perhatian pada dua atau lebih dari tugas-tugas secara serempak.

2.1.2.1.Faktor-faktor yang mempengaruhi perhatian

Eysenck & Keane (Brown, 2007: 2) mengungkapkan bahwa perhatian dipengaruhi oleh difficulty task, practice, dan similarity. Difficulty task atau tugas yang sulit membuat siswa tertantang dan fokus untuk memahami suatu hal. Practice atau praktek membuat seseorang menjadi memperhatikan karena orang tersebut secara langsung terlibat pada suatu kegiatan atau hal. Sedangkan similarity mempengaruhi perhatian karena disitu seseorang memproses informasi dengan cara mencari persamaan dan perbedaan dengan hal-hal yang telah diketahui atau hal-hal yang menjadi perbandingan.

Hal-hal yang mempengaruhi perhatian juga dijelaskan Slameto (2010: 106-107) bahwa perhatian dipengaruhi oleh hal-hal yang baru, hal-hal yang dianggap rumit, dan hal-hal yang dikehendakinya. Hal-hal yang baru dapat menarik perhatian siswa termasuk warna dan bentuk dari pada hal-hal yang sudah pernah ia alami atau lakukan. Hal-hal yang dianggap rumit akan menjadi fokus perhatian siswa selama kerumitan tersebut tidak melampaui batas kemampuan siswa tersebut. Orang juga akan memperhatikan hal pada apa yang dikehendakinya, yaitu hal-hal yang sesuai dengan minat, pengalaman dan kebutuhannya.


(32)

2.1.2.2.Indikator perhatian

Orang yang memiliki perhatian dicontohkan oleh beberapa tokoh. Salah satu tokoh bernama Omrord (2008: 277) menjelaskan contoh orang yang memberi perhatian pada saat membaca. Berikut penjelasannya,

Memberikan atensi berarti mengarahkan tidak hanya reseptor sensori yang sesuai (di mata, telinga, ujung jari, dan sebagainya), tetapi juga pikiran pada apapun yang perlu dipelajari dan diingat. Bayangkan diri anda membaca buku teks untuk salah satu mata kuliah anda. Mata anda bergerak menyusuri tiap halaman, namun anda memikirkan sesuatu yang lain pada saat yang bersamaan-pertengkaran dengan seseorang teman baru-baru ini, pekerjaan bergaji tinggi yang diiklankan di surat kabar, atau perut anda yang berbunyi. Apa yang akan anda ingat dari buku teks anda? Tidak ada sama sekali. Meskipun mata anda terfokus pada kata-kata dalam buku anda, secara mental anda tidak memperhatikan kata-kata tersebut.

Kutipan di atas menjelaskan bahwa orang yang memperhatikan tidak hanya mengarahkan reseptor indera seperti indera penglihatan, indera pendengaran, dan indera peraba namun juga memusatkan pikirannya pada hal yang menjadi perhatiannya saat itu. Orang yang memberikan perhatian pada suatu objek dapat dilihat dari luar. Hal tersebut dijelaskan oleh Omrord yang menyebutkan bahwa memperhatikan berarti mengarahkan reseptor sensori ke objek yang menarik perhatian. Meskipun sudah mengarahkan sensori ke objek yang menarik perhatian, seseorang dikatakan memperhatikan jika di ikuti dengan


(33)

proses secara mental. Kegiatan proses mental pada saat memperhatikan ini adalah pemusatan pikiran.

Atkinson (2005: 226) juga menjelaskan tentang orang yang memberi perhatian pada suatu objek. Berikut penjelasan Atkinson,

Bila suatu stimulasi menarik perhatian kita, kita biasanya melakukan gerakan badan tertentu yang membangkitkan resepsi. Bila terdapat stimulus visual kita gerakkan kepala dan mata sehingga bayangan jatuh pada bintik kuning. Anak mata kita akan mengembang sementara untuk memungkinkannya lebih banyak cahaya masuk ke dalam mata, dan otot lensa bekerja untuk membawa bayangan dengan jelas ke dalam fokus. Bila terdapat stimulus auditoris yang lemah, kita mungkin menekukkan tapak tangan dibawah telinga atau mengarahkan telinga ke arah suara, menahan badan kita agar dapat membangkitkan resepsi. Gerakan badan ini disertai perubahan fisiologis tertentu. Reaksi fisiologis yang terjadi sebagai respon pada perubahan stimulus yang ada disekitarnya membentuk suatu pola yang ajeg.

Atkinson menjelaskan bahwa jika terdapat hal yang menarik perhatian seseorang maka ia akan melakukan gerakan-gerakan tertentu untuk membangkitkan resepsi. Seseorang akan berusaha menangkap rangsang lebih baik lagi dengan cara mata dilebarkan atau menekuk daun telinga agar suara dapat diterima dengan lebih baik.

Penjelasan Atkinson tersebut menunjukkan bahwa seseorang memberi perhatian pada suatu objek karena objek tersebut menarik bagi orang tersebut. Jadi


(34)

seseorang yang memperhatikan itu tertarik pada objek yang diperhatikan. Selain itu, penjelasan Atkinson juga menyebutkan bahwa orang yang memperhatikan menunjukan suatu reaksi fisiologis atau reaksi secara fisik. Dari keterangan tersebut, seseorang yang perhatian pada suatu objek dapat dilihat oleh orang lain. Orang lain bisa melihat apakah orang tersebut memperhatikan atau tidak adalah dari tindakan-tindakan yang dilakukan oleh orang tersebut.

Berdasarkan penjelasan Atkinson dan Ormrod di atas, orang yang memperhatikan ditunjukkan dari orang yang tertarik pada suatu objek, mengarahkan reseptor sensori fisik yang sesuai ke arah objek, dan memusatkan pikiran (mental) pada objek. Seseorang yang tertarik pada suatu objek artinya ia memiliki keinginan untuk mengenal atau memahami objek tersebut. Reseptor sensori yang diarahkan ke objek adalah reseptor sensori seperti mata, telinga, kulit (peraba), atau reseptor sensori lain yang dapat membantu sesorang untuk menerima dan mendapatkan informasi tentang suatu objek yang menarik perhatian. Memusatkan pikiran adalah salah satu cara memproses atau memasukkan informasi yang ia terima atau dapatkan. Memusatkan pikiran pada objek tertentu dilakukan dengan tidak menghiraukan objek diluar materi. Objek pada penelitian ini adalah objek-objek yang berhubungan dengan proses pembelajaran, misalnya materi, guru, buku, media, dan alat-alat pembelajaran.

