xi “Kecantikan” adalah sistem pertukaran seperti halnya standart emas. Seperti
semua yang ada pada lingkaran ekonomi, kecantikan juga ditentukan sisitem politik. Pada abad modern, dinegara-negara barat kecantikan menjadi “Agama”
terakhir dan terbaik, yang meneguhkan dominasi kaum laki-laki. Dalam upaya memercikkan api perlawanan kaum perempuan dalam hierarki vertical sesuai
dengan stadart fisik, kecantikan merupakan ekspresi dari relasi-relasi kekuasaan, dimana perempuan harus bersaing secara tidak alamiah demi sumber daya yang
diberi harga oleh laki-laki. Naomi, 2004 : 29
3.2.1.1 Parfum
Parfum erat kaitannya dengan kosmetik Enc. Britanica, 1955, V.17: 505 sekaligus merupakan bagian dari kosmetik. Kosmetik sendiri dari bahasa Yunani
cosmetikos yang maknanya berakar dari kata cosmos yang berarti alam semesta. Dari kata cosmos ini pula istilah cosmology untuk ilmu yang mempelajari
keserasian antara ruang dan waktu. Selain itu kita mengenal pula istilah cosmoghrapy untuk ilmu yang mempelajari keserasian lingkungan alam. Jadi,
istilah kosmetik yang diartikan sebagai perangkat kecantikan wanita tersebut, erat kaitannya dengan istilah cosmetikos yang berarti sesuatu yang harus
diletakkan pada anggota badan wanita guna menjaga terpeliharanya keutuhan lingkungan alam. Ibrahim Subandy, 1998 : 393.
xi Warna ungu adalah campuran warna merah dan biru. Menggambarkan
sikap gempuran keras yang dilambangkan dengan warna biru. Perpaduan antara keintiman dan erotis atau menjurus kepengertian yang dalam dan peka. Bersifat
kurang teliti namun penuh harapan. www.wordpress.com
diakses 27 Januari 2010
Arti warna emas gold adalah ligam mulia yang dijadikan sebagai mata uang atau dianggap benda berharga. Melambangkan kemuliaan, cahaya,
kekayaan, dan kemajuan serta member kesan cerah ceria. www.bprs.or.id
diakses 27 Januari 2010
3.2.1.2 Pesona Barat di Indonesia
Konsep barat menurut buku “ Pesona Barat” dikarang oleh Vissia Ita, yang telah dibaca oleh peneliti memiliki kesimpulan tersendiri tentang konsep
barat itu seperti apa, bukan dari letak geografis arah barat melainkan dari ciri fisik perempuan barat. Kesimpulannya adalah bahwa berbicara kata barat itu
identik dengan kecantikan yang mengusung kulit putih, rona putih, hidung mancung atau wajah indo. Indo dalam arti ini adalah keturunan dari perkawinan
antara bangsa Indonesia dengan bangsa kulit putih atau orang Barat pada umumnya. Barat tampaknya merupakan sebuah komoditas yang mempunyai
daya jual tinggi. Inilah yang membuat wajah Indo laris di televisi baik dalam bintang iklan maupun film karena wajah Indo memeiliki daya tarik tersendiri.
xi Setiap mendengar kata “barat” atau “dunia barat”, image yang tergambar
dibenak kita adalah “dunia modern”, “dunia maju”, “dunia ilmu pengetahuan”, “dunia orang pintar”, atau bahkan “dunia glamour”. Di sini betapa pesona barat
yang ditandai oleh warna kulit putih dan hidung menjadi sihir yang sangat kuat Vissia, 2007 : XIV. Keterpesonaan pada dunia barat dimulai dengan wacaan
“kulit putih adalah kulit cantik”, yang sangat menggelisahkan perempuan Indonesia dari berbagai lapisan dan kelompok. Konstruksi yang ditawarkan oleh
iklan media cetak dan elektronik kepada masyarakat tidak hanya menjanjikan, tetapi juga menggelisahkan perempuan untuk selalu tampil “seperti dalam iklan”.
