Komunikasi Non Verbal Landasan Teori .1 Majalah sebagai media massa cetak

xi Sarana pemberontakan. Sarana ekspresi ketakutan terhadap kondisi politik dan sosial. http:www.dluvux.com201002perbedaan-grafity-mural-dan-fresko.html

2.1.12 Komunikasi Non Verbal

Komunikasi nonverbal tidak pernah dapat didefinisikan dengan jelas kerena komunikasi nonverbal dapat diaplikasikan ke semua bentuk komunikasi. Walaupun demikian dalam seluruh sistem komunikasi nonverbal, tubuh adalah hal yang paling penting karena tubuh dapat mengkomunikasikan berbagai macam pesan lewat gestures, ekspresi wajah, perilaku menyentuh, dan lain sebagainya. Devito, 1998:228. Menurut Dedy Mulyana, adapun berbagai jenis pesan nonverbal yang dianggap penting misalnya sebagai berikut : 1. Bahasa tubuh Bidang yang menelaah bahasa tubuh adalah kinesika cinesic. Suatu istilah yang diciptakan seorang perintis studi bahasa nonverbal, Ray L. Birdwhistell, setiap anggota tubuh seperti wajah termasuk senyum dan pandangan mata, tangan, kepala, kaki, dan bahkan tubuh secara keseluruhan dapat dijadikan isyarat simbolik. Bahasa tubuh meliputi ; xi a. Isyarat tangan atau “berbicara dengan tangan” termasuk apa yang disebut emblem, yang dipelajari yang mempunyai makna dalam satu budaya atau subkultur. Meskipun isyarat tangan yang digunakan sama, maknanya boleh jadi berbeda atau isyarat berbeda, namun maksudnya sama. Misalnya banyak orang dari berbagai bangsa menggunakan tanda “V” itu sebenarnya mulai digunakan oleh Winston Churchill sebagai tanda kemenangan victory pada massa perang dunia kedua. Mulyana, 2003: 317-318 b. Gerakan kepala Di berbagai Negara, anggukan kepala berarti “tidak”. Seperti di Bulgaria. Sementara isysrat “ya” di Negara itu adalah dengan menggelengkan kepala. Orang Inggris, orang Indonesia menganggukkan kepala untuk menyatakan bahwa mereka mendengar dan berarti menyetujui. Di berbagai wilayah di India, “ya” dapat dikomunikasikan dengan melempar kepala ke bawah tangan atau memutar kepala secara cepat dalam suatu gerakan melingkar. Mulyana, 2003:324 c. Postur tubuh dan posisi kaki xi Postur tubuh sering bersifat simbolik. Postur tubuh memang mempengaruhi citra diri. Beberapa penelitian dilakukan untuk mengetahui hubungan fisik dan karakter atau temperamen. Ia menghubungkan tubuh yang gemuk dengan sifat malas dan tenang. Tubuh yang atletis dengan sifat asertif dan kepercayaan diri dan tubuh yang kurus dengan sifat introvert yang lebih menyenangi aktifitas mental daripada aktifitas fisik. Contoh lain, di Filipina dan Indonesia bertolak pinggang juga tidak sopan, karena hal itu menunjukkan keangkuhan, tantangan, atau kemarahan. Mulyana,2000:324 d. Ekspresi wajah dan tatapan mata Perilaku nonverbal yang paling banyak “berbicara” adalah ekspresi wajah, khususnya pandangan mata, meskipun mulut tidak berkata – kata. Menurut Albert Mehrabian, andil wajah bagi pengaruh pesan adalah 55, sementara verbal hanya 7. Kontak mata mempunyai dua fungsi dalam komunikasi antar pribadi. Pertama, fungsi pengatur untuk memberitahu orang lain apakah anda melakukan hubungan dengan orang itu atau menghindarinya. Kedua, fungsi ekspresif memberitahu orang lain bagaimana perasaan anda. Ekspresi wajah merupakan keadaan emosional seseorang. Sebagai xi pakar komunikasi, ekspresi wajah tampaknya dipahami secara universal: Kebahagiaan, kesedihan, ketakutan, keterkejutan, kemarahan, kejijikan, dan minat. Mulyana, 2000:330-334 2. Penampilan fisik Setiap orang punya persepsi mengenai penampilan fisik seseoarang, baik itu busananya model, kualitas bahan, warna, dan juga ornament lain yang dipakainya, seperti cincin, anting – anting, dan lain sebagainya seringkali juga memberikan makna tertentu pada karakterisrik fisik orang yang bersangkutan, seperti bentuk tubuh, warna kulit, model rambut, dan sebagainya. Adapun penampilan fisik ini meliputi: a. Busana Sebagian orang berpandangan bahwa pilihan seseorang atas pakaian mencerminkan kepribadiannya, apakah ia seorang konsevatif, religius, modern, atau berjiwa muda. Tidak dapat pula dibantah bahwa pakaian, rumah, kendaraan, dan perhiasan digunakan untuk memproyeksikan citra tertentu yang diinginkan oleh pemakainya. Pemakai busana itu mengharapkan bahwa kita mempunyai citra terhadapnya sebagaimana yang diinginkan. xi b. Karakteristik fisik Seperti daya tarik, warna kulit, rambut, kumis, janggut, dan lipstick, jelas dapat mengkomunikasikan sesuatu. Suatu studi menunjukkan bahwa daya tarik fisik merupakan suatu cirri penting dalam banyak teori kepribadian, meskipun bersifat implisit. Orang yang menarik secara fisik, secara ajeg dinilai lebih pandai bergaul, luwes, tenang, menarik, hangat secara seksual, responsif, persuasif, dan berhasil dalam karir dari pada orang yang tidak menarik. Mulyana, 2000:349-350 c. Warna Kita sering menggunakan warna untuk menunjukkan suasana emosional, cita rasa, arilasi politik, dan bahkan mungkin keyakinan agama kita. Misalnya sjaa di Indonesia, warna cerah muda adalah warna feminim, konvensi tidak tertulis mengenai warna pakaian atau tidak. Kaum wanita umumnya lebih bebas memilih warna pakaian . Mereka juga lazim mengenakan pakaian warna yang menyala, seperti merah atau ungu daripada pria. Norma ini ternyata berlaku pula dalam banyak budaya, termasuk di barat. Mulyana, 2000:376-378

2.1.13 Komunikasi Visual