Kajian Pustaka Islam di Kesultanan Sambas Kalimantan Barat 1600-1732.

15 suatu kebudayaan asing dengan sedemikian rupa yang menyebabkan unsur- unsur dari kebudayaan asing tersebut secara perlahan akan diterima dan diterapkan ke dalam kebudayaan masyarakat setempat tanpa menyebabkan hilangnya kepribadian dari kebudayaan itu sendiri 9 . Dalam sebuah buku yang berjudul Manusia Dalam Kebudayaan dan Masyarakat: Pandangan Antropologi dan Sosiologi yang ditulis Eko A. Meinarno, Bambang Widianto, dan Rizki Halida, akulturasi dalam perkembangannya merupakan pertukaran fitur-fitur kebudayaan yang terjadi karena adanya kontak langsung antara beberapa kelompok manusia dengan kebudayaan yang berbeda dan secara perlahan kebudayaan tersebut dapat diterima dan diolah ke dalam kebudayaan sendiri tanpa menjadikan kebudayaan asli sebuah kelompok tersebut hilang. Berkembangnya proses akulturasi ini tidak terlepas dari adanya agen-agen akulturasi. Agen-agen akulturasi ini di masa lalu dikenal dengan sebutan penjajah, penyiar agama, dan pedagang 10 . Dalam buku Dadang Supardan, Pengantar Ilmu Sosial – Sebuah Kajian Pendekatan Struktural, R. Linton memaparkan bahwa proses akulturasi menjadi sangat penting dalam pembelajaran ilmu-ilmu sosial maupun studi sosial. Percepatan budaya inti cover culture dengan budaya lahiriah overt culture merupakan hal yang berbeda Perubahan budaya inti berjalan lebih lambat bila dibandingkan dengan budaya lahiriah. Oleh karena itu, budaya lahiriah dapat dilihat berupa bentuk fisik, seperti pakaian, rumah, dan gaya hidup yang dapat 9 Koentjaraningrat, Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: Aksara Baru, 1986, h. 248. 10 Eko A. Meinarno, dkk, Manusia Dalam Kebudayaan dan Masyarakat: Pandangan Antropologi dan Sosiologi. Jakarta: Salemba Humanika, 2011, h. 246. 16 berubah lebih cepat bila dibandingkan dengan perubahan budaya inti yang berupa sistem keyakinan, sistem nilai budaya, adat istiadat yang sudah dipelajari sejak masih kecil berjalan dengan lambat 11 . Proses akulturasi sebenarnya sudah ada sejak lama dalam sejarah kebudayaan manusia. Namun, akulturasi yang bersifat khusus baru muncul ketika kebudayaan-kebudayaan bangsa Eropa mulai menyebar ke seluruh penjuru dunia dengan adanya pengaruh terhadap masyarakat suku bangsa yang berada di daratan Afrika, Asia, Oseania, dan Amerika 12 . Berdasarkan pemahaman di atas, masuknya agama Islam di Sambas dapat ditulis dengan menggunakan teori integrasi yang akan menghasilkan terjadinya proses akulturasi budaya apabila kebudayaan asing tersebut saling berintegrasi dengan kebudayaan lokal. Proses akulturasi yang terjadi di Sambas berlangsung dalam rentang waktu yang cukup panjang. Hal ini didasari oleh perbedaan budaya antara tradisi masyarakat lokal, suku Dayak dengan agama Islam yang sangat berbeda dan pada akhirnya bisa melangsungkan proses akulturasi antara dua kebudayaan yang berbeda tersebut. Selain itu, berdasarkan pemahaman ini banyak para saudagar Muslim yang melakukan perdagangan berhasil menarik minat dan simpati masyarakat Sambas untuk memeluk agama Islam, walaupun pada saat itu masyarakat masih memeluk agama Hindu. Agama Islam masuk ke Sambas dimulai sejak abad ke-14 M dan mulai menarik minat di kalangan kerajaan pada tahun 1601 M dengan didirikannya 11 Dadang Supardan, Pengantar Ilmu Sosial – Sebuah Kajian Pendekatan Struktural. Jakarta: Bumi Aksara, 2009, h. 206. 12 Ibid. 17 kerajaan Islam Sambas oleh Raden Sulaiman di bawah koloni Kerajaan Johor 13 . Barulah pada tanggal 9 Juli 1631, di Lubuk Madung, Raden Sulaiman dinobatkan oleh rakyat Sambas menjadi penguasa pertama dengan gelar Sultan Muhammad Syafiuddin I. Hal ini juga merupakan sebuah peralihan kekuasaan dari Kerajaan Ratu Sepudak yang menganut Hindu beralih ke Kesultanan Sambas dengan menganut Islam. Berdasarkan catatan historis, maka dapat diketahui bahwa agama Islam masuk ke Kesultanan Sambas dimulai pada tahun 1600-an. Tumbuh dan berkembangnya agama Islam ditandai dengan adanya penggunaan batu nisan pada makam dan munculnya pemukiman-pemukiman baru seperti pemukiman Melayu. Pemukiman Melayu merupakan tempat tinggal masyarakat Dayak yang telah memeluk agama Islam dan mereka memiliki konsep yang berbeda dengan pemukiman suku Dayak. Berkembangnya agama Islam ditandai dengan berdirinya Kesultanan di Sambas. Sebelum masuknya agama Islam, kesultanan ini merupakan sebuah kerajaan Hindu yang dipimpin dengan gelar Ratu Raja. Setelah agama Islam masuk dan tumbuh dengan memiliki peranan yang besar, proses berkembangnya agama Islam ditandai dengan didirikannya Kesultanan Sambas. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa agama Islam masuk ke Sambas melalui tiga tahapan yakni: masuk pada abad ke-14 M, tumbuh pada tahun 1600, dan berkembang pada tahun 1631. 13 Syafaruddin Usman, MHD, Sambas – Merajut Kisah Menenun Sejarah. Sambas: Pemerintah Kabupaten Sambas, 2010, h. 17. 18

H. Metode Penelitian

Islam di Kesultanan Sambas Kalimantan Barat 1600 - 1732, merupakan gambaran umum yang ingin dijelaskan dalam tulisan karya ilmiah ini. Sejauh ini belum diketahui secara pasti apa yang melatarbelakangi peran dan perkembangan agama Islam di Sambas. Berdasarkan hal inilah penelitian dilakukan agar diketahui secara pasti apa yang menyebabkan berkembang dan memiliki peranan yang besar di Sambas. Penelitian ini dilakukan di Kesultanan Sambas. Selain itu, penelitian ini memiliki nilai orisinalitas tersendiri, dikarenakan penelitian difokuskan pada sejarah peran dan perkembangan Islam di Sambas. Penelitian ini hanya akan membatasi ruang lingkup Sambas saja, dengan harapan agar hasil karya ini menjadi lebih tajam dalam penjelasannya. Masuk dan berkembangnya Islam di Sambas memiliki peranan yang tinggi terhadap penyebaran agama dan memiliki nilai historis yang tinggi. Berikut ini metode penelitian yang digunakan untuk mempermudah proses tulisan, di antaranya adalah sebagai berikut:  Metode Historis Metode historis merupakan salah satu dari jenis metode penelitian. Metode historis bertujuan untuk merekonstruksi masa lalu secara sistematis dan obyektif dengan mengumpulkan, menilai, memverifikasi dan mensintesiskan bukti untuk menetapkan fakta dan mencapai konklusi yang dapat dipertahankan, seringkali dalam hubungan hipotesis tertentu. Dengan metode historis, seorang ilmuwan sosial peneliti historis yaitu orang yang mengajukan pertanyaan terbuka mengenai