13
Penggunaan artemia memang tidak spesifik untuk anti tumor maupun zat aktif fisiologis tertentu, namun dapat menunjukkan kemungkinan adanya efek
sitotoksik secara lebih cepat dibanding dengan prosedur pemeriksaan sitotoksisitas yang umum, misalnya dengan biakan sel tumor Meyer et al., 1982.
Penggunaan larva artemia ini juga dikarenakan adanya kesamaan sistem enzim dengan mamalia, yaitu pada DNA-dependent RNA polymerase dan ouabaine
sensitive Na
+
and K
+
dependent ATPase Solis et al., 1992.
Artemia sebagai organisme uji toksisitas memiliki keuntungan karena tidak memerlukan kondisi steril, waktu pelaksanaan singkat 24 jam, sederhana
dan murah. Disamping itu jumlah yang besar dapat diterapkan untuk memenuhi tuntutan statistik, karena pembiakan artemia sangat mudah, menggunakan
peralatan yang sederhana dan jumlah cuplikan yang dibutuhkan relatif sedikit, yaitu kurang lebih 50 mg untuk ekstrak kasar Meyer et al., 1982.
D. Uji Toksisitas
Toksisitas merupakan suatu sifat relatif yang biasa digunakan untuk membandingkan apakah zat kimia yang satu lebih toksik dari zat kimia yang lain.
Perbandingan antara zat kimia seperti informasi tentang mekanisme biologi yang dipermasalahkan dan dalam kondisi di mana zat kimia tersebut berbahaya
Loomis, 1978. Pengamatan aktivitas biologi yang dilakukan pada uji toksisitas dapat
berupa pengamatan-pengamatan gejala khas, kematian hewan uji atau pengamatan histopatologi organ. Adapun data yang diperoleh pada uji toksisitas dapat berupa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
data kuantitatif yang dapat dinyatakan dengan LD
50
Median Lethal Dose atau LC
50
Median Lethal Concentration Loomis, 1978. Kriteria dan petunjuk yang dapat digunakan untuk zat-zat baru yang
belum dikenal ada bermacam- macam. Kriteria awal yang biasa digunakan dalam evaluasi toksikologi dengan me nggunakan kematian sebagai indeks untuk
memperkirakan dosis letal yang mungkin terjadi pada manusia Amdur et al., 1975.
E. Kanker
Kanker ialah suatu penyakit sel dengan ciri gangguan atau kegagalan mekanisme pengatur multiplikasi dan fungsi homeostasis lainnya pada organisme
multiseluler Nafrialdi, 1995.
Gamba r 6. Skema siklus sel. Lingkaran luar: I=Interfase, M=Metafase; dalam lingkaran: M=Mitosis, G
1
=Gap 1, G
2
=Gap 2, S=Sintesis; tidak dalam lingkaran: G
=Gap 0istirahat Wikipedia, 2007.
Proses pembelahan sel terjadi dalam beberapa tahapfase. Sel akan membelah dan diikuti dengan periode dormansi. Sebagian sel tumor selalu berada
dalam fase G dimana sel yang istirahat hampir tidak tercapai oleh sitostatika.
Fase G berhubungan dengan fase G
1
yang kemudian diikuti dengan fase S dimana DNA secara aktif disintesis. Selanjutnya adalah fase G
2
yang merupakan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
periode premitotik dimana kromosom terdapat dalam bentuk kromatid. Fase terakhir adalah fase M yaitu sel masuk pada tahapan mitosis profase, metafase,
anafase, dan telofase dan terjadilah pembelahan sel dimana material inti
diturunkan identik kepada sel anak Gringauz, 1997.
Kanker diperkirakan berkembang dari sel dimana mekanisme kontrol pertumbuhan dan proliferasinya berubah. Fase pertama adalah inisiasi yang
membutuhkan serangan senyawa karsinogenik terhadap sel normal. Karsinogen ini menyebabkan kerusakan genetik yang jika tidak diperbaiki dapat
mengakibatkan mutasi seluler ireversibel. Fase kedua adalah fase promosi dimana karsinogen atau faktor lain mengubah lingkungan agar mendukung pertumbuhan
populasi sel termutasi melebihi sel normal. Fase akhir dari pertumbuhan neoplastik disebut progresi, yaitu meningkatnya perubahan genetik yang memicu
peningkatan proliferasi sel. Bagian kritis dari fase ini termasuk invasi tumor ke dalam jaringan lokal dan perkembangan metastasis Dipiro, Talbert, Yee, Matzke,
Wells, Posey, 2005. Terdapat dua kelompok utama gen yang memicu karsinogenesis, yaitu
onkogen dan gen supresi tumor. Onkogen berkembang dari sel normal protoonkogen dan mempunyai peranan penting pada semua fase karsinogenesis.