2.1.3. Prestasi Belajar

Prestasi belajar berasal dari dua kata yaitu prestasi dan belajar. Belajar menurut Winkel dalam Gora (2010: 16) adalah suatu aktivitas mental atau psikis, yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan


(35)

perubahan-perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, keterampilan dan sikap-sikap. Slameto (2010: 2) memperkuat pernyataan Winkel dengan mengatakan bahwa belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Prestasi sendiri menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah hasil yang telah dicapai atau dari yang telah dilakukan atau dikerjakan (2007: 895).

Arifin (2009: 12) menyatakan prestasi belajar adalah hal yang berkenaan dengan aspek pengetahuan. Hal tersebut juga dinyatakan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2007: 895) prestasi belajar adalah penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan melalui mata pelajaran, lazimnya ditunjukan dengan nilai tes atau nilai angka yang dilakukan oleh guru. Berdasarkan kedua pernyataan itu dapat dirumuskan bahwa prestasi belajar adalah penguasaan pengetahuan yang dinyatakan dalam tes. Prestasi belajar dapat ditentukan melalui tes yang diberikan oleh guru.

2.1.3.1.Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar

Slameto menggolongkan faktor-faktor yang mempengaruhi belajar menjadi dua yaitu faktor-faktor intern dan faktor-faktor ekstern. Dalam faktor intern dibagi lagi menjadi 3 bagian yaitu dari faktor jasmaniah, faktor psikologis, dan faktor kelelahan (Slameto, 2010: 54-55). Hal yang berpengaruh dalam belajar dari faktor jasmani adalah adanya kesehatan dan cacat tubuh. Agar seseorang dapat belajar dengan baik haruslah mengusahakan kesehatan badannya tetap terjamin. Sedangkan bagi orang yang memiliki cacat tubuh secara fisik maka ia


(36)

akan belajar dengan cara yang berbeda dengan orang lain yang tidak memiliki cacat tubuh secara fisik. Faktor kelelahan berpengaruh pada belajar siswa. Siswa yang kelelahan fisik maupun pikiran karena banyak memikirkan masalah yang sangat berat akan membuat siswa sulit berkonsentrasi. Dilihat dari faktor psikologis, belajar dipengaruhi oleh intelegensi, perhatian, minat, bakat, motif, kematangan, kesiapan (Slameto, 2010: 55-59).

Faktor-faktor ekstern atau faktor dari luar diri siswa juga berpengaruh pada belajar siswa. Ada 3 hal dari luar diri siswa yang berpengaruh dalam belajar yaitu faktor keluarga, faktor sekolah, dan faktor masyarakat. Cara keluarga mendidik, relasi antar keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga, pengertian orang tua, dan latar belakang kebudayaan yang mendukung adalah hal-hal yang berpengaruh dalam belajar anak.

Pengaruh belajar dari sekolah adalah metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, alat pelajaran, waktu sekolah, standar pelajaran atas ukuran, keadaan gedung, metode belajar, dan tugas rumah (Slameto, 2010: 64-69). Faktor luar dari masyarakat sendiri dipengaruhi oleh 4 hal, yakni kegiatan siswa dalam masyarakat, mass media, teman bergaul, bentuk kehidupan masyarakat (Slameto, 2010: 70-72). Masyarakat berpengaruh pada belajar siswa karena siswa merupakan bagian dari masyarakat itu sendiri.

Penelitian ini berfokus pada faktor yang mempengaruhi belajar dari segi psikologis yaitu perhatian. Maka pembahasan kali ini akan lebih banyak pada pengaruh perhatian terhadap belajar. Prestasi belajar dipengaruhi oleh perhatian.


(37)

Semakin tinggi tingkat perhatian siswa maka semakin baik prestasi belajar siswa. Hal tersebut dipertegas oleh Slameto (2010: 56) yang mengungkapkan bahwa untuk menjamin hasil belajar yang baik, maka siswa harus mempunyai perhatian terhadap bahan yang dipelajarinya, jika bahan pelajaran tidak menjadi perhatian siswa, maka timbulah kebosanan, sehingga ia tidak lagi suka belajar. Gora (2010: 13) juga menyatakan bahwa menurut hasil penelitian, tingginya waktu curah perhatian terbukti menaikkan hasil belajar.

2.1.4. Media

Media bagan merupakan salah satu dari media pembelajaran. Sub bab ini membahas tentang media bagan namun sebelumnya akan di bahas tentang media pembelajaran terlebih dahulu.

2.1.4.1.Media Pembelajaran

Media pembelajaran adalah alat yang membantu proses belajar mengajar dan berfungsi untuk memperjelas makna pesan yang disampaikan, sehingga dapat mencapai tujuan pembelajaran dengan lebih baik dan sempurna (Kustandi, 2011: 9). Ada 4 kegunaan media pembelajaran yang dijelaskan oleh Sadiman (2009: 17-18). Kegunaan yang pertama, media mampu memperjelas penyajian pesan agar tidak terlalu bersifat verbalistis (dalam bentuk kata-kata tertulis atau lisan belaka). Kedua, media dapat mengatasi keterbatasan ruang, waktu, dan daya indera, seperti objek yang terlalu besar bisa digantikan dengan realita gambar, film bingkai, film, atau model; objek yang kecil dibantu dengan proyektor mikro, film bingkai, film, atau gambar; gerak yang terlalu lambat atau terlalu cepat, dapat dibantu dengan timelapse atau high-speed photography; kejadian atau peristiwa dimasa lampau


(38)

bisa ditampilkan lagi lewat rekaman film, video, film bingkai, foto maupun secara verbal; objek yang terlalu kompleks (misalnya mesin-mesin) dapat disajikan dengan model, diagram, dan lain-lain; dan konsep yang terlalu luas (gunung berapi, gempa bumi, iklim, dan lain-lain) dapat divisualisasikan dalam bentuk film, film bingkai, gambar, dan lain-lain.

Ketiga, penggunaan media pendidikan secara tepat dan bervariasi dapat mengatasi sikap pasif anak didik. Dalam hal ini media pendidikan berguna untuk menimbulkan kegairahan belajar; memungkinkan interaksi yang lebih langsung antara anak didik dengan lingkungan dan kenyataan; memungkinkan anak didik belajar sendiri-sendiri menurut kemampuan minatnya.

