6
pada waktu itu masih berada dalam kekuasaan kerajaan Hindu. Dengan melakukan proses perdagangan dan hidup cukup lama di Sambas, para pedagang
ini mendapat izin dari raja untuk menetap. Penyebaran agama Islam bermula dari lingkungan kerajaan, seperti melakukan pernikahan campuran yang kemudian
diikuti oleh raja. Dengan memeluk agama Islam, banyak dari para penduduk yang ikut memeluk agama Islam karena terpengaruh dari kekuasaan raja. Kebanyakan
yang ikut memeluk agama Islam adalah para pribumi yang berada di sekitar kerajaan dan berada di daerah aliran lalu lintas perdagangan sungai. Namun ada
juga yang tidak masuk agama Islam dengan melakukan perpindahan ke daerah pedalaman atau ke wilayah lain khususnya suku Dayak yang sebagian menolak
agama Islam.
B. Identifikasi Masalah
Agama Islam masuk dan berkembang di Nusantara dibawa oleh para pedagang dari Arab dan Gujarat pada abad ke-7 dan ke-8 M melalui Selat Malaka
yang pada saat itu menjadi jalur utama perdagangan internasional. Dengan melakukan proses perdagangan yang berkepanjangan memungkinkan terjadinya
kontak budaya antara budaya lokal dengan budaya asing, serta adanya pernikahan campuran dengan para penduduk wanita pribumi yang berkontribusi besar
terhadap berkembangnya penyebaran agama Islam. Jauh sebelum agama Islam masuk dan berkembang di wilayah Nusantara
dan menyebar ke pelosok-pelosok daerah, kepercayaan asli yaitu animisme sudah tumbuh dan berkembang yang kemudian diikuti dengan masuknya agama Hindu.
7
Dengan masuknya agama Hindu di Nusantara tidak secara langsung dapat merubah tatanan hidup masyarakatnya. Hal ini dilalui dengan mengalami proses
yang panjang oleh para pedagang dari India dalam berinteraksi dengan budaya lokal
5
. Dengan semakin berkembangnya agama Hindu ke daerah pelosok Nusantara, khususnya Kalimantan Timur berdampak terhadap daerah lainnya,
seperti di Kalimantan Barat. Di Kalimantan Barat sendiri dengan adanya inkulturasi antara agama Hindu dengan kepercayaan asli berpengaruh terhadap
kehidupan masyarakat lokal, yakni suku Dayak. Adanya inkulturasi antara kebudayaan asli dengan kebudayaan Hindu sangat kuat dan diterima dengan baik.
Pengaruh agama Hindu di Sambas cukup kuat ketika Kerajaan Majapahit semakin berjaya setelah menguasai hampir seluruh wilayah Nusantara. Hal ini semakin
kuat karena Majapahit juga mengirim keturunan dan keluarga raja dengan prajuritnya ke daerah yang dikuasai dengan mengembangkan agama dan
kebudayaan Hindu. Namun pengaruh Hindu di Sambas tidak berlangsung lama karena runtuhnya Majapahit dan Sambas sudah berada di bawah Kerajaan Johor
yang merupakan kerajaan bercorak Islam. Setelah agama Islam masuk dan berkembang di Sambas, berdampak
terhadap tradisi dan budaya yang berbeda dengan Hindu maupun dengan budaya suku Dayak. Hal ini didasarkan pada ajaran agama Islam di dalam Al - Quran
yang tidak diperbolehkannya memakan makanan tertentu, seperti mengharamkan untuk memakan daging babi dan anjing. Pelarangan ini dilakukan karena babi
merupakan binatang yang menjijikkan dan tidak layak untuk dimakan, maka dari
5
Stephen K. Sanderson, Sosiologi Makro: Sebuah Pendekatan Terhadap Realitas Sosial. Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2000, h. 517.
8
itu daging babi secara khusus dihinakan di dalam Al - Quran. Selain itu, di dalam ajaran agama Islam terdapat konsep tauhid. Konsep ini merupakan konsep yang
sangat sentral dan memiliki arti bahwa Allah adalah pusat dari segala sesuatu, oleh karena itu manusia harus mengabdikan diri sepenuhnya kepada Allah
6
. Tidak dibenarkan kepada mereka untuk menyembah benda apapun di dunia ini.
Berdasarkan perbedaan yang cukup mencolok antara agama Hindu dengan agama Islam inilah menuai banyak pertentangan, khususnya dari penduduk asli yakni
suku Dayak yang tidak semuanya menerima kedua agama tersebut. Penyebaran agama Islam melalui jalur sungai Kapuas dan melalui jalur
perdagangan internasional, Malaka. Para pedagang dari Arab dan Gujarat melewati arus sungai serta masuk dari bagian utara Kalimantan untuk berdagang
dan menyebarkan agama Islam. Masuk dan menyebarnya agama Islam melalui jalur sungai sangat berpengaruh pada waktu itu, karena jalur darat tidak
mendukung untuk melakukan perjalanan ke daerah pedalaman.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi permasalahan di atas, hal-hal yang dapat dikaji adalah sebagai berikut:
1. Apa yang melatarbelakangi masuknya Islam di Sambas, Kalimantan Barat ? 2. Bagaimana dinamika di Sambas sebelum Islam masuk ?
3. Bagaimana peran dan pengaruh setelah Islam masuk di Sambas ?
6
Kuntowijoyo, Paradigma Islam: Interpretasi untuk Aksi. Bandung: Mizan. 1991, h. 228.
