Pembuatan Air laut Buatan Penetasan Siste

32

C. Pembuatan Air laut Buatan

Air laut buatan yang digunakan untuk menetaskan siste dan sebagai tempat hidup artemia berkadar 5 per mil 1 ml aquadest mengandung 5 mg natrium klorida agar dicapai hasil penetasan yang optimal. Apabila digunakan air berkadar garam tinggi dikhawatirkan siste tidak akan menetas karena tekanan osmose di luar telur lebih tinggi, sehingga siste tidak dapat menyerap air yang cukup untuk proses metabolismenya. Pada pembuatan air laut buatan magnesium sulfat dilarutkan dalam aquadest panas karena magnesium sulfat lebih mudah larut dalam air panas, sedangkan natrium bikarbonat dilarutkan dalam air bebas CO 2 . Agar mencegah kekeruhan, maka larutan natrium bikarbonat dalam air bebas CO 2 tersebut dicampurkan terakhir kali dengan bahan lainnya. Penambahan natrium bikarbonat bertujuan untuk mempertahankan pH air laut buatan agar tetap berkisar antara 8-9. pH berpengaruh terhadap penetasan siste karena pemecahan cangkang siste dibantu oleh kegiatan enzim penetasan yang membutuhkan pH sekitar 8-9.

D. Penetasan Siste

Siste artemia yang kering kadar air kurang dari 10 berisi embrio dalam keadaan diapauze metabolisme terhenti untuk sementara. Sebelum ditetaskan, siste artemia ini direndam dalam aquadest selama satu jam sehingga terjadi penyerapan air ke dalam siste. Penyerapan ini berlangsung secara hiperosmotik tekanan osmose di dalam siste lebih tinggi dibanding lingkungannya. Dalam satu jam kadar air dalam siste diperkirakan sudah mencapai 65 sehingga metabolisme embrio yang semula berada dalam keadaan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 33 diapauze menjadi aktif kembali Kristiana, 2005. Setelah direndam selama satu jam, siste disaring dan ditiriskan selama satu jam untuk mengurangi sisa-sisa aquadest. Kemudian telur dimasukkan ke dalam bak penetasan bagian kompartemen gelap berisi 500 ml air laut buatan yang telah diaerasi selama kurang lebih dua jam dengan aerator. Tujuan aerasi ini adalah untuk memberikan oksigen yang cukup bagi kelangsungan hidup larva artemia. Dalam waktu 24-36 jam siste artemia akan menetas dan berkembang menjadi larva. Larva yang baru menetas instar I berwarna kemerah- merahan karena masih banyak mengandung cadangan makanan. Oleh karena itu, larva artemia masih belum membutuhkan makanan. Setelah larva berumur 24 jam, larva berubah menjadi instar II dan mulai mempunyai mulut, saluran pencernaan, dan dubur. Bersamaan dengan itu, cadangan makanan larva habis sehingga perlu diberi makanan berupa suspensi ragi dengan konsentrasi 1,5 mg dalam 5 ml air laut buatan.

E. Uji Toksisitas dengan BST