Keempat, setiap siswa memiliki sifat yang unik, ditambah lagi dengan lingkungan dan pengalaman yang berbeda tetapi kurikulum dan materi pendidikan ditentukan sama untuk setiap siswa. Oleh karena itu guru banyak mengalami kesulitan bilamana semuanya itu harus diatasi sendiri. Hal ini akan lebih sulit bila latar belakang lingkungan guru dan siswa juga berbeda. Masalah tersebut juga dapat diatasi dengan media pendidikan karena media pendidikan dapat memberikan perangsang yang sama; menyamakan pengalaman; dan menimbulkan persepsi yang sama.

Secara singkat Sudjana dan Riva’I (Kustandi, 2011: 25) juga mengemukakan empat manfaat media pembelajaran dalam proses belajar siswa. Pertama, media pembelajaran akan lebih menarik perhatian siswa, sehingga dapat menumbuhkan motivasi belajar. Kedua, bahan pembelajaran akan lebih jelas maknanya sehingga dapat lebih dipahami oleh siswa dan memungkinkan


(39)

menguasai dan mencapai tujuan pembelajaran. Ketiga, media membuat metode mengajar akan lebih bervariasi, jadi tidak hanya komunikasi verbal melalui penuturan kata-kata oleh guru sehingga siswa tidak bosan dan guru tidak kehabisan tenaga. Keempat, media membuat siswa dapat lebih banyak melakukan kegiatan belajar sebab tidak hanya mendengarkan uraian guru, tetapi juga aktivitas lain seperti mengamati, melakukan, mendemonstrasikan, memerankan, dan lain-lain.

2.1.4.2.Media Bagan

Anitah (2010: 14) mengungkapkan media bagan adalah gambaran dari sesuatu yang dilukiskan dengan garis, gambar, dan kata-kata. Kustandi (2011: 48) juga menyatakan bahwa bagan merupakan media yang berisi tentang gambar-gambar, keterangan-keterangan, daftar-daftar, dan sebagainya.

Fungsi dari media bagan adalah menyajikan ide-ide atau konsep-konsep yang sulit bila hanya disampaikan secara tertulis atau lisan. Bagan juga mampu memberikan ringkasan butir-butir penting dari suatu presentasi (Kustandi, 2011: 48). Kustandi juga menyebutkan bahwa bagan digunakan untuk memperagakan pokok-pokok isi bagian secara jelas dan sederhana, antara lain perkembangan, perbandingan, dan struktur organisasi.

Anitah (2010: 14-20) menjelaskan ada 11 macam bagan sebagai media pembelajaran. Pertama, bagan organisasi yaitu bagan yang menjelaskan hubungan fungsional antara bagian-bagian dalam suatu organisasi. Kedua, bagan bergambar, yaitu bagan yang disampaikan dalam bentuk lukisan atau gambar. Ketiga, bagan perbandingan dan perbedaan, yaitu bagan yang menunjukan perbandingan dan


(40)

perbedaan sesuatu yang ditunjukan dengan lukisan dan kata-kata. Keempat, bagan pandangan tembus mata, yaitu bagan yang menerangkan keadaan di dalam suatu benda. Kelima, bagan keadaan, yaitu bagan yang menerangkan keadaan suatu benda dengan bermacam-macam ukuran. Keenam, bagan terurai, yaitu bagan yang memberikan gambaran seandainya sesuatu diurai tetapi tetap dalam posisi dan urutan semula. Ketujuh, bagan petunjuk, yaitu bagan yang memberikan petunjuk pembuatan sesuatu. Kedelapan, bagan waktu, yaitu bagan yang melukiskan keadaan waktu tertentu terjadi suatu proses. Kesembilan, bagan pertumbuhan, yaitu bagan yang menerangkan hubungan antara fakta-fakta. Kesepuluh, bagan skematik, yaitu bagan yang menerangkan jalannya sesuatu atau menerangkan bagian-bagian yang penting. Kesebelas, bagan lembaran balik, yaitu susunan gambar-gambar yang digantung pada suatu tiang gantungan kecil.

Sedangkan Sadiman (2009: 36) membagi bagan menjadi dua garis besar, yaitu bagan yang menyajikan pesan secara bertahap dan bagan yang menyajikan pesannya sekaligus. Bagan yang menyajikan pesan secara bertahap antara lain bagan tertutup (hiden chart) dan bagan balikan (flip chart). Bagan tertutup menyajikan pesan yang akan dikomunikasikan mula-mula dituangkan ke dalam suatu bagan, misalnya bagan digolongkan menjadi poin-poin penting, setiap poin kemudian ditutup dengan potongan kertas yang mudah untuk dilepas. Pada saat penyajian satu per satu tutup itu dibuka. Berbeda dengan bagan tertutup, bagan balikan menyajikan setiap informasi. Bagan balikan dapat dipakai apabila urutan informasi yang akan disajikan tersebut sulit ditunjukan dalam selembar chart.


(41)

Bagian-bagian dari pesan tersebut ditulis atau dituangkan dalam lembaran tersendiri, kemudian lembaran-lembaran tersebut dibundel menjadi satu.

Bagan yang menyajikan pesan sekaligus ada beberapa macam, yaitu bagan pohon (tree chart), bagan arus (flow chart), bagan garis waktu (time line chart), stream chart. Bagan pohon dipakai untuk menunjukan sifat, komposisi atau hubungan antar kelas atau keturunan. Bagan arus menggambarkan arus suatu proses atau dapat pula menelusuri tanggung jawab atau hubungan kerja antar berbagai bagian atau seksi suatu organisasi. Bagan garis waktu menggambarkan hubungan antara peristiwa dan waktu. Stream chart menyajikan pesan dari berbagai macam hal yang pada ujung akhirnya menyimpul atau menuju ke suatu hal yang sama (Sadiman, 2009: 37).

Media bagan yang akan digunakan pada penelitian ini adalah bagan garis waktu, bagan terbalik, dan bagan skematik atau bagan arus. Bagan-bagan tersebut dipilih karena ketiganya sesuai materi IPS yang diajarkan. Materi IPS banyak berhubungan dengan dengan tokoh-tokoh, kejadian, dan peristiwa berdasarkan waktu kejadian.