9
D. Tujuan Penelitian
Dengan hadirnya penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan latar belakang dan pemahaman mengenai proses Islamisasi yang terjadi di banyak
daerah-daerah Indonesia, khususnya yang berada di Sambas. Selama ini dalam melakukan penelitian, masih sedikit para sejarawan dan orang lokal yang tertarik
mengupas lebih dalam mengenai sejarah masuknya agama Islam di Kesultanan Sambas. Dengan hadirnya tulisan mengenai Islam di Kesultanan Sambas
Kalimantan Barat 1600 - 1732, dapat memberi informasi mengenai kebudayaan yang ada di Sambas.
Hadirnya penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apa yang melatarbelakangi terjadinya proses integrasi budaya asing dengan budaya lokal,
baik sebelum atau sesudah masuknya Islam di wilayah Sambas. Selain itu, melalui tulisan ini bisa melestarikan historiografi sejarah Islam yang ada di Indonesia,
termasuk yang ada di Sambas, Kalimantan Barat.
E. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini diharapkan dapat menambah khazanah ilmu pengetahuan sejarah kebudayaan tentang masuk dan berkembangnya Islam di
Kesultanan Sambas yang berguna untuk menambah koleksi sejarah nasional. Dengan hadirnya penelitian ini besar harapan agar dapat memantik semangat
kebangkitan historiografi sejarah kebudayaan lokal terhadap sejarah nasional bagi sejarawan dan para akademisi.
10
Dalam penulisan ini diharapkan bisa untuk menjelaskan sejarah masuknya agama Islam di Sambas. Agama Islam yang tumbuh dan berkembang di
Kalimantan Barat, khususnya Sambas tidak hadir dengan sendirinya. Melainkan melalui sebuah proses yang sangat panjang dan berliku-liku, bahkan hingga
berabad-abad terjadinya proses Islamisasi di Sambas. Selain itu, dengan hadirnya tulisan ini dapat menambah pengetahuan sejarawan-sejarawan mengenai
perkembangan Islam di Kalimantan Barat. Pada para pelajar diharapkan dapat membantu pengetahuan dalam sejarah perkembangan Islam di nusantara, serta
menambah buku perpustakaan daerah Kalimantan Barat.
F. Kajian Pustaka
Karya ilmiah yang berjudul Islam di Kesultanan Sambas Kalimantan Barat 1600
– 1732, merupakan sebuah karya mengenai sejarah kebudayaan Sambas yang jarang ditulis oleh para sejarawan. Hal ini didasari karena terbatasnya data
dan informasi yang digunakan sebagai penunjang penulisan sejarah lokal. Padahal banyak sejarawan yang menulis karya ilmiah hanya berpatokan pada data pustaka.
Oleh karena itu, perlu dilakukannya penelitian langsung agar data-data dan informasi yang diperoleh sesuai dengan yang diharapkan serta menjadi acuan
dalam penulisan karya ilmiah ini. Sumber-sumber yang dimiliki sejauh ini masih terbatas dan belum lengkap sesuai dengan pemikiran dalam Islam di Kesultanan
Sambas Kalimantan Barat 1600 - 1732. Dari keterbatasan itu, masih terdapat beberapa buku yang pernah menulis
mengenai sejarah kebudayaan Kalimantan dan terdapat juga yang membahas PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
mengenai Sambas. Namun, secara keseluruhan beberapa buku tersebut hanya menceritakan gambaran umum perkembangan Islam di Kalimantan Barat,
khususnya mengenai masuknya agama Islam di Sambas. Buku tersebut antara lain Kabupaten Sambas - Sejarah Kesultanan dan
Pemerintah Daerah yang diterbitkan oleh Dinas Pariwisata PEMDA Kabupaten Sambas dan disusun oleh Drs. Ansar Rahman, dkk. Dalam buku ini pada bagian
pertama berbicara mengenai Kesultanan Sambas. Bagian pertama ini dibagi dalam empat Bab, di mana Bab I dan II membahas mengenai sejarah purba negeri
Sambas yang menjalin hubungan dengan Brunei, Serawak, dan Sukadana. Sedangkan Bab III dan IV membahas mengenai masa kejayaan Kesultanan
Sambas yang dimulai dari Sultan pertama hingga Sultan ke-15. Pada bagian kedua berbicara mengenai perjuangan rakyat Sambas melawan penjajah. Bagian kedua
buku ini dibagi dalam dua Bab, di mana Bab V dan VI membahas mengenai perjuangan rakyat Sambas dalam menghadapi masa penjajahan Belanda, masa
pendudukan Jepang hingga mempertahankan kemerdekaan sewaktu melawan Belanda atau NICA pada tahun 1945-1950. Pada bagian ketiga berbicara
mengenai Pemerintahan Daerah Kesultanan Sambas. Bagian ketiga buku ini dibagi dalam tiga Bab, di mana pada Bab VII, VIII, dan IX membahas mengenai
pertumbuhan dan perkembangan Pemerintah Kabupaten Sambas dari tahun 1950- 2001.
Dalam buku ini data-data yang tersedia hanya sebatas pada ungkapan sejarah dalam perkembangan kerajaan, Kesultanan, dan pemerintah daerah.
Banyak tulisan yang telah diterbitkan mengenai Sambas, namun masih dirasa PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI