2. Feminisme Marxis Penggalan Scene 53
Visual : Internal. Ruang tamu keluarga-malam Long Shot Persik kedatangan tamu oleh ketiga pemuda tetangganya
sendiri yaitu Aldi, Sinyo dan Iwan. Mereka berniat mengajak Persik untuk bermain kartu dengan taruhan yang kalah harus melepas satu persatu baju
yang dikenakan oleh ketiga pemuda itu maupun oleh Persik.
Gambar 4.6 Persik sedang bermain kartu dengan Aldi, Sinyo dan Iwan Dialog :
Persik : “Kita mulai permainannya ya...”
Sinyo : “Ntar dulu mbak.. Main kartu ama kita mah aturannya lain ya
kan..”sambil menengok ke arah Iwan dan Aldi dan sambil tertawa mencibir.
Aldi : “Iya mbak.. Kalau peraturan kita itu yang lewat harus buka baju
mbak..” Iwan
: “Hemm.. Bener mbak... Oke punya lu...”sambil mendorong kepala Aldi.
Sinyo : “Termasuk mbak juga lo.. Kalau lewat harus buka baju..”
Persik : “Siapa takut.. Kita mulai permainannya oke...”
Analisis : Bahwa dalam penggalan scene 53 di atas, menggambarkan bagaimana
cara laki-laki untuk memanfaatkan perempuan seperti membuat taruhan buka baju demi keuntungan laki-laki. Menurut Marxis seorang feminis yang
membuat teori marxis, bahwa feminis harus melakukan pembebasan dari keperluan pertukaran exchange, yaitu laki-laki mengontrol produksi untuk
exchange dan sebagai konsekuensinya mereka mondiminasi hubungan sosial. Sedangkan perempuan direduksi menjadi bagian dari property. Laki-laki
sebagai individual maupun kelompok, mempunyai kepentingan material dalam dan menikmati penindasan terhadap perempuan. Sebagai kelamin
mereka mempunyai akses yang lebih baik ke pendidikan, pekerjaan dan upah yang lebih baik. Mereka tak memikul dua beban kerja upahan dan buruh
domestik gratis, karena situasi ekonomi mereka yang lebih baik mereka mempunyai akses seksual terhadap perempuan, melalui industri seksual.
Penindasan perempuan dalam masyarakat sosial membawa laki-laki menerima keistimewaan yang melembaga dan keuntungan terhadap
perempuan WordPress.com. Sebenarnya, satu-satunya jalan bagi perempuan, dan semua kaum
tertindas untuk memenangkan pembebasan adalah dengan melawan untuk sebuah sistem baru yang demokratik- masyarakat yang berfungsi untuk
menemukan kebutuhan mayoritas orang dan lingkungan lebih baik dari minoritas yang haus keuntungan.
3. Feminisme Radikal-Kultural Penggalan Scene 4