2.1.5. Hakikat IPS

Mata pelajaran IPS merupakan sebuah nama mata pelajaran integrasi dari mata pelajaran Sejarah, Geografi, dan Ekonomi serta mata pelajaran Ilmu sosial lainnya (Sapriya, 2009: 7). Menurut Sumantri dalam Supardi (2011: 182), Pendidikan IPS disekolah adalah suatu penyederhanaan disiplin ilmu-ilmu sosial, psikologi, filsafat, ideologi negara dan agama yang diorganisasikan dan disajikan secara ilmiah dan psikologis untuk tujuan pendidikan.


(42)

Gambar 1: Ilmu Pendukung IPS (Sapriya, 2009: 21)

Pendidikan IPS untuk pendidikan dasar dan menengah sumber bahannya adalah disiplin ilmu-ilmu sosial seperti yang disajikan dalam tingkat universitas, hanya karena pertimbangan tingkat kecerdasan, kematangan jiwa peserta didik, maka bahan pendidikannya disederhanakan, diseleksi, diadaptasi, dan dimodifikasi untuk tujuan institusional Dikdasmen (Saidiharjo dalam Supardi, 2011: 184). Pasal 37 UU Sisdiknas tahun 2003 mengamanatkan bahwa kurikulum pendidikan dasar dan menengah wajib memuat IPS yang merupakan ilmu bumi, sejarah, ekonomi, kesehatan dan sebagainya (Supardi, 2011: 188). Pengertian IPS di masing-masing tingkat persekolahan berbeda. Istilah IPS di sekolah dasar merupakan nama mata pelajaran yang berdiri sendiri sebagai integrasi dari sejumlah konsep disiplin ilmu sosial, humaniora, sains bahkan berbagai isu dan masalah sosial kehidupan. Materi IPS untuk jenjang sekolah dasar tidak terlihat sebagai disiplin ilmu karena yang dipentingkan adalah dimensi pedagogik dan


(43)

psikologis serta karakteristik kemampuan berpikir peserta didik yang bersifat holistik (Sapriya, 2009: 20).

Paparan di atas menunjukkan bahwa IPS merupakan integrasi dari berbagai disiplin ilmu sosial (seperti Sejarah, Geografi, Ekonomi, dll), psikologi, filsafat, ideologi negara dan agama. IPS untuk SD memiliki materi yang lebih sederhana karena disesuaikan dengan tingkat kecerdasan dan kematangan jiwa peserta didik.

2.1.5.1.Tujuan IPS

Pemerintah menjadikan IPS menjadi mata pelajaran wajib tentu memiliki tujuan yang baik. Tujuan IPS juga dijelaskan oleh Mutakin (Supardi, 2011: 185) yaitu untuk mengembangkan siswa agar peka terhadap masalah sosial yang terjadi di masyarakat, memiliki sikap mental yang positif terhadap perbaikan segala ketimpangan yang terjadi, dan terampil mengatasi setiap masalah yang terjadi sehari-hari baik yang menimpa dirinya sendiri maupun yang menimpa masyarakat.

Tujuan IPS untuk sekolah dasar menurut Permendiknas No 22 tahun 2006 (Sapriya, 2009: 194-195) adalah sebagai berikut:

1. Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungannya

2. Memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan sosial 3. Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan


(44)

4. Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerja sama dan berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk, di tingkat lokal, nasional, dan global.

Salah satu misi pokok IPS adalah mampu mengingatkan generasi pada sejarah bangsa-bangsa beradap (Sapriya, 2009: 105). Bung Karno pernah mengatakan bahwa “hanya bangsa yang besar yang menghormati jasa-jasa para pahlawan”. Melalui IPS siswa mengetahui perjuangan para pahlawan dalam usaha mencapai atau mempertahankan kemerdekaannya dan membuat mereka memahami bagaimana cara menghormati jasa para pahlawan.

2.1.5.2.Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar IPS Kelas V

Telah dijelaskan sebelumnya bahwa tujuan IPS adalah untuk mengembangkan siswa agar peka terhadap masalah sosial yang terjadi di masyarakat, memiliki sikap mental yang positif terhadap perbaikan segala ketimpangan yang terjadi, dan terampil mengatasi setiap masalah yang terjadi sehari-hari baik yang menimpa dirinya sendiri maupun yang menimpa masyarakat. Standar kompetensi dan kompetensi dasar dibuat sebagai acuan untuk mencapai tujuan tersebut. Standar kompetensi dan kompetensi dasar menjadi arah dan landasan untuk mengembangkan materi pokok, kegiatan pembelajaran, dan indikator pencapaian kompetensi untuk penilaian. Perancangan kegiatan pembelajaran dalam kegiatan belajar mengajar perlu memperhatikan standar proses dan standar penilaian (Sapriya, 2009: 208).

Standar Kompetensi kelas V sekolah dasar dibagi menjadi 2 yaitu menghargai berbagai peninggalan dan tokoh sejarah yang berskala nasional pada masa Hindu-Budha dan Islam, keragaman kenampakan alam dan suku bangsa,


(45)

serta kegiatan ekonomi di Indonesia dan menghargai peranan tokoh pejuang dan masyarakat dalam mempersiapkan dan mempertahankaan kemerdekaan Indonesia. Setiap standar kompetensi dibagi lagi menjadi kompetensi dasar. Standar kompetensi 1 dibagi menjadi 5 kompetensi dasar yaitu 1.1 mengenal makna peninggalan-peninggalan sejarah yang berskala nasional dari masa Hindu-Budha dan Islam di Indonesia; 1.2 menceriterakan tokoh-tokoh sejarah pada masa Hindu-Budha dan Islam di Indonesia; 1.3 mengenal keragaman kenampakan alam dan buatan serta pembagian wilayah waktu di Indonesia dengan menggunakan peta atau atlas atau globe dan media lainnya; 1.4 menghargai keragaman suku bangsa dan budaya di Indonesia; 1.5 mengenal jenis-jenis usaha dan kegiatan ekonomi di Indonesia. Standar kompetensi 2 dibagi menjadi 4 kompetensi dasar yaitu 2.1 mendeskripsikan perjuangan para tokoh pejuang pada masa penjajahan Belanda dan Jepang; 2.2 menghargai jasa dan peranan tokoh perjuangan dalam mempersiapkan kemerdekaan Indonesia; 2.3 menghargai jasa dan peranan tokoh dalam memproklamasikan kemerdekaan; 2.4 menghargai perjuangan para tokoh dalam mempertahankan kemerdekaan.