Protoonkogen terdapat dalam semua sel dan penting sebagai pengatur fungsi sel normal, termasuk siklus sel. Dipiro et al., 2005.
Gen supresi tumor mengatur dan menghambat pertumbuhan sel dan proliferasi yang tidak benar. Contoh umum gen supresi tumor adalah gen protein
53 p53. Gen normal menghasilkan p53 yang bertanggungjawab untuk regulasi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
negatif siklus sel, menghentikan siklus sel untuk perbaikan, koreksi, dan merespon sinyal dari luar lainnya. Inaktivasi p53 menyebabkan mutasi dapat
terjadi. Fungsi penting lain p53 adalah mungkin memodulasi efek obat sitotoksik. Hilangnya p53 diasosiasikan dengan resistensi terhadap obat antineoplastik
Dipiro et al., 2005.
Gambar 7. Jalur Transduksi sinyal yang berhubungan dengan perkembangan kanker Rang 2003
Onkogen dan gen supresi tumor dapat menstimulasi dan menginhibisi sinyal yang utamanya mengatur siklus sel. Sinyal ini bertemu pada sistem
molekular dalam nukleus yang dikenal sebagai cell cyle clock. Fungsinya dalam jaringan normal adalah untuk mengitegrasikan input sinyal dan menentukan
kapan siklus sel harus dimulai. Cell cyle clock terdiri dari beberapa protein yang berinteraksi, yang paling penting adalah cyclin dan cyclin-dependent kinase
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
CDKs. CDKs inhibitor telah diidentifikasikan sebagai regulator negatif yang penting dalam siklus sel Dipiro et al., 2005.
Saat mekanisme regulator normal untuk pertumbuhan sel gagal, sistem pertahanan cadangan dapat diaktifkan. Pertahanan sekunder termasuk apoptosis
dan cellular senescence aging. Apoptosis merupakan mekanisme kematian sel normal yang dibutuhkan untuk homeostasis jaringan. Proses ini diatur oleh
onkogen dan gen supresi tumor dan juga merupakan mekanisme kematian sel setelah serangan agent sitotoksik. Studi menunjukkan p53 juga mengatur
apoptosis. Kehilangan p53 mengganggu jalannya apoptosis normal Dipiro et al., 2005.
Cellular senescence merupakan mekanisme pertahanan lainnya. Sekali
saja populasi sel mengalami preset penggandaan maka pertumbuhan terhenti dan sel mati. Hal ini dikenal sebagai senescene, sebuah proses yang diregulasi oleh
telomer. Telomer adalah segmen DNA atau ujung akhir kromosom yang bertanggunag jawab untuk melindungi ujung akhir DNA dari kerusakan. Tiap
replikasi, panjang telomer semakin pendek. Setelah telomer menjadi pendek hingga panjang kritis, senescence bertindak untuk menghitung dan membatasi
jumlah penggandaan sel. Pada sel kanker, fungsi telomer diatasi oleh ekspresi berlebihan enzim telomerase. Telomerase menggantikan bagian telomer yang
hilang pada tiap pembelahan, sehingga menghindari senescence dan mengizinkan penggandaan sel dengan jumlah yang terbatas Dip iro et al., 2005.
Anti kanker diharapkan memiliki toksisitas selektif, artinya mampu menghancurkan sel kanker tanpa merusak sel normal. Pada umumnya anti
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
neoplastik menekan pertumbuhanproliferasi sel dan menimbulkan toksisitas, karena menghambat pembelahan sel normal yang proliferasinya cepat misal sum-
sum tulang, epitel germinativum, mukosa saluran cerna, folikel rambut dan jaringan limfosit. Terapi hanya dapat dikatakan berhasil baik, apabila dosis yang
digunakan dapat mematikan sel tumor yang ganas dan tidak terlalu mengganggu sel normal yang berpoliferasi Nafrialdi, 1995.
F. Kromatografi Lapis Tipis KLT