Lebih ironis lagi, konstruksi sosial untuk suatu jenis iklan tertentu akan menjadi trendsetter bagi masyarakat khususnya perempuan dan mempunyai sihir begitu
kuat untuk “memenjarakan” image kaum perempuan, sementara iklan lain juga hampir semuanya memanfaatkan tubuh perempuan kalau tidak boleh dibilang
mengeksploitasi. Vissia, 2007: VIII-X
Barat tampaknya merupakan sebuah komoditas yang mempunyai daya jual tinggi. Media menggali informasi masa lalu untuk dijadikan sarana
mengetahui manipulasi aspirasi pasar. Produsen memiliki sensifitas terhadap kompleksitas superioritas-minoritas, tradisional-modern, Timur-Barat, kaya-
miskin, dan sebagainya. Ada banyak faktor yang pada akhirnya digunakan oleh produsen pemutih kulit untuk dijual sebagai added value atau nilai lebih yang
menjadi pesona atau daya tarik pemutih ini bagi konsumen. Masyarakat mengonsumsi barang-barang tersebut semata-mata untuk kegunaan simbolis bagi
xi kepentingan identitas sosial sebagai salah satu simbol modernitas, sebenarnya
identitas sosial ini dibentuk dan distabilisasi oleh proses sejarah. Proses sejarah itu sendiri juga telah membentuk dunia modern. Dalam hal ini, konsumsi produk
pemutih ini menjadi konsentrasi antargenerasi. Orang tidak lagi membeli produk, namun lebih pada akses yang dijanjikan oleh produk pemutih tersebut atau
kegunaan simbolis atau maknanya. Nilai lebih iklan pemutih ini jelas, yaitu superioritas Barat. Vissia, 2007: 27-28
Hal serupa
juga dikemukakan Prabasmoro dalam penelitiannya. Indo-
dengan ke-putihan-nya dieksploitasi secara optimum dan dipergunakan untuk merepresentasikan perempuan kulit putih Barat yang modern. Vissia, 2007: 28
Wajah wanita
kebarat-baratan dengan hidung mancung, dagu lancip, kulit
putih, kini menjadi dambaan banyak wanita Indonesia. Wajah indo yang sering muncul dalam film layar lebar dan sinetron kita dalam dekade terakhir ini seperti
Meriam Berlina, Shopialatjuba, Wulan Guritno dan Tamara Blezinski adalah idola penonton wanita kita. Dengan menampilkan wajah Eurasia itu, wanita kita
dapat mengidentifikasikan diri dengan si tokoh dan hal ini diasumsikan dapat menjadi pemicu yangt membuat film atau sinetron itu laku dipasaran. Mulyana,
2007 :398
Bukan rahasia lagi, berpenampilan menarik ala orang Barat adalah modal utama untuk menjadi bintang sinetron di Indonesia. Sebut saja Ayu Azhari.
xi Walaupun hanya dengan kemampuan pas-pasan, artis keturunan Arab-Indonesia
ini tenar dan bisa membintangi banyak sinetron. Wajah Indo, kulit putih, berperawakan tinggi adalah password atau syarat utama untuk menjadi seorang
bintang sinetron. Vissia, 2007: 34-35
Indo mengandung makana yang saling bersilang didalamnya. Ia bisa dikatakan berwajah “putuih”, terutamam jika dibandingkan dengan warna kulit
sebagian besar masyarakat Indonesia yang sebagian besar berwarna kekuningan atau sawo matan. Bisa dikatakan ia juga bisa mewakili representasi kecantikan
utama dunia yaitu berkulit putih. Meskipun ia juga tidak bisa dikatakan 100 putih karena mungkin hanya pihak ayah atau pihak ibunya saja yang berkulit
putih, atau bahkan mungkin ia mendapatkannya dari pihak kakek atau nenek. Sehingga mereka hanya 50 putih atau 25 putih. Ia “global” sekaligus juga
“local”. Mesin besar kapitalisme, yang diperkuat oleh globalisasi, menyerap wajah-wajah indo dalam pasar dunia iklan atau hiburan, karena merekalah yang
mewakili arus utama kecantikan di masyarakat. http:kunci.or.idarticlesindis
3.2.1.3 Kecantikan dan Gaya Perempuan