Kompetensi dasar yang menjadi penelitian ini adalah kompetensi dasar 2.2 dan 2.4. KD tersebut menjadi objek penelitian ini karena sesuai saran yang diberikan oleh guru dan menyesuaikan waktu penelitian yang dimiliki peneliti dan guru.

2.1.6. Penelitian Tindakan Kelas (PTK)

Penelitian tindakan kelas merupakan bagian dari penelitian tindakan. Secara lebih lanjut akan dijelaskan tentang penelitian tindakan kelas dibawah ini.


(46)

2.1.6.1.Pengertian PTK

Penelitian tindakan kelas atau yang biasa disebut PTK merupakan salah satu penelitian dari penelitian pendidikan. Lewin (Arifin, 2009: 96) menyatakan PTK merupakan cara guru untuk mengorganisasikan pembelajaran berdasarkan pengalamannya sendiri atau pengalaman berkolaborasi dengan guru lain (kompetensi profesional). Sedangkan menurut Arifin (2009: 98) sendiri PTK adalah suatu proses penyelidikan ilmiah dalam bentuk refleksi diri yang melibatkan guru dalam situasi pendidikan tertentu dengan tujuan memperbaiki pemahaman dan keadilan tentang situasi atau praktik pendidikan, memahami tentang praktik yang dilakukan, dan situasi-situasi dimana praktik itu dilaksanakan. Natawijaya dalam Muslich (2009: 8) juga menjelaskan PTK, menurut Natawijaya PTK adalah pengkajian terhadap permasalahan praktis yang bersifat situasional dan kontekstual, yang ditujukan untuk menentukan tindakan yang tepat dalam rangka pemecahan masalah yang dihadapi, atau memperbaiki sesuatu.

Dari ketiga pendapat yang dituliskan di atas, dapat dikatakan bahwa PTK adalah suatu tindakan penelitian dengan memberi tindakan nyata yang bertujuan memperbaiki keadaan atau situasi kelas.

2.1.6.2.Tujuan PTK

Tujuan PTK dinyatakan secara ringkas oleh Muslich (2009: 10) yaitu untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas pembelajaran serta membantu memberdayakan guru dalam pemecahan permasalahan dikelas. Sedangkan tujuan PTK menurut Arifin (2009: 100) adalah,


(47)

Tujuan PTK adalah untuk (a) memperbaiki dan meningkatkan mutu isi, dan hasil pendidikan dan pembelajaran di sekolah dan LPTK, (b) membantu guru dan tenaga kependidikan lainnya mengatasi masalah pendidikan dan pembelajaran di dalam kelas, (c) meningkatkan kemampuan dan layanan professional guru dan tenaga kependidikan, (d) mengembangkan budaya akademik di lingkungan sekolah dan LPTK, sehingga tercipta sikap proaktif untuk meningkatkan perbaikan mutu pendidikan dan pembelajaran secara berkelanjutan (sustainabel), (e) meningkatkan dan mengembangkan keterampilan guru dan tenaga kependidikan khususnya di sekolah dalam melakukan PTK, dan (f) meningkatkan kerja sama professional di antara guru dan tenaga kependidikan di sekolah dan LPTK.

Berdasarkan tujuan PTK yang telah disebutkan di atas maka tujuan PTK secara umum adalah memperbaiki dan meningkatkan kualitas pendidikan dari berbagai sisi.

2.1.6.3.Karakteristik PTK

Karakteristik PTK dijelaskan oleh Muslich (2009: 12-13) yang pertama masalah PTK berawal dari guru, PTK bukan penelitian yang disarankan oleh pihak lain kepada guru, melainkan muncul dari dalam guru sendiri yang merasakan adanya masalah. Guru yang merasakan ada masalah di kelasnya ketika dia mengajar. Guru berusaha untuk mengatasi masalah di kelas itu dengan sebuah penelitian yang disebut PTK.


(48)

Kedua, Tujuan PTK adalah memperbaiki pelajaran. PTK membuat guru berupaya untuk memperbaiki praktik pembelajaran agar menjadi lebih efektif. Oleh karena itu, guru tidak boleh mengorbankan proses pembelajaran karena melakukan PTK. PTK tidak boleh menjadikan proses pembelajaran terganggu. Ketiga, PTK adalah penelitian yang bersifat kolaboratif. Guru tidak harus sendirian dalam upaya memperbaiki praktik pembelajaran di kelas. Namun, dapat anda laksanakan dengan cara berkolaborasi dengan dosen LPTK maupun dengan teman sejawat.

Keempat, PTK adalah jenis penelitian yang memunculkan adanya tindakan tertentu untuk memperbaiki proses belajar mengajar di kelas. Tindakan-tindakan tertentu tersebut dapat berupa penggunaan metode pembelajaran tertentu, pemakaian media dan sumber belajar tertentu, jenis pengelolaan kelas tertentu, atau hal-hal yang bersifat inovatif lainnya. Terakhir, PTK dapat menjembatani kesenjangan antara teori dan praktik pendidikan. Hal tersebut dapat terjadi karena setelah anda meneliti kegiatan sendiri di kelas anda dengan melibatkan siswa, anda akan memperoleh balikan yang bagus dan sistematis untuk perbaikan praktek pembelajaran. Dengan demikian, anda dapat membuktikan apakah suatu teori pembelajaran dapat diterapkan dengan baik atau tidak di kelas. Anda juga dapat mengadaptasi atau mengadopsi teori tersebut untuk diterapkan di kelas agar pembelajarannya efektif dan efisien, optimal serta fungsional.


(49)

2.2. Penelitian yang Relevan

Penelitian yang relevan dengan penelitian ini salah satunya adalah penelitian oleh Mas‘udah (2009). Ia telah melakukan penelitian tindakan kelas dengan judul ”Upaya Meningkatkan Perhatian dan Hasil Belajar dengan Media Visual (Gambar dan Bagan) pada Mata Pelajaran IPS Sejarah Siswa Kelas VII C SMP Negeri 2 Gondanglegi“. Tujuan dari penelitian ini untuk 1) mendeskripsikan perhatian siswa setelah digunakan media visual (gambar dan bagan) pada mata pelajaran IPS Sejarah siswa kelas VII C SMP Negeri 2 Gondanglegi, 2) mendeskripsikan hasil belajar siswa setelah digunakan media visual (gambar dan bagan) pada mata pelajaran IPS Sejarah siswa kelas VII C SMP Negeri 2 Gondanglegi. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan pada siswa kelas VII C di SMP Negeri 2 Gondanglegi. Jenis data yang dikumpulkan adalah hasil observasi perhatian siswa yang didukung catatan lapangan dan nilai hasil belajar dari tes.

Hasil penelitian pada siklus I dan siklus II menunjukan bahwa penggunaan media visual (gambar dan bagan) dapat meningkatkan perhatian dan hasil belajar pada mata pelajaran IPS Sejarah siswa kelas VII C SMP Negeri 2 Gondanglegi. Pada observasi awal, diperoleh data persentase perhatian siswa sebesar 67%. Selain itu rata-rata hasil belajar yang diperoleh kelas VII C adalah 74.13, masih di bawah SKM yang ditentukan sekolah yaitu 75. Pada siklus I setelah digunakan media visual (gambar dan bagan) pada pembelajaran, rata-rata persentase perhatian siswa meningkat menjadi 78%. Pada siklus II rata-rata persentase perhatian siswa lebih meningkat menjadi 79.3%. Siswa menjadi lebih aktif,


(50)

tertarik, dan antusias dalam pembelajaran IPS sejarah. Demikian pula pada hasil belajar mata pelajaran IPS Sejarah siswa kelas VII C SMP Negeri 2 Gondanglegi setelah menggunakan media visual (gambar dan bagan) juga mengalami peningkatan. Data awal menunjukan bahwa nilai rata-rata sebesar 74.13. Pada siklus I nilai rata-rata meningkat menjadi 78.58 dan pada siklus II menjadi 80.29.

Lailiyah (2012) juga telah melakukan penelitian dengan judul

Meningkatkan Hasil Belajar IPS dengan Menerapkan Model Pembelajaran Peta

Konsep pada Siswa Kelas V MI Roudlotul Banat Sladi Kejayan Pasuruan”. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan 1) penerapan pembelajaran IPS dengan menggunakan peta konsep materi perjuangan mempersiapkan kemerdekaan Indonesia; 2) aktifitas siswa dalam mengikuti pembelajaran IPS dengan menggunakan Peta Konsep materi perjuangan mempersiapkan kemerdekaan Indonesia; 3) hasil belajar IPS dengan menggunakan peta konsep materi perjuangan mempersiapkan kemerdekaan Indonesia bagi siswa kelas V MI Roudlotul Banat Sladi Kejayan Pasuruan.

Peta Konsep adalah model pembelajaran yang digunakan untuk mengungkapkan konsep agar membantu mempermudah pemahaman seseorang dengan berbentuk proposisi-proposisi yang merupakan dari dua atau lebih konsep-konsep yang dihubungkan dengan kata-kata sehingga mempunyai arti lengkap. Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dalam 2 siklus. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas V MI Roudlotul Banat Sladi yang berjumlah 15 orang yang terdiri dari 9 perempuan dan 6 laki-laki. Instrumen penelitian ini adalah RPP, LKS, pedoman wawancara, lembar tes, catatan lapangan, dan dokumetasi.


(51)

Hasil belajar siswa setelah mengikuti pembelajaran peta konsep menunjukkan peningkatan. Hal ini terbukti dari rata-rata hasil belajar sebelum tindakan adalah 48.67, nilai tersebut kurang dari KKM yang ditetapkan disekolah yaitu 65. Pada siklus I rata-rata skor belajar siswa naik menjadi 58.33 sedangkan pada siklus II rata-rata skor meningkat menjadi 75.33. Selain itu 13 dari 15 siswa telah mencapai KKM atau sebesar 80% siswa telah mencapai ketuntasan.

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan maka disimpulkan sebagai berikut: 1) penerapan pembelajaran IPS dapat terlaksana dengan baik sesuai dengan model Peta Konsep yang direncanakan; 2) dalam proses pembelajaran aktifitas siswa meningkat terbukti Hal ini dibuktikan dengan skor rata-rata aktifitas siswa meningkat pada siklus I 40.81 dan pada siklus II menjadi 57.49; 3) hasil belajar IPS siswa di kelas V MI Roudlotul Banat Sladi mengalami peningkatan yang signifikan.

Selain dari karya ilmiah di atas, terdapat artikel penelitian dengan judul

Usaha Meningkatkan Perhatian Siswa Kelas V SD Negeri Karet Tengsin 15 Pagi

Terhadap Pelajaran IPA Melalui Penerapan Metode Pembelajaran yang Bervariasi” yang susun oleh Sudirman dan Mahabrata (2008). Tujuan penelitian ini adalah meningkatkan kualitas proses pembelajaran IPA di kelas V SD Negeri Karet Tengsin 15 Pagi Jakarta Pusat. Alasan peneliti melakukan penelitian tersebut karena banyak siswa yang menunjukan perilaku yang tidak digharapkan saat pembelajarn yakni kurang perhatian di dalam proses pembelajaran. Perilaku itu antara lain bergurau, bercakap-cakap, melamun, dan sejenisnya yang merupakan perilaku diluar konteks pembelajaran. Peneliti mencoba


(52)

menyelesaikan masalah yang ada dengan penerapan metode pembelajaran yang bervariasi. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas V SD Negeri Karet Tengsin 15 Pagi Jakarta Pusat dengan jumlah siswa 34 yang terdiri dari 22 siswa laki-laki dan 12 siswa perempuan.

Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang terdiri dari dua siklus setiap siklus dilakukan dua kali pertemuan. Siklus I menggunakan metode ceramah, diskusi, dan tanya jawab. Siklus II juga menggunakan metode yang sama dengan siklus I. Teknik pengumpulan data menggunakan observasi, kuesioner, wawancara, dan tes. Teknik analisis data menggunakan perbandingan data jumlah kasus perilaku siswa yang tidak memperhatikan pada tahap pra-PTK dan pada setiap siklus PTK.

Penelitian ini menyimpulkan bahwa penerapan metode pembelajaran secara bervariasi dapat meningkatkan perhatian siswa terhadap proses pembelajaran IPA. Hal tersebut terbukti dari data pra-PTK yang tercatat ada 24 kasus perilaku yang tidak memperhatikan sedangkan pada siklus I ada 14 kasus perilaku tidak memperhatikan dan pada siklus ke II ada 12 kasus tidak memperhatikan.

Maryudani (2010) juga telah melakukan penelitian yang berjudul “Peningkatan Prestasi Belajar dalam Mata Pelajaran IPS dengan Teknik Mind Mapping Siswa Kelas V SDK Kintelan I Yogyakarta Tahun Pelajaran 2009/2010”. Tujuan dari penelitian yang dilakukannya adalah untuk mengetahui apakah teknik mind mapping dapat meningkatkan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran IPS dengan kompetensi dasar mendeskripsikan perjuangan para tokoh


(53)

pejuang melawan penjajahan Belanda dan Jepang di Indonesia (Sejarah) dan mengenal keragaman alam dan buatan serta pembagian wilayah waktu Indonesia dengan menggunakan peta, globe, atlas, dan media lainnya (Geografi).

Dari data dokumentasi prestasi belajar siswa kelas V SDK Kintelan tahun ajaran 2008/2009, sebanyak 81% siswa nilainya dibawah KKM dan nilai rata-rata dari 21 siswa adalah 50,42. KKM yang ditetapkan sekolah untuk mata pelajaran IPS adalah 60. Maryudani mencoba mengatasi masalah prestasi belajar menggunakan teknik mind mapping. Mind mapping adalah suatu teknik yang mempermudah mengingat pelajaran dengan cara memilah, menyusun, dan mengulang materi pelajaran.

Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dalam 2 siklus. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas V SDK Kintelan tahun pelajaran 2009/2010 yang berjumlah 32 siswa. Instrumen pengumpulan data penelitian ini menggunakan tes tulis. Instrumen penelitian ini adalah RPP, LKS, pedoman wawancara, lembar tes, catatan lapangan, dan dokumetasi.

Hasil belajar siswa setelah mengikuti pembelajaran peta konsep menunjukkan peningkatan. Hal ini terbukti dari rata-rata hasil belajar sebelum tindakan adalah 48.67 nilai tersebut kurang dari Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM yang ditetapkan disekolah adalah 65). Pada siklus I rata-rata nilai hasil belajar siswa adalah 69 dengan 65.6% siswa nilainya di atas KKM. Sedangkan pada siklus II rata-rata nilai hasil belajar siswa menjadi 70 dengan 84.75% siswa nilainya di atas KKM. Dari data hasil penelitian yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa teknik mind mapping dapat meningkatkan prestasi belajar


(54)

siswa pada kompetensi dasar mendeskripsikan perjuangan para tokoh pejuang melawan penjajahan Belanda dan Jepang di Indonesia (Sejarah) dan mengenal keragaman alam dan buatan serta pembagian wilayah waktu Indonesia dengan menggunakan peta, globe, atlas, dan media lainnya (Geografi).

Penelitian yang relevan yang telah dipaparkan di atas merupakan salah satu alasan peneliti dalam melakukan penelitian. Setiap penelitian yang telah dipaparkan di atas memiliki relevansi dengan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti. Penelitian yang relevan menunjukkan bahwa perhatian dan prestasi belajar bisa ditingkatkan. Penelitian yang relevan juga menunjukkan bahwa media bagan dapat meningkatkan perhatian dan prestasi belajar siswa. Penjelasan lebih sederhana tentang hubungan penelitian yang relevan dengan penelitian yang dilakukan ini dapat dilihat pada gambar 2.


(55)

Penelitian tentang perhatian dan hasil belajar pada siswa SMP

oleh mas’udah tahun

2009.

Penelitian tentang peningkatan hasil belajar pada siswa SD oleh Riris

tahun 2011 Penelitian tentang prestasi belajar pada siswa SD oleh Maryudani

tahun 2010 Penelitian tentang

perhatian pada siswa SD oleh Sudirman dan Mahabrata tahun 2008

Penelitian tentang perhatian dan prestasi

belajar pada siswa sekolah dasar kelas V 2.3. Skema Penelitian yang Relevan

Gambar 2: Skema Penelitian yang Relevan

2.4. Kerangka Berpikir

Perhatian mempengaruhi prestasi belajar anak. Hal tersebut dijelaskan oleh Gora (2010: 13) yaitu dengan tingginya waktu curah perhatian terbukti menaikkan hasil belajar. Dalam PAKEM, pembelajaran yang menyenangkan mampu meningkatkan waktu curah perhatian siswa. Media bagan merupakan cara yang digunakan peneliti untuk membuat pelajaran menjadi menyenangkan dan membuat siswa lebih perhatian. Pada pembelajaran ini, media bagan digunakan


(56)

dengan melibatkan siswa secara langsung caranya dengan meminta siswa sendiri yang membuat bagan.

Media bagan dapat membuat informasi yang disajikan menjadi lebih sederhana dan tertata. Penataan informasi juga mampu meningkatkan prestasi belajar siswa. Hal ini didukung oleh pernyataan Mandler dalam Santrock (2007: 319),

Semakin tertata informasi yang anda sajikan, semakin mudah murid anda mengingatnya. Ini terutama berlaku jika anda menata informasi secara hirarkis atau menjelaskannya. Juga jika anda mendorong murid untuk mengorganisasikan informasi, mereka seringkali akan mengingat dengan lebih baik ketimbang jika anda tidak memberi instruksi tentang penataan ini (1980).

Penataan merupakan salah satu cara dalam pemrosesan informasi. Semakin tertata informasi akan semakin mudah siswa mengingat. Media bagan membantu siswa menata informasi sehingga membuat pelajaran IPS menjadi lebih sederhana.

Berdasarkan hasil observasi, penyebaran angket dan dokumentasi data di kelas VB SD Negeri Denggung, siswa memiliki perhatian dan prestasi belajar IPS yang rendah. Peneliti mencoba mengatasi masalah rendahnya perhatian dan prestasi belajar siswa di kelas VB SD Negeri Denggung tahun ajaran 2012/2013 dengan media bagan. Peneliti menggunakan media bagan untuk mengatasi masalah karena sebelumnya Mas’udah (2009) telah melakukan penelitian menggunakan media bagan. Mas’udah berhasil meningkatkan perhatian dan hasil


(57)

belajar menggunakan media bagan. Selain dari penelitian yang telah dilakukan, teori-teori yang dipaparkan penulis mengasumsikan bahwa media bagan dapat meningkatkan perhatian dan prestasi belajar mata pelajaran IPS pada siswa kelas VB SD Negeri Denggung tahun ajaran 2012/2013.

2.5. Hipotesis Tindakan

Hipotesis tindakan dibuat berdasarkan rumusan masalah yang dibuat. 2.5.1. Media bagan untuk meningkatkan perhatian siswa kelas VB SD Negeri

Denggung digunakan dengan cara membuat suatu kegiatan pembelajaran yang menuntut perhatian siswa yaitu tertarik pada suatu objek, mengarahkan reseptor sensori fisik yang sesuai pada objek, dan memusatkan pikiran yang sesuai ke arah objek. Kegiatan tersebut dibuat dengan membuat siswa praktek secara langsung untuk membuat bagan. 2.5.2. Media bagan untuk meningkatkan prestasi belajar siswa kelas VB SD

Negeri Denggung digunakan dengan cara membuat suatu kegiatan pembelajaran yang melibatkan siswa dalam membuat bagan dan membuat materi pembelajaran yang dipelajari dalam satu siklus ke dalam bentuk bagan.


(58)

42

BAB III

METODE PENELITIAN

Bab ini menjelaskan tentang jenis penelitian yang dilakukan, setting penelitian, rencana tindakan, indikator dan pengukurannya, teknik pengumpulan data, instrumen pengumpulan data, validitas dan reliabilitas, teknik analisis data, dan jadwal penelitian, berikut penjelasan lebih lanjut.

3.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas. Penelitian tindakan kelas (PTK) adalah penelitian yang bersifat reflektif, yang dilakukan sendiri oleh pendidik (guru) yang berupa tindakan praktis dalam pembelajaran yang bertujuan untuk memperbaiki praktik pendidikan, antara lain proses dan hasil pembelajaran, dan profesionalitas pendidik (Purnomo, 2008: 51). Tujuan dari PTK adalah meningkatkan dan memperbaiki proses pembelajaran dikelas. Selain itu PTK juga bertujuan untuk meningkatkan relevansi pendidikan dan sasaran akhirnya untuk meningkatkan mutu hasil pendidikan.

PTK ini menggunakan model Kemmis dan Taggart. Model ini dikembangkan oleh Sthepen Kemmis dan Robbin Mc Taggart tahun 1988. Mereka menggunakan empat komponen penelitian tindakan yakni perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi dalam suatu siklus yang saling terkait. Langkah-langkah siklus tersebut dituangkan dalam gambar berikut;


(59)

Gambar 3: Siklus PTK model Kemmis dan Taggart (Arikunto, 2010: 17)

Ada empat langkah penting dalam penelitian tindakan yang dijelaskan oleh Sukardi (2003: 212-214), berikut penjelasannya:

1. Rencana

Rencana merupakan serangkaian tindakan terencana untuk meningkatkan apa yang telah terjadi. Perencanaan dalam penelitian sebaiknya menekankan pada sifat-sifat strategi yang mampu menjawab tantangan yang muncul dalam perubahan sosial dan mengenal rintangan yang sebenarnya.

2. Tindakan

Langkah tindakan harus terkontrol secara seksama. Tindakan dalam penelitian tindakan harus hati-hati dan merupakan kegiatan praktis dan terencana.


(60)

3. Observasi

Observasi pada penelitian tindakan mempunyai fungsi mendokumentasikan tindakan yang diberikan kepada subjek. Oleh karena itu, observasi harus mempunyai beberapa macam unggulan seperti memiliki orientasi prospective, memiliki dasar-dasar reflektif waktu sekarang dan masa yang akan datang.

4. Reflektif

Langkah ini merupakan sarana untuk melakukan pengkajian kembali tindakan yang telah dilakukan terhadap subjek penelitian dan telah dicatat dalam observasi. Langkah reflektif ini berusaha mencari alur pemikiran logis dalam kerangka kerja proses, problem, isu, dan hambatan yang muncul dalam perencanaan tindakan strategi. Hasil refleksi ini penting untuk melakukan tiga kemungkinan yang terjadi dalam perencanan semula terhadap suatu subjek penelitian, yaitu diberhentikan, modifikasi, atau dilanjutkan ke tingkatan atau daur selanjutnya.

3.2. Setting Penelitian

Setting penelitian ini meliputi tempat penelitian, subjek penelitian, objek penelitian, dan waktu penelitian

3.2.1. Tempat Penelitian

Tempat penelitian ini dilakukan di SD Negeri Denggung yang terletak di Jl. Candi Gebang, Bangunrejo, Tridadi, Sleman, Yogyakarta.


(61)

Subjek penelitian ini adalah siswa SD Negeri Denggung kelas VB tahun pelajaran 2012/2013 yang berjumlah 37 siswa. Terdiri dari 19 siswa laki-laki dan 18 siswa perempuan.

3.2.3. Objek Penelitian

Objek penelitian ini adalah peningkatan perhatian dan prestasi belajar siswa kelas VB SD N Denggung pada mata pelajaran IPS menggunakan media bagan.

3.2.4. Waktu penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari- April tahun 2013.

3.3. Rencana Tindakan

Rencana penelitian ini dilaksanakan dalam 2 siklus. Setiap 1 siklus dilakukan 3 kali pertemuan. Setiap pertemuan dilakukan selama 2 x 35 menit. Evaluasi atau tes tulis diadakan setiap akhir siklus.

3.3.1. Persiapan

Persiapan untuk penelitian ini dimulai dari pemilihan sekolah yang digunakan untuk penelitian. Peneliti meminta ijin kepada kepala sekolah dan guru kelas VB untuk melakukan penelitian setelah menentukan sekolah yaitu di SD Negeri Denggung. Setelah mendapat izin, peneliti melakukan observasi, penyebaran kuesioner, dan dokumentasi data kelas. Setelah mengetahui keadaan siswa peneliti merumuskan masalah yang ada di kelas VB SD Negeri Denggung tahun ajaran 2012/2013. Kemudian peneliti menyusun proposal penelitian dan mengkaji standar kompetensi, kompetesi dasar, dan materi pokoknya juga menyusun rencana penelitian setiap siklus.


(1)

291

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(2)

(3)

293

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(4)

Lampiran 14


(5)

294

Siswa saat di perpustakaan

Kegiatan penjelasan

Siswa mengerjakan LKS

Siswa mengerjakan LKS

Bagan siklus I pertemuan 1

Bagan siklus I pertemuan 1

Bagan siklus I pertemuan 3

Bagan siklus II pertemuan 1

Bagan siklus II pertemuan 2

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(6)